Narasi

Tahun 2023; Mewaspadai Penumpang Gelap di Tengah Ancaman Resesi dan Gemuruh Pilpres 2024

Tahun 2023 adalah tahun yang penuh dengan tantangan bagi Indonesia. Di tahun ganjil ini, di samping akan menghadapi berbagai tahapan Pilpres 2024, kita juga akan menghadapi resesi global atau kegelapan ekonomi seperti yang dialami banyak negara lainnya. Menurut prediksi IMF, ekonomi Indonesia bakal tumbuh sebesar 4,97 persen di 2023. Angka ini berada di bawah India yang ekonominya diprediksi tumbuh 6,06 persen, dan Filipina yang ekonominya diprediksi tumbuh 5,02 persen di 2023. Selanjutnya, di posisi keempat ada China yang diprediksi tumbuh 4,44 persen, diikuti Kazakhstan yang diproyeksi tumbuh 4,39 persen. Lalu, di posisi selanjutnya ada Malaysia dan Mesir yang sama-sama diprediksi tumbuh 4,38 persen di 2023.

Kondisi ini cukup mengkhawatirkan dan memprihatinkan. Karena itu, wajar bila Presiden Jokowi sendiri tak henti-henti mengingatkan kabinet dan publik agar terus waspada dan berhemat menghadapi gelombang resesi yang akan terjadi secara global itu. Ultimatum dan sekaligus kekhawatiran Presiden Jokowi akan resesi yang akan kita hadapi di tahun 2023 kiranya cukup berasalan. Sebab, perkembangan ekonomi sangat berpengaruh besar terhadap sektor-sektor lainnya. Menurut banyak ilmuwan, krisis ekonomi bisa memicu banyak krisis multidimensi yang tidak berkepastian. Seperti krisis pangan, politik, kesehatan, pendidikan dan liannya.

Belum lagi, 2023 adalah tahun politik yang penuh dengan guncangan. Tentu ini adalah tantangan tersendiri yang perlu kita rumuskan secara jelas. Menurut sejumlah pengamat, Pilpres 2024 di prediksi bakal menuai banyak keributan. Bahkan sebagian keributan itu sudah dimulai sejak sekarang. Mengapa Pilpres 2024 akan dipenuhi oleh banyak keributan-menegangkan? Rasionalitasnya, karena pertengkaran politik antarkelompok yang terjadi sejak Pilkada DKI 2017 dan Pilpres 2019 masih terawat hingga kini. Bahkan, lebih jauh, diprediksi pertengkaran itu akan dibawa ke laga Pilpres 2024. Sejumlah kelompok tampak berupaya menjadikan pertengkaran politik itu abadi sepanjang waktu.

Waspada penumpang gelap

Oleh karena itu, salah satu hal yang harus menjadi perhatian bagi kita di tahun 2023 yang diprediksi gelap adalah penumpang gelap. Penumpang gelap adalah sekelompok orang yang biasanya semakin memperkeruh suasana. Di ruang publik, ia biasanya seolah-olah tampil sebagai ‘dewa penolong’, namun sebenarnya, mereka tak lain adalah sekelompok orang yang hendak menghancurkan kebersatuan kita. Sederhananya, mereka inilah yang biasanya mengambil kesempatan dalam kesempitan. Kondisi terkini yang sedang terjadi biasanya mereka manipulasi  untuk dijadikan memprovokasi.

Penumpang gelap ini biasanya selalu hadir dalam setiap peristiwa yang ada, yang keterjadiannya menjadi perhatian publik atau orang banyak. Namun alih-alih menenangkan dan mendatangkan solusi, kehadiran mereka biasanya hanya membuat suasana semakin panas dan keruh. Contoh, seperti peristiwa bencana alam (berupa gempa bumi) yang terjadi di Jawa Barat tempo lalu. Tentu kita sepakat bahwa gempa bumi adalah peristiwa alam yang siapa pun tidak bisa mencegah keterjadiannya. Sebab, berbeda dengan bencana alam seperti banjir, gempa bumi merupakan aktivitas daripada bumi itu sendiri yang tidak bisa dihentikan oleh alat secanggih apa pun.

Namun, menurut mereka (penumpang gelap bencana gempa) yang berupaya menciptakan keributan, bencana alam berupa gempa itu dinarasikan sebagai azab tuhan kepada masyarakat karena tidak menerapkan khilafah sebagai sistem politik. Padahal, hal itu tidak ada kaitannya dan tidak berkorelasi. Sebab, bagaimana pun, bencana alam itu adalah bagian dari aktivitas alam yang terjadi ketika terjadi ketidakseimbangan pergerakan. Bukan azab Tuhan sebagaimana dinarasikan sekelompok penumpang gelap itu.

Namun, begitulah mereka bekerja. Apa pun kejadiannya, berkorelasi atau tidak, akan tetap mereka manipulasi. Karena itu, menuju tahun baru 2023 yang diprediksi gelap ini, kita harus selalu waspada akan eksistensi penumpang gelap itu. Sebab, tidak menutup kemungkinan para penumpang gelap itu juga akan menjadikan peristiwa-peristiwa politik dan ekonomi yang terjadi di 2023 sebagai komoditas politik untuk mengadu domba anak-anak bangsa. Karena itu, peristiwa apa pun yang akan kita alami di tahun 2023, jangan sampai membuat kita lengah dan termakan dengan narasi-narasi yang tidak jelas asal dan sumbernya.

This post was last modified on 3 Januari 2023 7:35 AM

L Rahman

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

10 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

11 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

11 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago