Narasi

Toleransi dalam Beragama

Pada saat ini, problem intoleransi menjadi fenomena yang sangat mengkhawatirkan kehidupan bangsa Indonesia. Merebaknya aksi kekerasan di Indonesia dengan mengatasnamakan agama masih seringkali muncul dan semakin menguat. Ledakan Bom bunuh diri terjadi di Polrestabes Medan, Sumatera Utara. Akibatnya, terduga pelaku bom bunuh diri bernama Rabbial Muslim Nasution tewas dan 6 orang lainnya jadi korban luka. Peristiwa tersebut terjadi di Polrestabes Medan.

 Oleh karena itu, radikalisme agama dengan melakukan penyerangan secara fisik harus segera dihentikkan, karena sikap yang keras itu justru sebaliknya akan menodai agama Islam. Islam tidak pernah mengajarkan pada umatnya untuk menebarkan kebencian dan kejahatan. Sebab apa, sesama umat manusia itu harus saling menghargai dan mampu mentoleransi setiap perbedaan keyakinaan dan ajaran yang dipeluknya.

Karena itu, peranan dan fungsi Islam moderat sangat signifikant sekali untuk melakukan mediasi dan dialog agar tidak terjadi aksi kekerasan seperti terorisme dan aksi yang selalu mendiskrimiasikan kaum minoritas. Moderasi Islam harus selalu ditanamkan pada semua umat manusa dan tidak hanya pada agama Islam saja, tapi juga pada agama Kristen, Hindhu, Budha,  melainkan jelas tujuan dari moderasi Islam ialah ingin menembarkan nilai-nilai toleransi, menghindari praktek ajaran kekerasan dan selalu menembarkan benih-benih kebaikan terhadap sesama umat Islam.

Islam di Indonesia menampilkan sebuah keterbukaan dan toleransi, karena itu kehadiran Islam moderat diharapkan mampu mendialogkan doktrin agama dengan modernitas. Karakterteristik, menurut Bassam Tibi, dapat menciptakan kondisi yang mendukung untuk kebangkitan Islam. Kebangkitan dalam artian menuju Islam yang toleran, Islam rahmatan lil alamiin dan antikekerasan, serta menyingkirkan sentimen agama.

Baca Juga : Bom Bunuh Diri, Intoleransi, dan Gurita Radikalisme

Islam moderat merupakan salah satu identitas keagamaan dalam Islam di Indonesia yang sudah diakui secara nasional dan Internasional. Keberadaan Islam moderat dalam kancah dunia Internasional sangat penting sekalu dalam upaya mencegah praktek radikalisme agama, dengan unsur kekerasan fisik, dan syarat praktek agama.

Istilah Islam moderat sebenarnya mengacu apada ajaran yang selalu memegang teguh pada toleransi, kerukunan beragama, dan menghargai setiap perbedaan keyakinan, ajaran itulah yang kini disebut dengan “moderat”. Islam moderat ini memiliki orientasi terhadap nilai-nilai perdamaiaan dan kehidupan yang harmonis di antara agama-agama yang lain dan keyakinan yang lain. Gerakan Islam moderat ini menghargai keberadaan yang lain “yang lain” (the other). Term moderat ini menekankan bahwa Islam sangat membenci kekerasan, sebab, kekerasan itu yang ada, akan memunculkan kekerasan yang baru. Padahal, Islam di turunkan oleh Allah swt sebagai rahmatan lil alamiian (rahmat bagi seluruh masyarakat dunia).

Ada beberapa faktor kenapa ide gagasan atau mungkin moderasi Islam di Indonesian perlu dihadirkan, hal mengingat, bahwa Indonesia termasuk bagian dari multikultur yang memiliki banyak agama. Pertama, keberadaan muslim moderat ini berupaya atau memiliki pandangan, bahwa sikap yang adil dalam memahami agama, dengan kelenturan, artinya harus ada teks dan kontekstualisasi. Kita tidak hanya berpedoman pada teks, saja, tapi harus diseimbangkan dengan kontekstualisasi. Upaya memadukan teks dengan konteks inilah merupakan jalan tengah dalam upaya mencapai pemahaman yang dalam menghadapi setiap masalah.

Kedua,  pandangan kaum muslim moderat ini sebenarnya lebih inging mendahulukan pada nalar perdamaiaan, daripada kekerasaan. Islam moderat lebih menghindari aksi kekerasan, mereka lebih mengedepankan pada aspek kasih sayang. Islam sangat melarang aksi kekerasan secara fisik, yang melukai sesama umat beragama.

Ketiga, pada umumnya kaum muslim  moderat  melihat agama lain, baik itu Islam, Kristen, Budha, Hindhu, Konghucu maupun aliran-aliran keagamaan yang lain itu merupakan ciptaan Tuhan yang harus dihormati dan dihargai. Islam harus diperlakukan secara adil dan setara, karena sesungguhnya adalah adam yang mereka adalah keturuan Adam  yang dimuliakan Tuhan.

Keempat, pandangan senantiasa mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan demokrasi.  Sebab Islam tidak hanya sesuai dengan demokrasi dan hak asasi manusia, bahkan Islam juga mendorong agar demokrasi dan hak asasi manusia, bahkan Islam juga mendorong agar demokrasi dijadikan alternatif dalam mewudjudkan nilai-nilai kemanusiaan.

Kelima, Kalangan kaum muslim moderat sangat menjunjung tinggi pada aspek kesetaraan gender.  Diskriminais berdasarkan pada jenis kelamin, etnis, dan maupun keyakinan adalah perbuatan yang tidak bisa dibenarkan oleh latarbelakang manapun.

Islam moderat mengampanyekan dimensi kelenturan, kesantunan, dan keadaban Islam. Islam sebagai agama penebar kasih, cinta dan sayang, (rahmatan lil alamiin), harus menjadi paradigma yang mengakar, di tengah masyarakat. Hal ini sangat penting sekali guna meminimalisir pandangan keagamaan yang  selalu berwajah sangar, sadis dan anarkis yang digunakan secara sistematis oleh sekelompok pandangan kaum muslim.

Toleransi merupakan elemen dasar yang dibutuhkan untuk menumbuhkan kembangkan sikap saling memahami dan menghargai setiap perbedaan yang ada, serta menjadi tindakan yang paling utama dalam mewujudkan suasana dialog dan damai serta kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat. Agar tidak terjadi konflik antar umat beragama.

Dengan demikian, dalam upaya membangun sikap toleransi,  maka dibutuhkan suatu sikap yang terbuka, menghargai pluralisme, dan menebarkan kasih sayang, sehingga menjadi salah satu sikap untuk mengikis pandangan yang intoleransi dalam beragama, dengan sikap yang moderat. Semoga.

Syahrul Kirom, M.Phil

Penulis adalah Alumnus Program Master Filsafat, Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.

View Comments

Recent Posts

Emansipasi Damai dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sejatinya tidak pernah pincang di dalam memosisikan status laki-laki dan perempuan. Di dalam banyak…

2 hari ago

Langkah-langkah Menjadi Kartini Kekinian

Dalam era modern yang dipenuhi dengan dinamika dan tantangan baru sebelum era-era sebelumnya, menjadi sosok…

2 hari ago

Aisyiyah dan Muslimat NU: Wadah bagi Para Kartini Memperjuangkan Perdamaian

Aisyiyah dan Muslimat NU merupakan dua organisasi perempuan yang memiliki peran penting dalam memajukan masyarakat…

2 hari ago

Aisyah dan Kartini : Membumikan Inspirasi dalam Praktek Masa Kini

Dua nama yang mengilhami jutaan orang dengan semangat perjuangan, pengetahuan dan keberaniannya: Katakanlah Aisyah dan…

3 hari ago

Kisah Audery Yu Jia Hui: Sang Kartini “Modern” Pejuang Perdamaian

Setiap masa, akan ada “Kartini” berikutnya dengan konteks perjuangan yang berbeda. Sebagimana di masa lalu,…

3 hari ago

Bu Nyai; Katalisator Pendidikan Islam Washatiyah bagi Santriwati

Dalam struktur lembaga pesantren, posisi bu nyai terbilang unik. Ia adalah sosok multiperan yang tidak…

3 hari ago