Narasi

Wanita Salehah Itu; Menangkal Radikalisme, Menyebar Kedamaian

Konsep wanita salaheh selalu diidentikkan dengan wanita yang patuh, taat, dan bisa membahagiakan suami dan orang tuanya. Konsep ini tentu hasil ciptaan laki-laki, sudah usang dan ketinggalan zaman. Salaheh artinya adalah layak, baik, dan cocok. Artinya cocok untuk zamanya, layak untuk eranya, dan baik untuk masanya.  Ketiga kata ini menjadi kunci seorang perempuan disebut salehah. Perempuan yang berjuang menafkahi anak-anaknya disebut wanita salehah; perempuan yang memerangi butu huruf dinamai wanita salehah; perempuan penjaga lingkungan agar bebas dari sampah dipanggil wanita salehah; begitu seterusnya.

Pendek kata, wanita salehah bisa diinterpretasi sesuai dengan konteks zamannya. Saat ini, tidak ada musuh terbesar bagsa ini kecuali radikalisme dan hoax. Radikalisme mengakibatkan banyak tindakan terorisme. Hoax menyebabkan dis-harmoni, kekacauan, dan tidak adanya kedamaian. Maka wanita yang berjuang dan berjihad untuk menghalau kedua musuh ini layak disebut sebagai wanita salehah. Bisa dikatakan dalam konteks sekarang, wanita salehah itu adalah perempuan yang berjuang menangkal radikalisme dan menyebar kedamaian.

Poin menangkal radikalisme dan menjaga kedamaian penting, mengingat perempuan mempunyai posisi strategis dalam melaksanakan kerja-kerja seperti ini. Apalagi data terakhir dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menunjukkan bahwa ada 94 hoax per minggu yang menyebar di sosial media, dan yang paling renta untuk menyebar hoax adalah kaum emak-emak. Keikutsertaan perempuan dalam menangkal radikalisme dan menyebar kedamaian sama dengan memenuhi kedamaian dan mencegah radikalisme separuh lebih dari lini massa media sosial,  kerena separuh lebih populasi manusia dalah perempuan.

Selain itu, kerja ini bisa dimulai dari institusi keluarga. Wanita sebagai bagian penting dan penyanggah rumah tangga bisa berperan aktif dengan menanamkan dan mengajarkan materi cintai damai sejak dini di lingkungan keluarga. Anak-anak diajari bahwa radikalisme adalah tindakan kezaliman; ujaran kebencian adalah musuh bersama. Sebaliknya kedamaian adalah karakter bangsa ini dan merupakan identitas dari negeri ini. Ajaran kedamian yang dilakukan di lingukangan rumah tangga akan mengena, mengingat kelurga adalah sekolah pertama bagi sang anak. Asupan gizi pengetahuan diperoleh anak –dengan sangat berkesan –dari institusi ini.

Baca juga : Gerakan 3M, cara jitu Ibu bangsa Cegah Radikalisme pada Anak

Keterlibatan ini tentu bukan hanya di ruang privat-domestik saja, perempuan juga bisa aktif di ruang publik-produksi dengan bergabung dalam lembaga, organisasi, dan jaringan-jaringan yang fokus dalam literasi media. Wanita milenial bisa terlibat aktif dengan memberika advokasi, penyuluhan dan bimbingan, baik di maya maupun di dunia nyata. Acara seminar, workshop, dan latihan jurnalisme  dan beberapa akun feminisme dalam memberikan pencerahan di Instagram, Fecebook, YouTube adalah bagian dari upaya menyebar kedamaian dan menangkal radikalisme.

Kerja ini bisa dilakukan dengan menjadikan kata salehah sebagai kata sifat dan kata kerja, yakni saluha –sekaligus. Kata sifat maksudnya sifat progresif, pantang menyerah, dan ide-ide pencerahan harus ditanamkan sedini mungkin dalam setiap wanita. Bahwa wanita harus maju, tidak mudah terkena radikalisme, ujaran kebencian dan provokasi adalah simbol sifat dari salehah. Menanamkan sifat ini melahirkan manusia cerdas dan tidak mudah diadu domba, apalagi dengan doktrin-doktrin radikalisme.

Salehah sebagai kata sifat tentu harus diiringi dengan  salehah sebagai kata kerja (saluha). Maksud kata kerja adalah usaha yang dilakukan itu harus terus-menerus secara berkisenambungan. Tidak mudah terkena radikalisme dan ujaran kebencian harus dikampanyekan dan ditanamakan  tanpa henti. Laiknya kata kerja yang memiliki masa sekarang dan akan datang, maka kerja-kerja pencerahan itu harus dilakukan sekarang juga masa akan datang, tidak hanya berhenti di masa kini apalagi hanya berpuas diri pada masa lampau saja.

Menanamkan salehah dan/atau saluha sebagai kata sifat dan kata kerja; wanita menyipati ide-ide pencerahan dan progresivitas dan melakukan kerja itu secara kontiniutas, maka akan lahir banyak Wanita salehah-wanita salehah masa kini.

Hamka Husein Hasibuan

View Comments

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

12 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

12 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

12 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

12 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago