Pendidikan Islam sejak dini merupakan salah satu solusi dalam upaya membangun karakter seseorang menjadi lebih baik bukan saja dalam keluarganya akan tetapi juga terhadap masyarakat dan lingkungannya. Munculnya berbagai bentuk lembaga pendidikan seperti, Sekolah Dasar Islam dan pesantren-pesantren merupakan wujud kongkrit bahwa masyarakat kita sedang menghadapi sebuah ancaman sosial sehingga setiap keluarga terpanggil untuk membenahi anak-anaknya dari ancaman ini secara dini guna mewujudkan generasi pelanjut yang lebih baik melalui berbagai bentuk pendidikan yang dianggap ideal.
Persoalannya, jika ternyata lembaga pendidikan yang diharapkan mampu membina dan membantu orang tua siswa/i untuk membangun kepribadian seorang anak yang lebih baik justru mengajarkan kekerasan, fanatisme dan radikalisme yang bukan saja akan berdampat negatif terhadap diri pribadi seorang anak, akan tetapi lebih dari itu, akan menjadi ancaman masyarakat, agama, bangsa dan negara..
Islam sebagai agama damai dan cintah kasih yang diturunkan oleh Allah kepada junjungan Nabi Muhammad Saw jauh sebelum fenomena- sosial ini mencengkrat masyarakat, telah memberikan bimbingan kepada pengikut-pengikutnya agar mendidik anak-anaknya dengan baik sesuai dengan tuntutan Rasulullah dan menghindarkan dari pengaruh negatif sehingga nantinya menjadi anak yang soleh.
Konsep ini tidak terlepas dari sifat-sifat wajib yang harus dimiliki oleh seorang Nabi dan Rasul yaitu Al Amin (Dipercaya), Assiddiq (Jujur), Alfatonah ( cerdas) dan Attabligh (menyampaikan) . ke-empat konsep ini harus menjadi acuan utama setiap keluarga agar menanamkan nilai-nilai positif ini terhadap anak dan keluarganya sebagaimana Rasulullah Saw menjalankan sifat-sifat ini sejak kecilnya sehingga ia menjadi Rasul dan Nabi yang dicintai sepanjang masa.
Dipercaya merupakan salah satu sifat yang harus dilakoni setiap orang, karena tanpa kepercayaan maka seseorang bukan saja menjadi beban keluarganya akan tetapi menjadi beban masyarakat. Mereka yang kehilangan kepercayaan sangat sulit diamanahi segala sesuatu bahkan kehancuran terjadi karena amanah diserahkan kepada mereka yang tidak memiliki sifat amanah.
Karena itu membimbing dan membina seorang anak menjadi orang yang dipercaya sangatlah penting. Rasulullah Saw sejak kecilnya telah dikenal sebagai Al Amin sehingga semua teman-teman dan sahabat-sahabatnya ketika ia masih kecil mengakui bagaimana Rasululllah saw dalam berbicara, berbuat dan bertindak sehingga semua orang mencintainya dan memberikan gelar sebagai orang yang dipercaya. Kepercayaan yang ada pada diri Rasulullah bukan saja ditujukan kepada keluarganya akan tetapi kepada semua yang ada di sekitarnya.
Jujur merupakan salah satu kata kunci pergaulan yang mutlak dijalankan dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga. Berbagai masalah yang muncul dalam kehidupan kita akibat tidak adanya sikap jujur terhadap diri sendiri dan kepada orang lain. Jika kejujuran sudah tidak lagi dianggap sebagai barang yang berharga, maka kehidupan tidak akan berarti dan tidak akan memiliki nilai-nilai positif karena segala sesuatu yang dilakukan dibangun diatas kedustaan. Apapun yang dicapai oleh setiap orang yang dibangun diatas kedustaan, maka pasti tidak akan berkesinambungan. Banyak sekali bukti-bukti sejarah yang hancur luluh karena dibangun di atas sifat kedustaan.
Oleh karena itu, peran orang tua dalam membangun sikap jujur terhadap seorang anak sejak dini amatlah penting, karena jika hal ini diabaikan pada masa pertumbuhan seorang anak, maka kejujuran tidak akan menjadi budayanya dan sebaliknya berdusta justru menjadi budayanya dan ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup seorang anak.
Mengajari anak tentang hal-hal yang positif dan kreatif merupakan kewajiban seorang ayah dan ibu dan ini harus dimulai dari dini dengan menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif bagi seorang anak mulai dari dalam rumah tangga hingga memilih sekolah yang dianggap akan mendukung kecakapan, kecerdasan dan kreatifitas seorang anak.
Walaupun Rasulullah tidak pernah menempuh jalur pendidikan yang formal sebagaimana umatnya saat ini. Namun perlu diketahui bahwa iklim pendidikan dalam rumah tangga Rasulullah sejak kakeknya Abdul Muttalib hingga ayahnya dan pamannya Abi Tholib telah mencerminkan nilai-nilai kecerdasan sosial yang sangat popular pada saat itu sehingga keluarga Rasulullah sangat dikenal di tengah masyarakat Arab sebagai keluarga yang terpandang dan dihormati baik secara sosial maupun kecerdasan. Kecerdasan Abdul Muttalib-lah sehingga ia dipercaya mengurus Ka’bah di kalangan orang-orang Arab saat itu dan kecerdasan Rasulullah-lah sehingga ia sukses berdagang di tanah Syam.
Mencerdaskan kehidupan anak tak kalah pentingnya mengajarkan kepada anak-anak sifat kejujuran dan kepercayaan, karena yang demikian ini bukan saja mengajarkan sikap-sikap kemandirian akan tetapi juga sikap tanggung jawab terhadap dirinya bahkan lebih dari itu akan membentuk kepribadian seorang anak yang mampu menyikapi perkembangan yang terjadi di sekitarnya dan cakap dalam bergaul dan beradaptasi dengan siapapun yang ada di sekitarnya.
Attabligh adalah salah satu sifat wajib bagi Rasul dan Nabi, artinya sifat ini harus dimiliki oleh Rasulullah dan seorang Nabi sebagai pemimpin umat. Sifat Tabligh di sini memberikan indikasi bahwa seseorang harus mampu menyampaikan kebaikan kepada setiap orang dalam kondisi apapun dan kepada siapapun tanpa harus memilah-milah. Demikian pula umatnya harus menyampaikan kebaikan kebajikan kepada siapapun agar kebajikan itu menjadi tolak ukur dalam bertindak dan bermuamalah sehingga tercipta kedamaian dan ketenteraman.
Ke-empat konsep ini merupakan sifat-sifat yang harus diajarkan kepada anak-anak sejak dini sebagai cerminan dalam beragama dan berinteraksi dengan orang lain. Sifat-sifat inlah yang membuat masyarakat Arab bukan saja rela mengorbankan harta dan tenaganya untuk mendukung Rasulullah dalam berdakwah, akan tetapi juga jiwa dan raganya sebagai implikasi dari iman yang dimiliki terhadap kebenaran Rasulullah.
Soerang ayah dan ibu yang senantiasa mengajarkan kepada anak-anaknya sifat-sifat ini bukan saja telah berusaha menciptakan generasi-generasi yang baik dalam keluarganya, akan tetapi juga generasi yang akan mampu menjadi tauladan di tengah-tengah masyarakat bukan generasi yang menjadi beban dan musibah bagi masyarakat.
Wallahu a’lam
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…