Keagamaan

Bahaya Hoax dan 3 Tips Tabayyun dalam Al-Qur’an

Selama ini, berita bohong (Hoax) selalu dijadikan alat untuk menggiring sebuah opini. Agar masyarakat mengalami Civil Distrust, penuh benci/anti terhadap pemerintah. Selalu dijadikan alat untuk memecah-belah tatanan sosial. Seperti tragedi penembakan di kantor MUI beberapa hari yang lalu yang tengah dijadikan alat untuk menyebarkan hoax dengan tujuan provokasi yang semacam itu.

Di sinilah pentingnya (Tabayyun) agar kita selamat dari jebakan-jebakan hoax. Seperti yang telah disampaikan di dalam (Qs. Al-Hujurat:6) “Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan) yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu”.

Ayat di atas setidaknya memiliki tiga tips bagi kita dalam bertabayun agar terselamatkan dari hoax dan provokasi kebencian/pemecah-belah : Pertama redaksi “orang yang fasik” dapat kita pahami ke dalam konteks orientasi-pengenalan subjek berupa: memahami siapa pembuat/penyebar konteks/berita. Hal ini menjadi satu pertimbangan penting bagi kita untuk mengidentifikasi orang yang menyebar dengan segala motif tujuannya.

Dari sini kita bisa menilai apakah (subjek) menyebar informasi itu benar-benar mengungkap fakta kebenaran atau tidak. Seperti menyebarkan sebuah narasi yang sifatnya konspirasi, kebohongan, narasi hasutan dan kebencian. Demi tujuan agar masyarakat benci atas pemerintah atau berpecah-belah. Sehingga, pengenalan subjek pembuat berita/informasi/narasi yang ada di berbagai platform media itu sangat penting agar kita terselamatkan dari hoax yang sangat merugikan itu.

Pengenalan objek akan membuat kita mengenal subjek penyebar sebuah narasi. Apakah dia masuk golongan fasik yang harus kita tinggalkan, atau masuk dalam golongan orang yang tidak fasik untuk kita selalu dengarkan/baca setiap berita/informasi yang disuguhkan. Sehingga, ketika kita tekun dengan tips ini, niscaya kita akan terselamatkan dari fitnah hoax itu.

Kedua, kata perintah “telitilah” meniscayakan kita agar tidak menelan mentah-mentah sebuah informasi dan pentingnya telaah kebenarannya. Kita perlu memahami, menelusuri, mempertanyakan kembali dan terus menari ke akar-akar-nya kebenaran fakta di balik informasi/berita/narasi yang tersebar. Ini adalah satu hal penting menurut Al-Qur’an di atas agar kita tidak terjebak ke dalam sebuah informasi yang bisa mencelakakan kita, orang lain dan bangsa kita sendiri.

Seperti tragedi penembakan di kantor MUI yang kini dieksploitasi dan diproduksi sebagai alat menebar hoax. Bahwa, tragedi itu dianggap akal-akal pemerintah menjelang pemilu, dianggap ingin memberantas MUI dan bahkan kelompok intolerant memanfaatkan moment ini untuk menebar narasi hoax-kebencian bahwa penembakan itu dianggap mengusik umat Islam, lalu masyarakat diprovokasi agar membalas.

Narasi hoax yang semacam itu jelas akan membuat kita benci pemerintah, menganggap pemerintah benci MUI dan dianggap mengusik umat Islam. Maka, di sinilah pentingnya meneliti, menelusuri, mendalami dan mencari kebenaran informasi itu sangat penting. Agar, kita tidak tersesat di jalan yang akan membuat kita rugi, orang lain rugi dan akan membawa dampak buruk bagi bangsa kita sendiri.

Ketiga, redaksi “Agar tidak mencelakakan suatu kaum” merupakan konsekuensi logis jika kita melepaskan dua hal tadi. Dalam pengertian, segala bentuk informasi yang kita terima akan berdampak buruk bagi kita, orang lain dan bangs kita sendiri. Jika, informasi itu lalu kita telan mentah-mentah dan tidak melalui proses tabayyun seperti yang telah dianjurkan oleh ayat Al-Qur’an yang Saya sebutkan di atas.

Sebagaimana, saat ini kita harus benar-benar bijak dalam menerima/menyebar sebuah informasi/narasi/berita. Gunakan tips tadi sebagai jalan untuk mencari kebenaran yang bisa membawa dampak maslahat dan keselamatan. Sebab, hoax adalah satu-satunya musuh yang paling nyata yang telah memporak-porandakan bangsa ini.

This post was last modified on 8 Mei 2023 1:40 PM

Sitti Faizah

Recent Posts

Sesat Pikir Pengkafiran terhadap Negara

Di tengah dinamika sosial dan politik umat Islam, muncul kecenderungan sebagian kelompok yang mudah melabeli…

4 hari ago

Dekonstruksi Syariah; Relevansi Ayat-Ayat Makkiyah di Tengah Multikulturalisme

Isu penerapan syariah menjadi bahan perdebatan klasik yang seolah tidak ada ujungnya. Kaum radikal bersikeras…

4 hari ago

“Multikulturalitas vis-à-vis Syariat”, Studi Kasus Perusakan Makam

Anak-anak tampak menjadi target prioritas kelompok radikal teroris untuk mewariskan doktrin ekstrem mereka. Situasi ini…

4 hari ago

Bertauhid di Negara Pancasila: Menjawab Narasi Radikal tentang Syariat dan Negara

Di tengah masyarakat yang majemuk, narasi tentang hubungan antara agama dan negara kerap menjadi perbincangan…

5 hari ago

Penangkapan Remaja Terafiliasi ISIS di Gowa : Bukti Nyata Ancaman Radikalisme Digital di Kalangan Generasi Muda

Penangkapan seorang remaja berinisial MAS (18 tahun) oleh Tim Densus 88 Antiteror Polri di Kabupaten…

5 hari ago

Jalan Terang Syariat Islam di Era Negara Bangsa

Syariat Islam dalam konteks membangun negara, sejatinya tak pernah destruktif terhadap keberagaman atau kemajemukan. Syariat…

5 hari ago