Kebangsaan

Antara Aleppo dan Jeneponto

Aleppo adalah sebuah kota di Suriah yang kini menjadi perhatian dunia akibat konflik kemanusiaan yang terjadi di kota tersebut, di mana konflik itu telah mengakibatkan ribuan warganya meninggal. Di Indonesia sejumlah kelompok telah mensuarakan agar masyarakat Indonesia turut menunjukkan kepedulian dan solidaritas terhadap kasus Aleppo dengan alasan kemanusiaan. Terdapat banyak hal yang membuat bangsa Indonesia menjadi sangat peduli terhadap kasus-kasus yang ada di Timur Tengah, bukan saja yang kini terjadi di Aleppo, tetapi juga di belahan dunia Arab lainnya. Hal itu dilandasi oleh kultur antara kedua bangsa yang memiliki ikatan kuat dalam hal kesamaan keyakinan.

Oleh karena itu sangat wajar dan logis jika bangsa Indonesia atau kelompok-kelompok masyarakat di tanah air sangat antusias untuk membantu meringankan beban yang kini di hadapi oleh saudara-saudara kita di Aleppo.

Namun juga perlu diingat bahwa isu-isu kemanusiaan yang sering kali menjadi icon untuk membantu suatu komunitas yang sedang mengalami masalah itu kerap kali justru dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok tertentu yang memiliki agenda terselubung. Suatu contoh misalnya, ketika konflik Darfur di Sudan pada awal tahun 2000an muncul, lebih dari 500 LSM asing yang masuk ke Sudan untuk membantu meringankan beban yang dihadapi oleh warga Darfur, khususnya mereka yang menjadi korban akibat konflik bersenjata antar suku di daerah tersebut dengan alasan kemanusiaan.

Banyaknya LSM asing yang masuk ke wilayah Darfur nyatanya tidak meredakan masalah, bantuan-bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah tersebut rupanya sering kali salah sasaran. Bau amis kepentingan politis tercium sangat jelas dari masuknya berbagai LSM yang mengusung ‘misi kemanusiaan’ itu. Akibatnya, bukan saja hal itu justru memperumit masalah di wilayah tersebut, tetapi juga memperpanjang konflik itu hingga sebagian terpaksa mengakar di masyarakat.

Konflik memang bisa saja menjadi daya tarik untuk seabrek kepentingan politik. Hal ini bisa saja terjadi di berbagai konflik yang sedang terjadi. Aleppo misalnya, bisa jadi menjadi daya tarik untuk tarik ulur kepentingan politik, sehingga tidak menutup kemungkinan bantuan kemanusiaan yang masuk ke wilayah tersebut salah sasaran atau bahkan bantuan itu tidak pernah ada sama sekali. Ini bisa terjadi karena situasi lapangan yang rawan dan tidak bisa diprediksi apa yang akan terjadi dalam proses penyaluran bantuan kemanusiaan. Perampokan atau penyitaan bantuan di pos-pos di sepanjang perjalanan sering kali menjadi kendala dalam proses penyaluran bantuana kemanusiaan ke pihak yang ditujukan.

Pemerintah Suriah kemungkinan masih memiliki kemampuan yang cukup  jika hanya menangani korban kemanusiaan yang terjadi di Aleppo, seperti penyediaan obat-obatan bahan makanan dan kebutuhan lainnya seperti tenda dan air minum, apalagi jika negara-negara tetangga Suriah khususnya dari kawasan Teluk yang terkenal begitu kaya raya itu ikut memberikan bantuan ke Aleppo, maka cukuplah segala keperluan yang dibutuhkan negara itu. Karena itu, upaya memberikan dukungan atau bantuan kemanusiaan seyogyanya dilakukan dengan penuh kehati-hatian, bukan saja karena kekhawatiran akan salah masuknya bantuan tersebut, tetapi juga karena kita sudah punya pemerintah yang paling tahu kapan dan apa yang harus diberikan kepada saudara kita di Aleppo, termasuk bagaimana cara menyampaikan bantuan tersebut.

Terlebih dengan ramainya berita perihal terbongkarnya kelompok tertentu yang sengaja menumpuk kekayaaan dengan menjual isu konflik di Suriah dan Irak. Mereka mendaku diri sebagai kelompok yang paling bertanggungjawab untuk menyalurkan dana bantuan masyarakat Indonesia kepada para korban di negeri nan jauh di sana. Nyatanya, semua hanya bohong belaka.

Jika pun isunya adalah kemanusiaan, maka sebenarnya di sekitar kita ini masih banyak orang yang sangat membutuhkan bantuan kemanusian yang sangat mendesak, karena jika orientasinya adalah kemanusiaan, maka itu bukan saja masalah pangan akan tetapi juga masalah kebutuhan lainnya yang sangat prinsipil, seperti pendidikan dan kesehatan. Untuk itu, kita tidak perlu jauh-jauh ke Aleppo, kita punya banyak daerah yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Jeneponto misalnya, masih perlu bantuan dalam hal pendidikan dan kesehatan.

Beramal dan memberikan bantuan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Jika dilakukan dengan niatan dan proses yang baik, maka hasilnya pun akan baik. Jika sudah ada Jeneponto di depan mata, kenapa masih mau repot-repot ke Aleppo?

 

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

4 jam ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

4 jam ago

Menghapus Dosa Pendidikan ala Pesantren

Di lembaga pendidikan pesantren, tanggung-jawab seorang Ustadz/Kiai tidak sekadar memberi ilmu kepada santri. Karena kiai/guru/ustadz…

4 jam ago

Sekolah Damai BNPT : Memutus Mata Rantai Radikalisme Sejak Dini

Bahaya intoleransi, perundungan, dan kekerasan bukan lagi hanya mengancam keamanan fisik, tetapi juga mengakibatkan konsekuensi…

1 hari ago

Dari Papan Kapur sampai Layar Sentuh: Mengurai Materialitas Intoleransi

Perubahan faktor-faktor material dalam dunia pendidikan merefleksikan pergeseran ruang-ruang temu dan arena toleransi masyarakat. Jarang…

1 hari ago

Pengajaran Agama yang Inklusif sebagai Konstruksi Sekolah Damai

Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerjasama dengan Duta Damai BNPT telah berinisiasi untuk membangun Sekolah…

1 hari ago