Narasi

Dakwah Rasulullah Membangun Peradaban Damai, bukan Kebencian

Dalam perjalanan mengemban misi profetik rasulullah saw selalu mengedapankan dakwah dengan lembut, kasih sayang penuh dengan kedamaian. Itu semua bertujuan membangun peradaban masyarakat yang unggul (parexcellent) dan damai. Karena hanya dengan kedamaian manusia bisa berpikir jernih dan bisa berkarya untuk membangun negeri. Tetapi kalau negeri penuh dengan ujaran kebencian, teror dan kekerasan, bisa dipastikan rasa kemanusiaan sirna, pembangunan pun tidak bisa terwujud.

Diutusnya rasullullah saw tidak lain ialah untuk menyempurnakan akhlak umat manusia, innama bu’istu liutammima makarimal akhlak. Makanya nabi menjadi uswatun hassanah, suri tauladan yang baik bagi umat manusia. Nabi selalu mengedepankan budi pekerti luhur dan kasih sayang setiap menghadapi umat manusia dalam berdakwah. Sehingga tidak jarang ketika nabi berdakwah malah dicaci, bahkan akan dibunuh, nabi malah membalas dengan sikap terpuji. Inilah bukti rasulullah mengemban misi perdamaian, tidak ada sedikit pun ajaran kebencian.

Seperti contoh, ketika Nabi di Makkah mengalami tahun kesedihan, dan penolakan kafir Quraisy yang keras, maka beliau hijrah ke Thaif, dengan harapan mendapatkan tempat baru yang representatif. Tetapi di Thaif penolakan malah semakin keras, bahkan nabi dilempari batu, dan melukai beliau. Tetapi beliau tetap sabar. Bahkan ketika malaikat datang, untuk membantu nabi menurunkan bencana kepada masyarakat Thaif, nabi menolak. Dengan landasan, bahwa beliau masih optimis, anaknya atau keturunan orang Thaif yang memusuhinya masih berpotensi menjadi pengikut rasulullah.

Begitulah mulianya akhlak rasulullah dalam berdakwah menyebarkan Islam. Seandainya rasulullah berdakwah secara keras, atau bahkan dengan kebencian, saya kira Islam tidak akan bisa besar seperti sekarang. Dakwah dengan kebencian dan kekerasan hanya menodai ajaran rasulullah dan mengotori Islam. Makanya nabi pernah bersabda; “hai manusia sebarkan perdamaian, berilah makan dan sambunglah silaturahmi, kamu akan masuk surga dengan selamat”. (HR. ad-Darimi).

Keluhuran budi rasulullah itu yang menjadikan beliau sukses membangun masyarakat Madinah, menjadi kota berperadaban unggul. Lewat piagam Madinah, semua elemen sepakat hidup dalam perbedaan, untuk membangun negeri. Karena hanya dengan keamanan, kedamaian, baru kita bisa beribadah dengan tenang. Otomatis pembangunan negeri juga mudah terwujud. Ini dikenal dengan ukhuwah madaniyah, keberhasilan rasulullah dalam membangun masyarakat yang parexcellent.

Suksesi nabi juga terwujud dalam ukhuwah Islamiyah, ketika nabi sukses menaklukkan Makkah. Yang dikenal dengan fathu Makkah, bahkan musuh bebuyutan beliau, yakni Abu Sufyan diampuni. Sehingga Makkah bisa sepenuhnya berdikari di bawah naungan rasulullah yang harmonis dan damai.

Terakhir suksesi nabi bisa kita lihat dalam haji wada’, ini dikenal dengan ukhuwah insaniyah. Yakni peletakan dasar-dasar kemanusiaan, tentang pentingya menjaga nyawa, harta dan kehormatan. Serta persaudaraan universal antar umat manusia. Begitulah keteladanan mulia rasulullah yang harus kita teruskan secara serius.

Lawan Kebencian, Teladani Akhlak Rasulullah

Apabila kita meneladani dakwah rasulullah secara serius dalam menyebarkan Islam, kita akan malu jika masih mengumbar kebencian dan kekerasan. Mengingat akhir-akhir ini kelompok radikalisme aktif dan masif merongrong NKRI dengan membajak Islam, malah menggunakan Islam untuk aksi ujaran kebencian, kekerasan dan teror. Mereka mengatakan sebagai pejuang Islam, sebenarnya mengotori Islam.

Makanya, salah satu hasil Munas Alim Ulama kemarin bagian sidang komisi bahtsul masail ad-diniyah al-maudluiyah ialah larangan dakwah dengan ujaran kebencian, karena itu termasuk akhlak tercela (akhak madzmumah). Haram hukumnya untuk kepentingan apapun, termasuk untuk tujuan kebaikan. (NU.Online, 24 November 2017).

Jelas karena menebar kebencian itu sangat berbahaya, karena menyerang pribadi dan golongan yang itu semua dilindungi oleh agama (hifdhl-‘irdh). Maka rawatlah NKRI ini dengan terus menebar nilai-nilai persatuan dan kesatuan, jangan rongrong dengan kebencian.

Nah, dengan begitu tugas kita ialah meneladani dengan konsisten dakwah rasulullah yang sukses, berkat mengedepankan misi perdamaian dan kasih sayang, jauhi dakwah dengan kebencian. Karena rasulullah sama sekali tidak mengajarkan dakwah dengan kebencian, dan kekerasan. Wallahu a’lam..

Lukman Hakim

Penulis adalah Peneliti di Sakha Foundation, dan aktif di gerakan perdamaian lintas agama Yogyakarta serta Duta Damai Yogya.

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

17 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

18 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

18 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago