Narasi

Ciri Kelompok Pengagum Fitnah dan Kekerasan

Ciri esensial ajaran Islam adalah moderasi (wasathiyah). Konon, Islam diturunkan sebagai penengah antara ajaran Yahudi yang formal-legalistik dan ajaran Kristen yang spiritualis. Al-Qur’an secara cukup jelas menerangkan watak moderat Islam ini pada Surah al-Baqarah [2]: 143: Dan demikianlah Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), ummatan wasathan (umat pertengahan, moderat, teladan) supaya kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan supaya Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Tidak hanya itu Al-Qur’an dalam banyak ayatnya menunjukkan tentang baiknya posisi moderat (tengah) seperti dalam QS. Al-Isra (29 dan 110).

Konsekuensi logis dari karakter dan watak yang moderat ini, Islam mengingatkan umatnya untuk tidak jatuh dalam sikap yang berlebihan dalam beragama. Sikap berlebihan, ekstrim, radikal serta terma-terma lainnya yang menunjukkan watak berlebihan merupakan wujud dari sikap beragama yang tidak dilandasi kematangan Ilmu tetapi lebih mengejar pada praktek beribadah. Sehingga jatuhlah mereka pada sifat kasar, mudah marah, keras bahkan sering menuduh dan memfitnah orang lain yang tidak sepaham dengan pemikiran dan aliran mereka.

Sampailah kita hari ini pada masa menjamurnya orang yang selalu merasa paling membela agama, paling mencintai agama, paling dekat dengan Tuhan sembari mencibir dan bahkan memusuhi mereka yang tidak sepaham dengan cara mereka memaknai ajaran agama. Wujud merasa memiliki berlebihan terhadap agama ini memunculkan nalar yang menjadi cirri khas kelompok ini, yakni nalar  konspiratif dan konflik. Kedua nalar inilah yang menjadikan mereka eksis. Mereka ada karena mereka menganggap yang lain sebagai musuh.      

Kelompok ini selalu memandang sesuatu dan orang yang ada di sekelilingnya sedang merencanakan konspirasi jahat untuk menghancurkannya. Akibat mindset ini mereka selalu terdorong untuk berkonflik, bertentangan dan bermusuhan dengan mereka yang merencanakan konspirasi jahat atau dengan orang yang mendukung konspirasi. Penyebaran fitnah, tuduhan, hasutan dan provokasi bahkan pada satu titik ajakan kekerasan untuk memerangi musuh menjadi karakter dari cara mereka mengamalkan agama.

Ada empat ciri besar yang bisa diidentifikasi dari kelompok penebar fitnah dan kekerasan ini. Pertama, pemikiran bahwa seluruh dunia sedang memusuhi kaum muslimin. Ada konspirasi besar yang saat ini sedang melakukan pemufakatan jahat untuk menghancurkan peradaban Islam. Dalam benak mereka ada tiga musuh besar yang sedang mengkonstruksi proyek menghancurkan Islam tersebut yakni; zionisme (Yahudi), kristenisasi, dan sekularisasi (Barat). Di Indonesia, musuh mereka ditambah satu lagi yakni hantu bernama komunis.

Kedua, keharusan untuk berbenturan dengan dunia luar untuk pembelaan terhadap Islam. Benturan dimaksudkan sebagai pembelaan terhadap umat Islam yang didzalimi oleh agresi kelompok yang ingin menghancurkan Islam. Keharusan membalas dendam tidak harus ke tempat kejadian tetapi bisa dilakukan di mana pun mereka berada dan pada siapapun yang dianggap sejalan dan pendukung para penghancur Islam.

Ketiga, menolak taklid tetapi terjerumus sikap fanatis. Biasanya kelompok ini akan menolak mengikuti ulama-ulama salaf melalui karangan mereka yang sudah dikuti oleh milyaran umat muslim se dunianya. Mereka memilih untuk langsung ke arah sumber asli Islam seraya pongah menepuk dada menjadi mujtahid baru. Ironisnya, mereka sangat mengkultuskan tokoh karismatiknya. Apa yang dikatakan mentor dan gurunya menjadi kebenaran absolut yang mengalahkan imam madzhab atau bahkan sumber aslinya.

Keempat, memandang apa yang sudah ada sebagai suatu kesalahan besar yang telah didiamkan selama berabad-abad. Dalam benak mereka semua kondisi saat ini adalah bentuk masyarakat jahiliyah yang perlu dirubah. Semua hal yang tidak sejalan dengan pemikiran mereka harus dibersihkan  atau minimal jika tidak mampu harus dijauhi. Karenanya mereka biasanya asosial alias tidak gaul karena sering memisahkan diri dari kehidupan umumnya. Mereka menolak pengajian umum lebih memilih pengajian sel tertutup. Menolak ulama besar lebih memilih ulama kerdil. Menolak kitab-kitab berbahasa arab dari ulama besar lebih memilih karangan  tokoh karismatiknya dengan terjemahan.

Ciri-ciri tersebut menandai munculnya kelompok atau perseorangan yang gemar memfitnah, menyalahkan, mengumbar amarah, dan mengajak kekerasan atas nama agama yang mereka bela. Sejatinya, kelompok ini cukup kecil secara kuantitas dan kerdil secara kualitas. Namun, kebanyakan mereka sangat percaya diri dan lantang berteriak. Inilah jalan yang mereka pilih karena hanya dengan lantang berteriak fitnah dan hasutan itulah cara mereka dianggap ada oleh mayoritas muslim.

Inilah PR besar bagi umat Islam yang telah memilih jalan moderat dan toleran sebagai ciri esensial Islam. Kelompok kecil dan kerdil tersebut memang tidak diterima di mana pun. Tetapi kelompok ini tetaplah penyakit peradaban Islam. Ibarat virus yang akan menyebar perlahan dan menghancurkan watak moderasi Islam.

Abdul Malik

Redaktur pelaksana Pusat Media Damai BNPT

Recent Posts

Riwayat Pendidikan Inklusif dalam Agama Islam

Indonesia adalah negara yang majemuk dengan keragaman agama, suku dan budaya. Heterogenitas sebagai kehendak dari…

8 jam ago

Hardiknas 2024: Memberangus Intoleransi dan Bullying di Sekolah

Hardiknas 2024 menjadi momentum penting bagi kita semua untuk merenungkan dan mengevaluasi kondisi pendidikan di…

8 jam ago

Sekolah sebagai Ruang Pendidikan Perdamaian: Belajar dari Paulo Freire dan Sekolah Mangunan Jogjakarta

Bila membicarakan pendidikan Paulo Freire, banyak ahli pendidikan dan publik luas selalu merujuk pada karya…

8 jam ago

Buku Al-Fatih 1453 di Kalangan Pelajar: Sebuah Kecolongan Besar di Intansi Pendidikan

Dunia pendidikan pernah gempar di akhir tahun 2020 lalu. Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung, pada…

8 jam ago

4 Mekanisme Merdeka dari Intoleransi dan Kekerasan di Sekolah

Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh mereka yang sedang duduk di bangku sekolah. Apa yang…

1 hari ago

Keterlibatan yang Silam Pada yang Kini dan yang Mendatang: Kearifan Ma-Hyang dan Pendidikan Kepribadian

Lamun kalbu wus tamtu Anungku mikani kang amengku Rumambating eneng ening awas eling Ngruwat serenging…

1 hari ago