Narasi

Bela Negara Sebagian Daripada Iman

Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon, Hubbul Wathon minal Iman, Wala Takun minal Hirman, Inhadlu Alal Wathon, Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon Ya Lal Wathon, Hubbul Wathon minal Iman, Wala Takun minal Hirman, Inhadlu Alal Wathon, Indonesia Biladi, Anta ‘Unwanul Fakhoma, Kullu May Ya’tika Yauma, Thomihay Yalqo Himama, Kullu May Ya’tika Yauma, Thomihay Yalqo Himama, artinya, Pusaka Hati Wahai Tanah Airku Cintamu dalam Imanku Jangan Halangkan Nasibmu, Bangkitlah Hai Bangsaku, Pusaka Hati Wahai Tanah Airku, Cintamu dalam Imanku, Jangan Halangkan Nasibmu, Bangkitlah Hai Bangsaku, Indonesia NegerikuEngkau Panji Martabatku, Siapa Datang Mengancammu, Kan Binasa di bawah durimu, Siapa Datang Mengancammu,Kan Binasa di bawah durimu

Lagu diatas karya KH Wahab Chasbullah yang dikarang Tahun 1934 itu memiliki relevansi bagi bangsa Indonesia dalam usaha pembelaan negara.  Lagu tersebut menunjukkan bahwa Umat Islam juga diwajibkan untuk bela negara, membela negara dari penjajahan, membela negara dari ujaran kebencian dan membela dari orang-orang yang suka memfitnah. Itu semua demi menjaga rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.

Bela negara merupakan sikap, tindakan dan perilaku bagi warga negara Indonesia yang dijiwai oleh kecintaanya kepada negara kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar  (UUD) 1945 dalam upaya mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia.

Setiap warga negara memiliki kewajiban yang sama dalam masalah pembelaan negara. Hal tersebut merupakan wujud kecintaan seorang warga negara pada tanah air yang sudah memberikan kehidupan padanya. Hal ini terjadi sejak seseorang lahir, tumbuh dewasa serta dalam upayanya mencari penghidupan.

Bela negara merupakan kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia dan umat Islam, wajib membela bangsa Indonesia kondisi dan keadaaan dalam bahaya, bela negara itu sangat luas sekali, bisa bela negara dalam bidang Pendidikan, Ekonomi, Politik, Budaya dan bahkan Agama.

Dalam praktiknya bela negara itu dapat dilakukan secara fisik maupun non fisik, tapi dalam konteks ini penulis hanya ini membahas dalam konteks belan negara non fisik.  Bela negara non fisikk dapat diartikan segala usaha manusia Inndonesia dalam menjaga bangsa dan kedaulatan negara dengan proses peningkatan semangat nasionalise. Nasionalisme kata KH Wahab Chasbullah adalah bagian dari Iman.  Nasionalisme merupakan rasa kecintaan dan kesadaran dalakm proses kehidupan dalam negara an bangsa, serta upaya untuk menumbuhkan rasa cinta pada tanah air.  Bela negara dapat ditunjukkan dengan tidak menebarkan fitnah dan fanatisme agama yang berlebihan sehingga bisa melahirkan radikalisme.

Baca Juga : Bersetia bersama Pancasila = Bela Negara

Dalam agama Islam, bela negara sangat dianjurkan, hal itu sesuai dalam Alquran bagaimana Nabi Ibrahim As mendoakan negeri yang ia tinggali (Makkah) agar aman dan makmur. “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman kepada Allah dan hari kemudian...”. (QS: Al-Baqarah:126). dalam ayat lain: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Makkah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala.” (QS: Ibrahim: 35).

Ayat-ayat al Qur;an diatas menunjukkan bahwa Umat Islam itu juga memiliki kwajiban bela negara, dengan memberikan rasa aman dan tentram. Nabi Ibrahim saja berdoa untuk keamanan dan negara, nah, kita sebagai umat Islam tentunya juga harus mampu membela negara, dengan cara menciptakan informasi yang baik, tidak menyebarkan informasi yang tidak, tidak membuat hoaks, tidak mempertentangkan antara agama yang satu dengan yang lain, tidak melahirkan intoloreansi beragama dalam bersikap dan bertindak.

Kecintaan terhadap tanah air ini juga terekam dengan baik dalam hadis Rasulullah Saw, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas, beliau bersabda: “Alangkah baiknya engkau sebagai sebuah negeri dan engkau merupakan negeri yang paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku, niscaya aku tidak tinggal di negeri selainmu.” (HR. Ibnu Hibban).Dasar Al quran dan Hadis tersebut sangat jelas bahwa konsep Bela Negara benar-benar ada dalam Islam.

Bela negara merupakan salah satu perwujudan berukhuwah dalam Islam, yakni ukhuwah wathoniyah yang berarti mencintai dan bersaudara dengan yang sebangsa dan setanah air. Persoalan bela negara dalam Islam di Indonesia memang cukup rumit, bela negara bukan hanya masalah geografis, akan tetapi nilai lokalitas dan kebudayaan yang seharusnya dijadikan jembatan antara nilai Islam dan kenegaraan. Bela negara dalam bentuk lain adalah mencintai tanah air sebagaimana mencintai Ibu kita sendiri.

Karena itu, bela negara merupakan bagian dari iman, iman yang baik dalam hati umat Islam pasti tidak akan menciptakan konflik, kekerasan dan pertentangan diantara sesama manusia, dan iman yang baik pasti mengajak perdamaian, iman yang baik menginginkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Dengan Iman yang baik pasti akan melahirkan suasana rukun, damai dan harmonis dalam berbangsa dan bernegara, dapat menjaga keamanan daerahnya masing-masing, iman yang baik dapat mematuhi peraturan hukum yang ada di Indonesia. Dengan demikian,  bela negara ini adalah penanda bagian dari keimanan umat Isalm. Bela negara ini dilakukan agar setiap warga negara Indonesia dan khususnya umat Islam untuk selalu menciptakan rasa aman dan negara yang mana bela negara itu salah satu bagian dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang kita cintai ini. Semoga.

Syahrul Kirom, M.Phil

Penulis adalah Alumnus Program Master Filsafat, Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta.

View Comments

Recent Posts

Konsep Islam Menentang Tiga Dosa Besar Dunia Pendidikan

Lembaga pendidikan semestinya hadir sebagai rumah kedua bagi peserta didik untuk mendidik, mengarahkan dan membentuk…

4 jam ago

Pemaksaan Jilbab di Sekolah: Praktir yang Justru Konsep Dasar Islam

Dalam tiga tahun terakhir, kasus pemaksaan hijab kepada siswi sekolah semakin mengkhawatirkan. Misalnya, seorang siswi…

4 jam ago

Memberantas Intoleransi dan Eksklusivisme yang Menjerat Pendidikan Negeri

Dua tahun lalu, seorang siswi SDN 070991 Mudik, Gunungsitoli, Sumatera Utara, dilarang pihak sekolah untuk…

4 jam ago

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

1 hari ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

1 hari ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

1 hari ago