Kebangsaan

Membangun Watak Bangsa Dengan Pendidikan Berbasis Pancasila

Hari ini adalah hari pendidikan Nasional, lahirnya hari pendidikan nasional ini dilatar belakangi oleh komitmen bangsa Indonesia dalam membangun anak bangsa yang memiliki kecerdasan manusia Indonesia yang berkarakter (character national building), seperti yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 (preambule) tujuan Indonesia merdeka adalah :

  1. melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
  2. untuk memajukan kesejahteraan umum,
  3. mencerdaskan kehidupan bangsa,
  4. melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,

Salah satu tujuan bangsa Indonesia merdeka adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, sementara mencerdaskan atau kecerdasan itu hanya bisa dicapai dengan pendidikan, karenanya pendidikan menjadi sangat penting bagi bangsa indonesia dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan. Selain untuk mencerdaskan, pendidikan adalah modal dasar bagi manusia Indonesia, karena pendidikan adalah jalan manusia untuk menjadi pemimpin, baik untuk dirinya, masyarakat dan bangsa Indonesia.

Ki Hajar Dewantara sebagai bapak pendidikan nasional pernah mengatakan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani yang artinya seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang-orang di sekitarnya. Poin penting yang harus dipegang teguh oleh seseorang adalah suri tauladan; seorang pemimpin harus mampu memberikan semangat dan menggugah jiwa bangsa. Lantas pendidikan seperti apa yang diberikan oleh negara sebagai upaya menjaga keberlangsungan dalam hidup berbangsa dan bernegara?

Pertanyaan ini penting untuk terus diajukan, mengingat setalah 71 tahun Indonesia merdeka  sejak 17 agustus 1945, berbagai macam pemikiran, falsafah dan ideologi asing mencoba masuk ke negeri ini dalam rangka mempengaruhi masyarakat Indonesia. Sebut saja sosialisme, komunisme, materialisme, fundamentalisme, bahkan atheism. Pemikiran dan ideologi ini pun sudah sampai ke ranah pergerakan nasional, peristiwa politik yang terbesar, misalnya gerakan komunisme tahun 1965, menjadi sejarah kelam perjalanan Indonesia merdeka, atau tentang sejarah DII/TII pada 7 Agustus 1949 yang merupakan sebuah gerakan yang mencoba membentuk negara Islam menggantikan demokrasi pancasila, rongrongan ideologi dan pemikiran impor mencoba menggerus watak asli bangsa Indonesia, pemikiran radikalisme, khilafahisme, fundamentalisme dan komunisme.

Karenanya tidak ada pilihan lain untuk mencerdaskan bangsa ini selain dengan kembali ke Pancasila. Garuda adalah gambaran dari sifat yang dinamis, gagah perkasa, serta mampu dan berani untuk secara mandiri mengarungi luasnya angkasa. Pancasila dalam lambang pendidikan nasional jelas menjadi pengikat pedoman dasar dalam membentuk karakter national, kepribadian nasional, dan juga watak nasional. Melalui pancasila, bangsa Indonesia diarahkan untuk memiliki watak dan karakter yang sesuai dengan cita-cita pada founding fathers bangsa Indonesia, yakni terbentuknya anak bangsa yang berketuhanan, meyakini dan menjalani agama atau keyakinan yang dianut dengan benar.

Manusia Indonesia juga diarahkan untuk memiliki jiwa kemanusiaan yang adil dan beradab, yakni tidak bersikap egois terhadap kelompoknya atau agama yang dianutnya, tidak merasa paling benar sendiri, tidak toleran dan tidak menghargai perbedaan. Pendidikan yang sesuai dengan pancasila juga mampu membentuk watak anak bangsa yang mencintai persatuan, seperti slogan bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetap satu jua. bersatu dengan cara menghargai perbedaan, bersatu untuk mengakui perbedaan sebagai kekuatan bangsa.

Pendidikan pancasilais juga mampu melahirkan sifat kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah, yakni pemikiran, pengetahuan atau pendapat yang baik. Tujuan terutama dari sebuah pendidikan sebagaimana diarahkan oleh pancasila adalah untuk mencapai keadilan. Adil berarti mampu menempatkan sesuatu pada tempatnya, mengerti betul perbedaan antara hak dan kewajiban, serta adil untuk membangun bangsa ini menjadi lebih baik dan sejahtera.

Hal ini sekaligus untuk menegaskan bahwa Pancasila telah begitu lengkap untuk digunakan sebagai panduan membangun Indonesia. Negeri ini tidak butuh lagi paham-paham lain yang bergemuruh dengan mimpi, dengan pancasila kita bisa bangun Indonesia.

This post was last modified on 2 Mei 2016 3:04 PM

Haidar Malaka

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

19 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

19 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

19 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

19 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago