Narasi

Spirit Puasa dan Harkitnas: Tumbuhkan Sikap Peduli, Ayo Bangkit dari Pandemi!

Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan gerak masyarakat. Kurang lebih dua bulan ini kita dihadapkan pada situasi yang tak terbayangkan sebelumnya. Wabah Covid-19 yang terus meluas memaksa kita membatasi gerak fisik dan mengupayakan langkah-langkah antisipasi penularan. Akibatnya, roda ekonomi tersumbat dan masyarakat harus bertahan di kondisi yang sulit.

Di tengah kondisi sulit tersebut, kita masih belum mengetahui secara pasti kapan wabah ini akan berakhir. Media masih santer mengabarkan bertambahnya angka penularan Covid-19, di tengah segala strategi dan upaya antisipasi sekaligus penanganan yang dilakukan oleh pemerintah, tenaga medis, hingga masyarakat luas.

Di samping berperang melawan virus, kita juga dihadapkan pada berbagai persoalan lain akibat wabah ini, yakni kerentanan sosial akibat beredarnya provokasi, hoaks, hingga risiko terjadinya kerusuhan dan kekerasan akibat masyarakat yang dicengkeram kecemasan dan kekhawatiran.

Spirit puasa dan harkitnas

Kedatangan bulan suci Ramadan di tengah situasi pandemi ini mesti bisa membawa kita pada refleksi dan pemaknaan untuk membersihkan segala keburukan sekaligus menumbuhkan segala potensi dan kebaikan bersama guna ditransformasikan untuk mengatasi situasi ini.

Seperti kata Yusuf Qaradhawi, salah satu hikmah puasa adalah mendidik dan merawat jiwa (tazkiyat al-nafs) agar tetap bersih dan patuh kepada Allah Swt (Ilyas Ismail: 2019). Maka, semangat puasa Ramadan sebagai jalan membersihkan jiwa mesti bisa membuat kita kembali “bersih” dan takwa kepada Allah, sehingga bisa berpikir jernih, bersikap bijak, dan bertindak secara tulus untuk melakukan upaya-upaya pencegahan dan penanganan terhadap wabah ini.

Baca Juga : Ramadhan, Kebhinekaan, dan Kemanusiaan

Selain spirit puasa Ramadan, ada momentum bersejarah sebagai bangsa Indonesia, yakni Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) pada tanggal 20 Mei mendatang. Peringatan yang secara historis menyimpan spirit kebangkitan dan persatuan nasional dalam menghadapi situasi darurat politik tersebut bisa kita jadikan pemantik api semangat kita untuk bangkit bersama dalam menghadapi wabah saat ini.

Pasca kemerdekaan, Indonesia masih dihadapkan pada berbagai ancaman seperti krisis politik internal, krisis ekonomi, hingga agresi militer Belanda. Di tengah situasi itulah, dibutuhkan satu simbol baru persatuan. Maka, peristiwa berdirinya Boedi Oetomo pada 20 Mei 1948 diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional guna membangkitkan kembali rasa persatuan rakyat dan kebangkitan nasional untuk mengatasi berbagai persoalan tersebut.

Semangat kebangkitan dan persatuan Harkitnas tersebut bisa ditransformasikan sebagai pemantik untuk mengatasi persoalan yang dihadapi saat ini. Dengan semangat Harkitnas, kita sadar bahwa untuk menghadapi wabah ini, kita harus kompak dan bersatu untuk mengerahkan segala upaya untuk mengantisipasi dan menangani Covid-19 ini, agar kemudian bangkit dari keterpurukan. Dengan semangat Harkitnas, kita mendapatkan suntikan semangat untuk bersatu dan bangkit dari kondisi sulit ini.

Saling peduli, sebarkan kabar baik

Semangat puasa Ramadan dan Harkitnas untuk melawan pandemi tak cukup berhenti pada tataran kesadaran, namun harus diwujudkan dalam praktik dan tindakan. Kita sadar, di tengah situasi ini, kita mesti saling peduli dan saling membantu sesama. Dengan dilandasi spirit membersihkan jiwa (puasa), berbuat kebaikan pada sesama, serta didorong semangat kebangkitan nasional, kita bisa bergerak melawan pandemi ini.

Gerakan peduli dan bangkit dari Covid-19 tersebut bisa diwujudkan lewat berbagai jalan. Mulai dari upaya pencegahan secara pribadi: menaati arahan pemerintah dan otoritas kesehatan untuk tetap di rumah, menjaga jarak, sering mencuci tangan dan memakai masker, hingga melakukan gerakan-gerakan solidaritas membantu masyarakat terdampak Covid-19. Seperti memberikan dukungan pada tenaga medis serta sumbangan untuk penanganan Covid-19, membagikan makanan atau bantuan pada masyarakat terdampak, dan sebagainya.

Selain upaya-upaya tersebut, semangat untuk bangkit juga bisa kita bangun dengan tetap menjaga optimisme di tengah masyarakat. Salah satunya, dengan menyebarkan kabar-kabar baik seputar penanganan Covid-19 ini. Tanpa mengesampingkan pentingnya kewaspadaan, penting juga menjaga optimisme dengan menyebarkan perkembangan positif seputar pandemi ini. Ini agar masyarakat tak melulu dihantui kabar-kabar yang membuat ketakutan dan kekhawatiran.  

Seperti dikabarkan Kompas.com (11/05/2020) ada beberapa kabar baik seputar penanganan Covid-19 di Indonesia. Di antaranya, jumlah pasien sembuh terus meningkat. Hingga Minggu (10/5/2020), sudah ada 2.698 pasien dinyatakan sembuh dari 14.032 total kasus Covid-19 yang dikonfirmasi di Indonesia. Kemudian, ada 14 provinsi yang tidak laporkan adanya kasus baru. Selain itu, para ilmuan Indonesia juga telah berhasil menambahkan pemetaan materi genetiuk dari virus corona penyebab Covid-19 yang menginfeksi pasien di Indonesia.

Kemudian, mulai digunakannya tes cepat molekuler (TCM), di samping tes PCR untuk meluaskan dan mempercepat pemeriksaan spesimen pasien Covid-19. Kabar baik juga datang dari Universitas Indonesia yang mengembangkan ventilator atau alat bantu pernapasan berbiaya rendah yang telah lulus uji produk di Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) Jakarta). Tentu, di tengah kekurangan alat kesehatan, temuan ini memberi angin segar demi mengoptimalkan penanganan terhadap pasien Covid-19.

Mari, jadikan puasa Ramadan dan momen Hari Kebangkitan Nasional sebagai spirit pemantik kepedulian pada sesama dan kebangkitan bangsa dalam menghadapi virus Corona!

This post was last modified on 13 Mei 2020 3:56 PM

Al Mahfud

Lulusan Tarbiyah Pendidikan Islam STAIN Kudus. Aktif menulis artikel, esai, dan ulasan berbagai genre buku di media massa, baik lokal maupun nasional. Bermukim di Pati Jawa Tengah.

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

11 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

11 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

11 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

11 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

1 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

1 hari ago