Narasi

Agama Menjadi Pengikat Solidaritas Kemanusiaan

Kekerasan demi kekerasan mengatasnamakan Islam, beberapa waktu terakhir semakin meluas. ISIS merupakan salah satu contoh kasus yang menggunakan Islam sebagai “tameng” untuk melakukan kekerasan demi kekerasan. Mereka atas nama jihad, perjuangan dan keadilan merusak bahkan melukai orang-orang di sekitarnya.

Orang-orang yang melakukan kekerasan mengatasnamakan Islam ini kemudian menggunakan ayat-ayat Al-Quran, sehingga stereotip orang pemeluk Islam menganggap bahwa Al-Quran adalah kitab penuh kekerasan. Kehadiran buku Al-Quran Bukan Kitab Terror untuk membantah stereotip anggapan sepihak tersebut.

Pada bagian awal, penulis menjelaskan bagaimana kondisi Islam kekinian. Kondisi demikian kemudian diperkeruh dengan kondisi psiko-sosial umat Islam kekinian, yakni lambatnya umat Islam menggung dari “masa pubertas” intelektualnya. Hal ini diindikasikan dengan terobsesinya sebagian umat dengan simbol-simbol formalisme-legalistik, pemahaman keagamaan yang simplistik. Selain itu, terlihat masih kurangnya apresiasi terhadap penafsiran rasionalistik atas agama, dan kecenderungan untuk merasa paling benar sendiri pada beberapa kalangan Muslim.

Di sisi lain, terdapat kelompok yang mengambil sikap terbuka, tampak gamang dalam menghadapi tantangan realitas zaman yang menuntut kemampuan apropriasi, yaitu kemampuan memahami, dan mengambil dari orang lain tanpa hanyut ke dalamnya. Sehingga, itu berimplikasi pada sikap eksklusif terhadap sumber-sumber kebijaksanaan dan pengetahuan, seraya mengobral cap sesat kepada orang lain yang berbeda pandangan. Maka, tumbuhlah benih-benih permusuhan berdasarkan pada kebencian yang menegasikan aspek-aspek kemanusiaan.

Baca juga : Kerja sama Antar Agama Mewujudkan Perdamaian dan Misi Kemanusiaan

Padahal, banyak aspek dalam Islam yang begitu kental dengan nilai-nilai kemanusiaan atau humanisme. Keesaan Tuhan (Tauhid) dan kemanusiaan merupakan dua hal yang tak bisa dipisahkan. Kemanusiaan merupakan akar dari tradisi Islam, seperti tercermin dalam fikih, tasawuf, dan akhlak. Perintah Allah agar manusia menghargai kemanusiaan termaktub dalam al-Qur’an.

Al-Quran dari halaman per halaman dipenuhi dengan bimbingan dan di dalamnya terhadap ratusan perintah yang telah diberikan. Sebagian besar berhubungan dengan hak-hak Allah, hubungan dengan makhluknya dan sarana untuk membangun suasana perdamaian, cinta dan persatuan. Seperti telah dijelaskan bahwa di mana izin perang diberikan maka hal itu terbatas pada kondisi ekstrem tertentu dan tujuannya diberikan hanya untuk membela diri dan dalam rangka pembentukan perdamaian jangka panjang. Selain itu Islam sangat jelas mengajarkan bahwa segera setelah perdamaian tercipta kelompok yang telah dikalahkan tidak boleh dimanfaatkan atau diperbudak dan sumber penghasilan mereka tidak boleh dihentikan atau diambil alih secara tidak adil.

Al-Quran menyebutkan kata Ar Rahman ditemukan 57 kali sedangkan Ar rahim ditemukan sebanyak 114. Kata Ar Rahman berasal dari kata sifat dalam bahasa Arab, berakar dari kata kerja ra-ha-ma, artinya penyayang, pengasih, pencinta, pelindung dan pengayom. Sedangkan Ar-Rahim memiliki arti Maha Penyayang. Bahkan kata-kata perang dalam al-Quran atau hadits sangat sedikit ditemukan di dalam ajarannya.

Salah satu ayat dalam al-Quran menjelaskan bahwa “dan (ingatlah) ketika Kami Mengambil janji kamu, ‘Janganlah kamu menumpahkan darahmu (membunuh orang), dan mengusir dirimu (saudara sebangsamu) dari kampung halamanmu.’ Kemudian kamu berikrar dan bersaksi.”(QS. Al-Baqarah: 83)

Di ayat ini sangat jelas, bagaimana Islam sangat menghargai setiap kehadiran sesuatu ini, termasuk orang-orang yang ada di sekitar kita. Seorang muslim tidak diperbolehkan membunuh atau mengusir saudara sebangsa, meskipun berbeda ras, agama maupun suku. Kehadiran Islam bukan untuk menjadikan seluruh manusia beragama Islam, tetapi menjadikan semua manusia adalah saudara.

Cita-cita perdamaian dan hidup rukun merupakan prinsip yang ditanamkan ke dalam jiwa setiap muslim sejak ia memancarkan sinarnya di atas bumi Allah ini. Perdamaian dan cinta damai sudah menjadi bagian dari hidup umat Islam dan menjadi bagian dari aqidah yang sudah mendarah-daging.

Islam sejak diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. menyebarkan benih perdamaian dan mengajak umat manusia hidup damai dan rukun, bebas dari ketakutan dan bayangan peperangan dan pertumpahan darah. Karenanya kampanye perdamaian yang didengung-dengungkan masa kini, bukanlah hal baru dan bukanlah masalah yang asing bagi umat Islam.

Arti kata “Islam” Bahwasanya kata “Islam” sebagai nama agama yang diwahyukan kepada Nabi besar Muhammad saw. adalah berpangkal tolak dari kata “Silim” yang berarti damai, cukuplah sebagai tanda betapa agama Islam menjunjung tinggi cita-cita perdamaian dan hidup damai di antara umat manusia (halaman 136).

Islam dan Salam dua kata yang bertemu dalam pengertian keamanan, ketenteraman dan ketenangan dalam hidup seseorang dan hidup suatu umat. Kata “Salam” pun dalam kamus Islam menjadi salah satu nama Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam, di samping nama-nama lain yang disebut “Asma’ul Husna”.

Dari teladan Muhammad (Sunnah) dan Al-Quran memperlihatkan bahwa Islam sangat menjunjung tinggi tentang kemanusiaan. Kini, ketika mereka yang mengaku sebagai pengikut Muhammad, kemudian melakukan tindakan membunuh, membuat ketakutan atau tindakan terorisme lainnya, apakah benar dikatakan seorang mujahidin? Semua tergantung kepada penafsiran Anda sendiri. Dan ingat Kebenaran Absolut milik Allah, kita manusia hanya serpihan kebenaran-kebenaran itu. Maka kebenaran di dunia tidak hanya milik seseorang semata.

 

This post was last modified on 28 Desember 2018 12:03 PM

Novita Ayu Dewanti

Fasilitator Young Interfaith Peacemaker Community Indonesia

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

18 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

18 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

18 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago