Faktual

Waspada Propaganda Gelap HTI di Tengah Gejolak Hasil Pilpres

Di tengah kesibukan kita memantau hasil pemilihan presiden (Pilpres) 2024, tanpa kita sadari para simpatisan HTI menggalang dukungan di kalangan generasi muda untuk memperjuangkan tegaknya khilafah. Ini bukan hanya dugaan, melain sebentuk fakta yang bisa kita lihat dalam acara Metamorfoshow yang dilakukan eks-HTI di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 17 Februari kemarin, dua hari setelah pemilihan umum.

Diolah dari berbagai sumber, kabarnya acara itu diikuti setidaknya diikuti oleh 1200 Anak-anak muda. Dalam acara itu, eks HTI disebut melakukan indoktrinasi terhadap anak muda agar mendukung gerakan penegakan sistem khilafah di Indonesia. Mereka mewacanakan tentang kebobrokan negara demokrasi Indonesia, dan mengkampanyekan penerapan khilafah sebagai solusi untuk semua masalah yang dihadapi bangsa ini.

Tentu saja, kehadiran HTI yang propaganda khilafah tahririya ini harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan masyarakat luas, terutama mengingat situasi politik yang sedang rawan pasca-pelaksanaan pemilihan presiden (Pilpres) tahun 2024 ini. Dengan hasil yang kontroversial dan gejolak politik yang masih terasa, ada kekhawatiran bahwa propaganda semacam ini dapat memanfaatkan ketidakstabilan politik untuk menggalang dukungan dan merekrut simpatisan baru para radikalis.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya-upaya radikalisme seperti ini. Edukasi dan pemahaman yang lebih baik tentang ancaman yang dihadapi dari organisasi seperti HTI dan aliran-aliran radikal lainnya perlu ditingkatkan, baik di kalangan generasi muda maupun masyarakat umum. Ini tidak hanya melibatkan upaya pencegahan untuk mencegah rekrutmen dan penyebaran propaganda, tetapi juga upaya rehabilitasi untuk mereka yang telah terpengaruh oleh ideologi radikal agar tak kembali terpengaruh.

Selain itu, peran pemerintah dalam memantau dan menindak tegas aktivitas organisasi-organisasi radikal juga sangat penting. Langkah-langkah hukum yang tegas harus diambil untuk melawan upaya-upaya radikalisme dan ekstremisme yang mengancam kedamaian dan keamanan negara. Ini termasuk memperkuat peran aparat keamanan dalam mengawasi dan menindak organisasi-organisasi terlarang serta menggalang kerja sama internasional dalam memerangi terorisme dan ekstremisme dk Indonesia.

Namun, tidak hanya pemerintah yang memiliki peran dalam menghadapi ancaman radikalisme ini. Masyarakat sipil juga harus aktif dalam memerangi ideologi-ideologi ekstrem dan memberikan alternatif yang lebih konstruktif dan inklusif kepada generasi muda yang menjadi sasaran empuk radikalisme. Generasi muda harus dibekali dengan pemahaman yang lebih baik tentang nilai-nilai kebangsaan, pluralisme, dan demokrasi sebagai kunci untuk melawan propaganda radikal dan membangun masyarakat yang kuat, inklusif, dan juga toleran.

Dengan meningkatnya kesadaran dan kerja sama antara pemerintah, masyarakat sipil, dan lembaga internasional, harapan untuk mengatasi ancaman radikalisme seperti yang dilakukan oleh HTI dan aliran-aliran radikal lainnya menjadi lebih mungkin. Tetapi ini bukanlah tugas yang mudah. Namun, dengan komitmen dan upaya yang berkelanjutan dari semua pihak yang terlibat, kita yakin propaganda radikalis ini bisa ditangkal.

Sebagai sebuah negara yang pluralis dan beragam, Indonesia dihadapkan pada tantangan yang kompleks dalam menjaga kedamaian dan stabilitasnya. Namun, dengan kesadaran yang meningkat dan kerja sama yang kuat antara semua pemangku kepentingan, kita dapat mengatasi ancaman-ancaman ini dan membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi generasi masa kini dan generasi mendatang.

This post was last modified on 22 Februari 2024 4:56 PM

Rusdiyono

Recent Posts

Pembubaran Pengajaran Agama dan Doa di Padang: Salah Paham atau Paham yang Salah?

“hancurkan semua, hancurkan semua, hancurkan semua”. Begitulah suara menggelegar besautan antara satu dengan lainnya. Di…

5 jam ago

Meredam Fanatisme Kelompok melalui Budaya Tabayyun, Mungkinkah?

Fanatisme kelompok adalah salah satu tantangan serius yang dihadapi masyarakat Indonesia dalam menjaga harmoni sosial…

5 jam ago

Tabayyun sebagai Kearifan untuk Menghadapi Propaganda

Pergesekan antar ormas (organisasi kemasyarakatan) yang terjadi di Pemalang, serta konflik senjata yang terjadi antara…

1 hari ago

Waspada Karakter Fasik di Era Digital: Menyaring Informasi, Menyelamatkan Persatuan

Di era digital yang dibanjiri informasi, sikap kehati-hatian dan bijak menjadi kebutuhan pokok. Bayangkan, setiap…

1 hari ago

Kekeliruan Istilah Ulama “Pribumi” vs Ulama “Impor”

Wacana yang memisahkan ulama menjadi “pribumi” dan “impor” adalah konstruksi sosial yang lemah secara historis…

1 hari ago

Anak dalam Jejaring Teror, Bagaimana Menghentikan?

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengkonfirmasi adanya peningkatan penetrasi propaganda radikal yang menyasar kelompok rentan…

4 hari ago