Faktual

Waspada Agenda 100 Tahun Kebangkitan Khilafah 2024

Tahun 2024, merupakan akhir dari periode ke-100 tahun, di balik keruntuhan Turki Utsmani. Momentum ini, disebut oleh para penegak khilafah sebagai (nubuat) bangkitnya khilafah baru di tahun 2024 nanti.

Prinsip yang dibangun mencoba memanipulasi hadits Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan sebuah ungkapan. Bahwa, setiap 100 tahun (1 abad) sejatinya akan tumbuh/bangkit seorang pembaharu yang dikenal dengan sebutan (mujaddid). Hal ini dijadikan rujukan di balik agenda tegaknya khilafah di tahun 2024 nanti.

Al-Qaeda tengah membangun agenda transformasi-ideologis dengan strategi yang baru secara propaganda ideologis. Entah di dunia Arab secara umum dan negara-negara lainnya seperti Indonesia tidak terlepas dari target agenda tersebut. Kerinduan khilafah 2024 tengah menjadi kewaspadaan terpenting yang harus kita disadari di negeri ini.

Apalagi, tahun 2024 bangsa ini akan meniscayakan persaingan politik (pemilu 2024) yang sangat memanas. Beragam polarisasi politik identitas mulai bermunculan dan harus kita tolak. Membantah segala usungan negara khilafah di balik pemilu 2024 serta tetap menjaga perdamaian, kerukunan antar umat beragama dan menjaga kokohnya NKRI.

Sebab, kalau kita amati, agenda kebangkitan khilafah 2024 di Indonesia tentu tidak akan berpijak ke dalam organisasi apa-pun. Sebab, organisasi-organisasi seperti HTI, FPI, JAD, JAT atau-pun MMI serta organisasi penegak khilafah lainnya.

Tegaknya khilafah 2024 tidak akan berkelindan ke dalam organisasi-organisasi yang telah dilarang. Tetapi, secara basis ideologis mereka tidak akan pernah hilang sedikit-pun. Bisa saja, mereka membangun sebuah gerakan yang transparan dengan membawa dalih perjuangan agama Islam di Indonesia.

Berbagai macam tipe propaganda khilafah dengan jalur memecah-belah umat dan membangun kehancuran persatuan di negeri ini. Mengumpulkan beragam narasi anti-demokrasi, anti-Pancasila dan anti persatuan.

Jadi, propaganda kebangkitan khilafah 2024 di Indonesia “bisa saja” tidak terang-benderang secara formal membawa embel-embel negara khilafah/Islam. Melainkan membangun sistem (disentegritas) dan melahirkan (osteoporosis) kebangsaan lalu melahirkan sikap-sikap destruktif atas perbedaan.

Agenda tegaknya khilafah di Indonesia perlu benar-benar dicermati, diwaspadai dan jangan teledor terkait fenomena ini. Sebab, propaganda khilafah 2024 ini jelas tidak akan secara terang-benderang menyatakan bahwa Indonesia harus menegakkan khilafah. Tetapi, ada semacam (timing) yang akan membuat mereka terang-benderang.

Bisa saja, propaganda khilafah 2024 di Indonesia akan memanfaatkan tahun politik ini sebagai jalan. Untuk menabur ragam narasi yang bisa memecah-belah atau agenda-agenda politik identitas yang terarah ke dalam ajaran khilafah itu.

Maka, di sinilah pentingnya kewaspadaan di balik agenda 100 tahun kebangkitan khilafah 2024. Dengan membangun kolaborasi yang kognitif satu-sama lain dengan basis kemampuan serta keahlian yang kita miliki masing-masing. Baik pemerintah, akademisi, pemuka agama dan seluruh element masyarakat untuk waspada akan hal itu.

Sebagaimana yang telah disebutkan di awal, bahwa ada satu kunci besar bagi kita untuk bisa melawan propaganda khilafah secara bersama. Yaitu tetap menjaga perdamaian, kebersamaan dan persatuan agar tidak saling berpecah-belah. Tetap berkomitmen ke dalam nilai kebangsaan, memiliki kesadaran beragama yang egalitarian, inklusif dan menjaga kestabilan sosial agar tidak terjadi konflik/permusuhan.

Sebab, ketika semangat kebangsaan kita kokoh, persatuan tetap terbangun dengan baik dan kita memiliki pola beragama yang sangat egalitarian dan inklusif. Maka, ini akan menjadi (imun) untuk tidak terkontaminasi oleh virus kebangkitan khilafah di tahun 2024 nanti.

This post was last modified on 28 Februari 2023 3:37 PM

Fathur Rohman

Photographer dan Wartawan di Arena UIN-SUKA Yogyakarta

Recent Posts

Membangun Ketahanan Nasional Melalui Moderasi Beragama

Ketahanan nasional bukan hanya soal kekuatan fisik atau militer, tetapi juga mencakup stabilitas sosial, harmoni…

60 menit ago

Kembang Sore: Antara Tuhan dan Kehidupan

Dzating manungsa luwih tuwa tinimbang sifating Allah —Ronggawarsita.   Syahdan, di wilayah Magetan dan Madiun,…

1 jam ago

Meletakkan Simbolisme dalam Prinsip Agama Bermaslahat

Semakin ke sini, agama semakin hadir dengan wajah yang sangat visual. Mulai dari gaya busana,…

1 jam ago

Ketika Bencana Datang, Waspada Banjir Narasi Pecah Belah di Tengah Duka Bangsa

Di tengah rumah yang runtuh, keluarga yang kehilangan tempat tinggal, dan tangis pengungsian yang belum…

1 jam ago

Merawat Bumi sebagai Keniscayaan, Melawan Ekstremisme sebagai Kewajiban!

Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia menghadapi dua persoalan besar yang sama-sama mendesak: kerusakan lingkungan dan…

1 hari ago

Banjir Hoax dan Kebencian; Bagaimana Kaum Radikal Mengeksploitasi Bencana Untuk Mendelegitimasi Negara?

Banjir di Sumatera dan Aceh sudah mulai menunjukkan surut di sejumlah wilayah. Namun, banjir yang…

1 hari ago