Categories: Kebangsaan

Gerakan Nasional #Ayo mondok!: Karena Pesantren Memang Keren

Sebagai salah satu institusi pendidikan tertua dan terbesar di nusantara, pesantren terbukti telah melahirkan banyak tokoh yang mampu memberikan warna tersendiri dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pesantren muncul dan berkembang di tengah-tengah masyarakat karena besarnya semangat untuk menyebarkan pendidikan yang bukan saja mencerdaskan, tetapi juga berkarakter kuat. Sehingga masyarakat yang memiliki kesempatan untuk belajar di pesantren memiliki pengetahuan dan kepribadian yang unggul dan kuat.

Lembaga ‘resmi’ pesantren telah menggejala di masyarakat Indonesia jauh sebelum negeri ini merdeka, sejarah menunjukkan bahwa pada tahun 1718 di kabupaten Pasuruan telah berdiri sebuah pesantren yang terkenal dengan nama Sidogiri. Beberapa tahun kemudian pesantren-pesantren ‘pioner’ turut bermunculan, diantara adalah; Pesantren Jamsaren Solo, Jawa Tengah (1750), Pesantren Miftahun Huda Malang, Jawa Timur (1768), Pesantren Buntet Cirebon, Jawa Barat (1785), dan Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Madura (1787). Mereka adalah cikal bakal bagi munculnya pesantren-pesantren yang lain di tahun-tahun berikutnya.

Sebagai sebuah lembaga pendidikan, Pesantren memiliki perhatian penuh pada kebutuhan utama masyarakat. Sehingga dimanapun pesantren didirikan, maka disitu pula lah masyarakat sekitar dimulyakan. Dengan menempatkan kepentingan utama masyarakat sebagai basis pendidikannya, pesantren terbukti mampu melakukan transformasi dari yang awalnya hanya berkutat pada kajian klasik soal agama, menjadi lembaga pendidikan yang juga mampu menyajikan pendidikan dalam bidang keilmuan modern.

Pesantren memiliki konsep dan tradisi pendidikan yang unik dan lain daripada lembaga pendidikan yang lain. Di pesantren, santri (siswa) tidak hanya diajari untuk memahami suatu materi pelajaran, karena dengan sistem tinggal di asrama, santri juga diajarkan untuk melakukan praktek langsung terhadap materi yang telah dipelajari. Terutama materi yang terkait dengan agama, tata krama, kebersamaan dan kemandirian. Siswa-siswa (santri) hasil didikan pesantren mampu tampil sebagai personal yang terampil dan dapat diandalkan.

Dengan pengalaman dan kelebihan yang dimiliki, pesantren terbukti mampu untuk terus bertahan tanpa pernah takut akan tergerus oleh laju perkembangan jaman. Sumbangsih yang diberikan oleh pesantren kepada rakyat Indonesia terasa begitu nyata. Tampilnya para tokoh agama yang menjunjung tinggi keagamaan dan keindonesiaan secara berimbang merupakan sedikit dari banyaknya bukti bahwa pesantren telah berhasil melahirkan tokoh-tokoh yang cakap dalam bidang agama namun tidak pernah sedikitpun lupa pada kulitnya (Indonesia).

Gerakan Nasional #Ayo Mondok yang digagas oleh Rabitah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) merupakan sebuah usaha untuk mengetuk kembali kesadaran masyarakat tentang pentingnya belajar di Pesantren. Pesantren memang terbukti sebagai satu-satunya lembaga pendidikan yang konsisten dalam mengajarkan dan mengamalkan materi-materi agama, namun hal itu tidak serta merta berarti bahwa pesantren tidak memiliki kelebihan dalam bidang keilmuan lainnya. Banyak pesantren telah lama membuka diri terhadap pendidikan formal, sehingga para santri dapat belajar secara lebih maksimal.

Ditengah kecenderungan sebagian masyarakat untuk memahami agama sebagai ‘alat pembenar’ dalam tindak-tindak kekerasan dan permusuhan, pesantren tampil sebagai kekuatan yang memastikan bahwa agama hadir hanya untuk tujuan kebaikan.

Di pesantren, kita diajari bukan saja untuk memahami materi agama, tetapi juga memahami siapa kita, kita yang sesungguhnya; yang masih harus terus belajar tanpa pernah boleh merasa paling benar.

Khoirul Anam

Alumni Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), UGM Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Salafiyah Syafiyah, Sukorejo, Situbondo, Jatim dan Ponpes al Asyariah, kalibeber, Wonosobo, Jateng. Aktif menulis untuk tema perdamaian, deradikalisasi, dan agama. Tinggal di @anam_tujuh

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

9 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

9 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

9 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

9 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

1 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

1 hari ago