Narasi

Gerakan 3M, cara jitu Ibu bangsa Cegah Radikalisme pada Anak

Fakta bahwa paham radikal telah mengisi ruang-ruang sosial masyarakat Indonesia cukup memprihatinkan. Kini radikalisme ada dimana-mana dan akan terus berlipat ganda.Gejalanya tampak sangat nyata, terjadi disekitar kita menyentuh setiap lapisan dalam masyarakat.

Bagi bangsa Indonesia paham radikal tentu merupakan problem yang cukup serius. Dapat menjadi batu penghalang bagi kemajuan bangsa. Dan yang lebih mengkhawatirkan paham radikal dapat menggerus watak sosial budaya masyarakat Indonesia.

Lagipula masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang heterogen. Masyarakat yang terbiasa hidup berdampingan meski berbeda, saling menghormati perbedaan, saling bertoleransi. Sangat berbeda dengan paham radikal yang mengarusutamakan pembenaran tunggal pada kelompoknya saja.

Dalam masyarakat yang heterogen jika pembenaran tunggal dilanggengkan, yang akan terjadi adalah maraknya kekerasan. Sungguh kemungkinan yang tak diharapkan bagi bangsa yang tengah berpacu dalam segala bidang untuk menjadi negara yang maju.

Membaca gerakan radikalisme

Radikalisme di Indonesia membawa slogan pergantian sistem, mengganti sistem lama dengan sistem negara khilafah. Persepsi kesamaan agama dimainkan untuk melipat gandakan kekuatan untuk mencapai tujuannya bahkan tak jarang menggunakan kekerasan.  Gerakan-gerakan jihad bermunculan dengan jalan jihad fisik (penampilan) sampai yang mengarah pada terorisme.

Baca juga : Mamah Super; Merajut Damai Dalam Keluarga

Banyak isu yang digunakan untuk melancarkan gerakan ini. Memang kelompok ini sangat lihai dalam hal doktrinasi isu. Mulai dari isu agama, isu ketidakadilan, kesenjangan ekonomi dan kemiskinan, bahkan sampai isu ancaman dari dunia internasional. Dan isu-isu yang dimainkan cukup mampu memberi pengaruh pada masyarakat. Tidak sedikit yang termakan isu dan menyatakan bergabung.

Dalam melancarkan pengaruhnya, gerakan ini mencoba menancapkan taringnya dilokus-lokus strategis melalui medium-medium yang strategis pula. Gerakan mereka tersebar dan menguasai masjid-masjid. Mereka menyerbarkan paham melalui  media cetak maupun daring dan terkonsolidasi dengan sangat rapi. Tidak sampai disitu saja mereka melakukan kaderisasi bagi simpatisan mereka. Bahkan sekolah dan perguruan tinggi masuk dalam jaring gerakan ini. 39 persen mahasiswa tertarik dan mendukung (survey BNPT pada April 2017).

Karenanya tak mengherankan virus radikal menjamur tanpa mengenal batas usia, status sosial, pekerjaan, dan gender. Perempuan dan anak-anak juga menjadi sasarannya. Tak jarang paham radikal yang mengarah pada terorisme dilakukan oleh ibu perempuan.

Pledoi yang mengatakan bahwa radikal adalah laki-laki mulai sekarang mesti dibuang jauh-jauh dari pikiran. Kenapa? Kenyataan nya jaringan terorisme justru sangat jitu memainkan perempuan. Jadi persoalan terorisme bukan soal gender. Tapi sejauh mana mereka dapat memainkan perannya.

Gerakan 3M, Upaya Cegah Radikalisme pada Anak

 Bung Karno pernah berkata tentang bagaimana pentingnya peran perempuan dalam diskursus berbangsa dan bernegara. Bung Karno berkata “Kalau perempuan itu baik, maka jayalah negara. Tetapi kalau perempuan itu buruk, maka runtuhlah negara” (dikutip dari fimela.com).

Nah, berkaca pada kenyataannya diatas, jika ibu bangsa (perempuan) sudah terpapar maka anak-anak juga ikut terpapar, keluarga ikut terpapar paham radikal. Jika anak-anak terpapar, kawula muda terpapar maka akan jadi apa bangsa ini kedepan??

Karenanya itu bangsa ini butuh ibu bangsa yang cerdas dalam mencegah bahkan memutus rantai jaringan radikal untuk menjaga Indonesia tetap berasa toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Lalu apa yang mesti dilakukan? Ibu bangsa bisa mulai dari diri sendiri dengan memperkaya pengetahuan, mempelajari modus-modus perekrutan dan doktrinasi paham radikal serta memperteguh prinsip bernegara. Ibu bangsa juga bisa menjadi konsolidator gerakan melawan radikalisme dengan jalan berjejaring. Baik melalui LSM, komunitas, ataupun instansi-instansi yang pro damai.

Dengan berjejaring memungkinkan ibu bangsa dapat bersatu mengkampanyekan pilar berkehidupan berbangsa dan bernegara yang telah diwariskan para founding father bangsa ini. Dengan berjejaring pula ibu bangsa dapat mengadvokasi korban yang pernah terpapar dan mendoktrinasinya agar jiwanya kembali merah putih seperti sediakala. Menyelam sambil minum air peribahasanya.

Dan yang urgent adalah bagaimana ibu bangsa dapat bersih-bersih virus radikalisme dalam keluarga. Banyak cara dapat dilakukan, salahsatunya dengan melakukan gerakan 3M ( Mengajarkan, Memantau, Mencontohkan). Gerakan 3M dilakukan untuk menjaga anak-anak, generasi emas bangsa agar tidak terjangkit paham radikal.

Pertama, mengajarkan. Ibu bangsa perlu mengajarkan anak-anak pemahaman agama yang utuh, tidak sepotong-sepotong. Menanamkan pentingnya agama dalam mengupayakan perdamaian tanpa pandang bulu. Anak-anak perlu diajarkan bersikap toleran terhadap perbedaan. Jiwa nasionalis anak perlu dibangun dengan memahamkan sejarah pembentukan negara yang diperjuangkan mati-matian dengan semangat persatuan. Selain itu anak juga perlu dipahamkan pilar yang musti dipegang teguh dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yakni Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan UUD 1945.

Kedua, memantau. Ibu bangsa perlu memantau sikap dan kepribadian anak, apakah sesuai yang  atau melenceng ke arah pembentukan pribadi yang radikal. Proteksi dari ibu sangat penting apakah ada perubahan sikap atau tidak pada seorang anak. Dalam hal ini komunikasi dan perhatian perlu dikerahkan lebih.

Mengajarkan dan memantau anak tidaklah cukup, perlu untuk mencontohkan. Sebagaimana peribahasa “buah jatuh tak jauh dari pohonnya”. Anak-anak akan melahap habis, meniru dengan sempurna apa yang dilakukan orangtua, terutama ibu. Karenanya tingkahlaku ibu mesti mencerminkan kepribadian yang humanis, damai, dan toleran. Dengan begitu maka tumbuhlah anak menjadi pribadi yang baik sesuai yang diharapkan orangtua, masyarakat, dan bangsa.

Meskipun tidak mudah mencegah dan memutus mata rantai radikalisme, tapi gerakan 3M merupakan pilihan jalan yang perlu diambil sebagai upaya menjaga harmonisasi yang telah lama terbangun. Berhasil tidaknya tergantung pula pada sinergi dan kekuatan kemauan antara pemerintah dan masayarakat dalam bersih-bersih virus radikalisme. Toh hasil tak pernah mengkhianati proses bukan!

Moh Zodikin Zani

View Comments

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

16 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

16 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

16 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

16 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago