Narasi

Tangkal Isu SARA dengan Bermedia Ala Islam yang Toleran

Tahun 2018 dinisbatkan sebagai tahun damai, Tahun untuk menangkal isu-isu SARA yang sangat merugikan rakyat indonesia. Tahun kemeren menjadi renungan bersama bagaimana keretaan sikap nasionalisme  kita bermula dari penyebaran informasi yang bermuatan isu SARA dan rendahnya iman kita dalam bermedia. Isu SARA terus menerus menjadi kompor gas yang memanas-manasi perdamaian bangsa sehingga kadang menciptakan kerusuhan dan hilangnya sikap toleransi dalam bernegara. Hal inilah yang perlu kita sadari bersama bahwa isu SARA sangat membayakan kesatuan NKRI, maka penting bagi kita untuk menguatkan iman dalam bermedia dengan cara mengoptimalakan nilai-nilai islam toleran ke dalam dunia media.

Sudah menjadi kebiasaan rakyat indonesia aktif dalam hal merespon berbagai macam pembicaraan publik atau sering menviralkan hal-hal yang tidak penting, bahkan cendrungan bermuatan SARA yang merugikan rakyat indonesia. Tahun 2018 sebagai tahun damai, diharapkan rakyat indonesia bisa menggunakan media sosial untuk mereduksi kembali konten-konten yang berbau SARA sehingga kita tidak salah dalam menyebarkan berita-berita dan layak dijadikan bahan kemajuan dimasa yang akan datang.

Media sebagai alat untuk mengetahui berbagai informasi, baik yang terlarang maupun yang biasa-biasa saja, media bagaikan makhluk baru yang dijadikan kambing hitam untuk menjatuhkan lawan maupun kawan. Dalam penyebaran berbagai isu-isu yang bermuatan   SARA akan mengancam nilai kebersamaan, mengurai kedamaian, menciptakan perpecahan, memperluas sinyal-sinyal permusuhan sekalipun indonesia negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia. Maka indonesia harus segara melawan, tangkal isu SARA dengan cara-cara islami di media sosial.

Kuatkan “Iman” Dalam Bermedia 

“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-menengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.”( QS. Al-Hujurat ayat:13)

Indonesia mempunyai pengalaman pahit dimasa lalu dari konflik yang bernuansa SARA sangat efektif untuk memecah belah relasi sosial antar warga negara, bahkan menjadi senjata untuk menjatuhkan  pihak lain yang tidak sependapat dengannya. Itu yang menjadi pokok pembahasan sekarang bagaimana isu-isu tentang perbedaan Suku, Agama, Ras, dan Antar kelompok mencuat menjadi bumerang pememecahbelah umat. Dari perbedaan itu sebenarnya sudah sering disampaikan oleh para ulama, bahkan ayat suci Al-qur’an dan hadits nabi menjadi pembenar bahwa SARA bukanlah sesuatu yang membahayakan kecuali manusia sendiri yang mengaploitasinya menjadi isu pemecah kebersamaan umat.

Problem di atas terus menerus berkembang dan menjalar ke setiap lini kehidupan, apalagi isu SARA yang berkhidmat di dalam media sosial, itu akan sangat mudah merangsang pergaulan dan menjadikannya alasanya untuk saling mencaci-maki perbedaan agama, suku, ras, dan kelompok-kelompok tertentu. Kita sadari bersama begitu membahayakanya isu SARA jika kita tidak segera memikirkan solusi bagaimana seharusnya kita menyikapi SARA yang dijadikan kedok permusuhan dan mengintimidasi rakyat dengan perbedaan yang melatarbelakangi agama, suku, ras, dan golongan tertentu.

Melihat betapa menyakitkan dan mengerikannya dampak dari konflik SARA yang pernah terjadi pada bangsa ini, kita menjadi semakin sadar akan bahaya dari sikap rasisme, sentimen, ujaran kebencian, dan pelbagai sikap yang bisa memicu terjadinya pertikaian, peperangan, dan perpecahan bangsa. Bahwa sebagai bangsa majemuk dengan masyarakat beragam, sikap yang lebih perlu ditumbuhkan adalah sikap saling menghargai dan toleransi (jalandamai:2018).

Senada dengan kutipan di atas, penulis ingin menghimbau, siapa saja yang merasa menggunakan media sosial sebagai alat berkomunikasi, berintraksi, harus memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan kesadaran bahwa sikap rasisme, sentimen keagamaan, dan ujaran kebencian dan sikap-sikap lainnya yang berpotensi merusak persaudaraan atau bahkan memicu perpecahan bangsa harus segera kita tangkal dengan sikap keislaman ala nusantara, yang toleran dan moderet. Dengan semua itu potensi perpecahan yang disenyalir atas nama agama dan suku akan mudah kita leyapkan apalagi isu-isu SARA yang berkembang di media sosial, kita harus gerak cepat tangkal isu SARA dengan cara bermedia ala islam yang toleran.

Amiruddin Mb

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

20 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

20 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

20 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

20 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago