Narasi

Ulama dan Umara Sebagai Pilar Perdamaian Bangsa

Ada dua golongan manusia yang jika mereka baik, akan baik seluruh manusia, dan jika mereka rusak, akan rusaklah seluruh manusia. Mereka adalah ulama dan umara.

(HR. Ibnu Nuaim dan Hilyatul Auliya)

Ulama adalah orang berpengetahuan, ahli ilmu, orang yang pandai dalam agama Islam, kata ulama sepadan dengan istilah ulul albab. Sedangkan umara merupakan bentuk jamak dari kata amir, yang artinya pemimpin atau penguasa. Ketika kita membuka al-Qur’an, maka di dalamnya kita mendapatkan istilah yang sepadan dengannya, yaitu ulul amri yang diartikan orang yang memiliki pengaruh, orang yang memangku urusan rakyat, penguasa.

Ulama dan umara merupakan pasangan pemuka utama masyarakat yang selalu berdamai dan menjunjung tinggi perdamaian di bumi nusantara ini. Dalam sejarah Islam, para umara yang berjiwa ulama banyak ditemukan, seperti Umar bin Abdul Aziz, Shalahuddin Al-Ayyubi dan Muhammad Al-Fatih. Pada saat ini, umara yang berjiwa ulama ada dalam diri Gubernur NTB Muhammad Zainul Majdi, dia merupakan Gubernur yang telah menghafalkan al-Qur’an 30 Juz dan telah menempuh pendidikan di Al-Azhar Kairo. Selain itu, ada juga ulama dan umara yang fokus kepada keahliannya masing-masing dan mereka tetap bekerjasama dalam mengambil kebijakan demi kemaslahatan bersama.

Di Indonesia, ulama dan umara tidak ada perselisihan, bahkan kedua golongan ini selalu bermusyawarah dan saling mendukung. Hal tersebut ditunjukkan oleh Gubernur Aceh H. Zaini Abdullah setelah pulang haji langsung menggelar rapat dengan ulama dan beberapa pimpinan daerah untuk menyikapi para pendemo. Dan baru-baru ini presiden Joko Widodo (umara) melakukan safari kunjungan ke beberapa ulama dan ormas Islam. Setelah itu Paglima TNI Gatot Nurmantyo menggelar pertemuan dengan para ulama di masjid At-Taqwa Markas Besar Angkatan Darat (beritasatu.com, 10/11/16).

Namun hubungan harmonis yang terjalin antara ulama dan umara ini berusaha dicederai oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk memuluskan kepentingan diri dan kelompoknya. Kelompok-kelompok radikal selalu memanfaatkan situasi untuk memperkeruh keadaan, mereka menyusupi berbagai momen untuk membuat seolah-olah ulama dan umara memiliki kerenggangan dan perselisihan.

Pasca demo 4 November 2016 yang dilakukan oleh umat Islam menunjukkan seolah-olah ulama dan umara memiliki kesenjangan, yang dibumbui propaganda kelompok radikal dengan memasukkan isu-isu SARA di dalamnya. Seolah-olah ulama dan umara berada di jalan yang berbeda dan saling bertentangan. Akibatnya masyarakat resah akan hal ini, mereka harus mengikuti yang mana, ulama atau umara. Maka masyarakat harus waspada dengan propaganda dengan hal ini dan haris waspada dengan ulama yang berstatus ulama su’ (ulama yang jelek). Orientasinya sudah bukan lagi dakwah perdamaian, tetapi hanya politik, jabatan, dan kekuasaan.

Komitmen Perdamaian antara Ulama dan Umara

Mempertahankan perdamaian di negara yang memegang erat demokrasi bukanlah hal yang mudah. Perlu banyak elemen masyarakat yang harus ikut andil dalam mepertahankan perdamaian. Dan elemen yang paling penting untuk mempertahankan perdamaian Indonesia adalah Ulama dan Umara.

Dua golongan ini menjadi pilar perdamaian di Indonesia, yang memiliki komitmen kuat untuk merawat perdamaian di Indonesia. Ulama yang merupakan pewaris nabi selalu berdakwah dengan membawa kabar baik dan melakukan propaganda perdamaian untuk tidak menjadikan umara (ulil amri) atau orang lain musuh. Dakwah ini dasampaikan melalui tatap muka, seperti pengajian-pengajian yang ada di majelis taklim. Disampaikan juga secara online melalui website-website yang dikelola oleh umat Islam. Selain berdakwah, ulama menunjukkan atau mencontohkan amar ma’ruf kepada siapapun sebagai upaya mencegah kemunkaran di Indonesia.

Begitu juga umara yang memegang amanah dari masyarakat, dia selalu menegakkan keadilan hukum kepada siapapun yang hendak merusak perdamaian ini dan tidak menerbitkan kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan agama. Selain itu, ajakan-ajakan menjaga perdamaian berlandaskan pancasila terus dilakukan, baik dalam pertemuan-pertemuan maupun melalui media online seperti jalandamai.org yang selalu memberikan pecerahan terhadap setumpuk permasalahan.

Umara Indonesia dari awal hingga saat ini selalu berkaitan dan ditopang dengan aturan-aturan agama yang disampaikan melalui nasihat para ulama di Indonesia. Sehingga langkahnya dalam memimpin Indonesia tidak melenceng dari ajaran agama dan nilai-nilai pancasila.

Komitmen perdamaian yang dijunjung tinggi oleh kedua golongan ini menjadi penentu stabilitas perdamaian negara Indonesia, yang sangat mempengaruhi sikap dan perbuatan seluruh masyarakat Indonesia. Keduanya selalu menjaga hubungan baik dan saling mendukung terhadap kegiatan-kegiatan atau program-program yang diselenggarakan. Semoga kedua pilar ini selalu membawa Indonesia ke zona aman, nyaman dan damai.

Arief Rifkiawan Hamzah

Menyelesaikan pendidikan jenjang magister di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Al-Hikmah 1 Benda, Sirampog, Brebes dan Ponpes Darul Falah Pare, Kediri. Saat ini ia sebagai Tutor di Universitas Terbuka.

Recent Posts

Mengantisipasi Residu Kebangkitan Terorisme di Suriah dengan Ideologisasi dan Diplomasi

Perkembangan mengkhawatirkan terjadi di Suriah. Kelompok pemberontak Suriah menyerbu dan merebut istana Presiden Bashar al-Assad…

1 jam ago

Algoritma Khilafah; Bagaimana Para Influencer HTI Mendominasi Semesta Virtual?

Pasca dibubarkan dan dilarang pemerintah pada medio 2019 lalu, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) telah melakukan…

2 jam ago

Islam Membaca Fenomena Golput : Kegagalan Demokrasi atau Apatisme Politik?

Gawai besar pemerintah untuk menyelenggarakan Pemilihan Umum Daerah (Pilkada) serentak telah usai dihelat 27 November…

2 jam ago

Tantangan dan Peluang Penanggulangan Terorisme di Era Prabowo

Predikat zero terrorist attack di akhir masa pemerintahan Joko Widodo sekilas tampak menorehkan catatan positif…

1 hari ago

Peran Agama dalam Membangun Ketahanan Demokrasi Pasca Pilkada 2024

Pilkada 2024 menjadi salah satu momen penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Ajang ini melibatkan…

1 hari ago

Membongkar Nalar Fetakompli HTI; Benarkah Menolak Khilafah Berarti Anti-Islam?

Dalam sebuah wawancara, mantan teroris Ali Imron pernah berkata bahwa ia bisa meradikalisasi seseorang hanya…

1 hari ago