Syech Ahmad Surkati adalah tokoh utama Jamiyatul Khaer Wal Irsyad Al Arabiyah di Jakarta yang didirikan oleh orang-orang keturunan Arab yang berdomisili di Jakarta. Namun dalam perjalanannya, Syech Ahmad Surkati meninggalkan Jamiyatul Khaer dan mendirikan organisasi baru yang dikenal dengan Jamiyatul Al Irsyad. Ia adalah warga negara Sudan lahir di Desa Udfu, Negara Bagian Dongola pada tahun 1874 dan wafat pada tahun 1943 Masehi. Ayahnya bernama Muhammad yang diyakini masih memiliki garis keturunan hingga Jabir Abdullah An Anshory, sahabat Rasulullah Saw.
Pada masa kecilnya, Syech Ahmad Surkati Al Anshory belajar Alqur’an, Tafsir dan fiqih di desanya di sebuah mesjid yang dibina langsung oleh ayahnya. Setelah menghapal Alquran dan belajar tafsir dan fiqh serta bahasa Arab, ia tidak merasa puas dnegan ilmu yang diperolehnya sehingga memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Al Azhar di Kairo, Mesir hingga memperoleh ijazah Aliyah atau sederajat dengan Ph.D saat ini.
Setelah memperoleh ijazah Aliyah, ia belum puas dan terus ingin belajar sehingga akhirnya memutuskan meninggalkan Mesir menuju Saudi Arabia. Di Masjidil Haram, ia mengikuti pengajian-pengajian yang dibawakan oleh ulama-ulama Makkah waktu itu dan sesekali ia pergi berkunjung ke Madinah sekaligus mengikuti pengajian yang diselenggarakan di Mesjid Nabawi.
Syech Ahmad Surkati dikenal oleh guru-gurunya sebagai orang yang bijaksana dan memiliki pengetahuan yang dalam dan terbuka, sehingga akhirnya ia diangkat sebagai salah satu pengajar di Mesjidil Haram yang jarang sekali di berikan kepada orang asing kecuali yang dianggap mampu dan menguasai ilmu agama. Posisi inilah yang membuat Syech Ahmad Surkati bukan saja dikenal diantara ulama-ulama Makkah saat itu, tetapi juga dikenal oleh kalangan bangswan Saudi waktu itu.
Pada tahun 1911 ia diminta oleh Kerajaan Saudi Arabia untuk berangkat ke Indonesia dalam rangka memenuhi undangan Jamiyatul Khaer sebuah organisasi yang didirikan oleh komunitas Arab di Indonesia untuk menjadi tenaga pengajar di bidang-bidang keagmaan dan bahasa Arab. Pada saat itu kondisi pendidikan di Indonesia masih sangat sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan akibat kebijakan pemerintahan kolonial yang membatasi ruang gerak pribumi untuk memperoleh pendidikan, sehingga umat Islam di Indonesia termasuk orang-orang Arab sulit memperoleh pendidikan.
Masalah pertama yang menjadi perhatian Syech Ahmad Surkati adalah fakta sosial yang sangat mencolok yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam. Orang-orang Arab Alawiyyin mengklaim bahwa putri-putrinya hanya bisa menikah dengan sesamanya dan tidak bisa menikah dengan yang lain termasuk dengan pribumi. Syech Ahmad Surkati yang juga memiliki garis keturunan langsung kepada sahabat Nabi Muhammad Saw, yaitu Jabir Al Anshory tentu merasa berang dengan pandangan tersebut karena ia sendiri berasal dari keturunan yang mulia, tetapi tetap menganggap bahwa manusia tidak ada perbedaan di sisi Allah kecuali hanya dengan iman dan taqwa.
Syech Ahmad Surkati menentang keras pemikiran dan pandangan tersebut dan menegaskan bahwa tidak ada perbedaan antara orang-orang Arab dengan non Arab termasuk dengan pribumi dan tidak ada alasan apapun yang mendukung pandangan tersebut baik dari Alqur’an maupun dari hadis Nabi Muhammad Saw. Alqur’an dan Hadis jelas-jelas menekankan bahwa tidak ada perbedaan antara satu dnegan yang lain kecuali hanya dengan taqwa kepada Allah Swt.
Pemikiran Syech Surkati ini tentu mendapat sambutan positif dari kaum pribumi dan mendukung sepenuhnya pandangannya. Bahkan menurut riwayat bahwa perbedaan pandangan dan pemikiran syech Ahmad Surkati dengan tokoh-tokoh Arab Alawiyyin mengakibatkan Syech Ahamd Surkati diberhentikan dari Jamiyatu Khaer kemudian akhirnya dikeluarkan dari komunitas Arab dan dan mendirikan organisasi pendidikan tersendiri yang diberikan nama Al Irsyad. Organisasi tersebut hingga saat ini masih eksis di Jakarta dan di beberapa kota lainnya di Indonesia khususnya di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Syech Ahmad Surkati bukan saja aktif dalam dunia pendidikan, ia turut memberikan konstribusi dalam perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan dengan mempublikasikan tulisan-tulisan yang membakar semangat bangsa Indonesia untuk merdeka dan mengusir penjajah asing. Beberapa tokoh nasional seperti, Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno menyebutkan dalam bukunya “ Di Bawah Bendera Revolusi” bahwa Syech Ahmad Surkati adalah salah satu ulama yang telah turut mendorong bangsa Indonesia menuju kemerdekaan melalui pandangan-pandangan keislaman yang inspiratif. Demikian pula penulis-penulis modern seperti Hamka dalam bukunya “Ayahku” juga memuji usaha-usaha pendidikan yang dilakukan oleh Syech Ahmad Surkati di Indonesia dan menganggap sebagai salah satu pahlwan bangsa Indonesia yang patut dikenang.
Ulama ini jugalah yang menjadi inspirasi bagi Presiden Soekarno pada pertemuan Konferensi Bandung tahun 1955 untuk memberikan keistimewaan khusus bagi delegasi Sudan dengan memisahkan mereka dari delegasi Mesir dalam konferensi itu. Dari sinilah cikal-bakal deklarasi kemerdekaan Sudan yang diproklamirkan pada tahun 1956 untuk bebas dari protekrotat Inggris dan Mesir. Oleh karena itulah, tidak mengherankan jika bangsa Sudan dan bangsa-bangsa Afrika lainnya sampai saat ini mengenang Soekarno sebagai pejuang kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia ini khususnya bagi bangsa-bangsa Afrika.
Konstirbusi Syech Ahmad Surkati tidak mungkin dilupakan oleh bangsa Indonesia baik dalam dunia pendidikan dan pemikiran Islam, tetapi juga perannya dalam mendorong semangat bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Apa yang dilakukan oleh Syech Ahmad Surkati terhadap bangsa Indonesia tidak terlepas dari ketakjuban ulama itu terhadap kecintaan bangsa Indonesia terhadap agama Islam dan negaranya yang mendapatkan karunia kekayaan alam yang besar sehingga sangat patut dipertahankan dan diperjuangkan oleh siapapun yang menganggap dirinya sebagai seorang muslim yang baik dan soleh.
Untuk itulah, sungguh sangat naif jika kita sebagai bangsa Indonesia yang telah merasakan perjuangan para ulama-ulama kita menuju kemerdekaan justru kita ingin mengoyak persatuan dan keutuhan bangsa ini semoga tidak terjadi.
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…