Narasi

Hari Raya (Masih) di Tengah Pandemi

Takbir, tahmid dan tahlil bergema di seluruh penjuru dunia. Umat Islam menyambut hari raya Idul Adha dengan penuh suka cita dan kegembiraan walaupun masih dalam terpaan covid-19. Untuk kedua kalinya, umat Islam harus merayakan hari raya dengan suasana di tengah pandemi.

Tentu ada banyak pelajaran penting yang bisa diambil di tengah kondisi ini. Pandemi tidak akan menyurutkan umat Islam untuk merayakan hari besarnya. Dan pandemi justru ladang terbaik untuk mengaktualisasikan pesan hari raya di tengah tatanan baru ini.

Idul Adha adalah ibadah yang diwariskan dan diteruskan dari napak tilas kisah dan pengalaman spiritual keluarga Ibrahim. Rangkaian ibadah yang terkandung di dalamnya seperti ritual dalam haji hingga kurban merupakan rangkaian peristiwa yang pernah dilakukan oleh Ibrahim, Ismail dan Hajar.

Lalu makna apa yang bisa diambil pelajaran dari ibadah ini khususnya di tengah pandemic saat ini? Idul Adha melalui ibadah kurban mengajarkan totalitas dan dedikasi. Bukan manusia yang dikorbankan, tetapi sejatinya kurban adalah menyembelih ego dan sifat kebinatangan manusia.

Baca Juga : Bukan Sekedar Berkurban

Mengorbankan ego pribadi merupakan salah satu bentuk menjaga harmoni sosial. Manusia harus menekan kepentingan dirinya ketika hidup dalam lingkungan sosial. Di tengah pandemi saat ini manusia memang harus menjaga jarak tetapi ia juga tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan kepada yang lain.

Karena itulah, dalam lingkaran simbiosis sosial ini, untuk menjaga kerukunan dan harmoni sosial, manusia harus menyembelih ego dan kepentingan dirinya. Pengorbanan manusia sebagai makhluk sosial merupakan keniscayaan untuk menjaga ritme interaksi sosial. Seseorang mesti belajar mengorbankan egonya untuk tidak selalu memaksakan kehendaknya.

Pesan kedua Idul Kurban di tengah pandemi adalah semangat solidaritas sosial. Ibadah kurban mengajarkan manifestasi kepedulian terhadap yang lain. Ketika seseorang menanggalkan ego pribadi ia akan mudah memiliki kepedulian sosial.

Berkurban sebagai semangat Idul Adha adalah bentuk solidaritas manusia untuk berbagi kelebihan dengan yang lain. Berbagi akan mendidik seseorang untuk memiliki simpati, empati dan respek soosial terhadap komunitasnya. Di tengah pandemi saat ini semangat kurban ini sangat dibutuhkan. Banyak mereka yang menjadi miskin karena hantaman pandemi ini. Tentu membantu dan berbagi tidak sebatas lebaran, tetapi Idul Adha adalah momentum untuk memulai berbagi. 

Inilah pesan Idul Adha yang sangat relevan ditanamkan di tengah pandemic ini. Umat Islam harus memiliki komitmen dan solidaritas sosial yang tinggi. Islam adalah agama yang sangat menekankan harmoni sosial melalui bangunan solidaritas yang kuat. Memiliki solidaritas merupakan salah satu kunci menjadi umat beriman.

Dalam satu hadis Nabi bersabda: Tidak sempurna iman seseorang sehingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai diri sendiri (HR Bukhori). Kecintaan dan kebersamaan dengan sesama umat merupakan bentuk kesempurnaan iman. Seseorang yang mencintai saudaranya tidak akan mungkin berbuat kasar apalagi melakukan tindakan kekerasan yang merugikan saudaranya.

Dalam konteks berhari raya di tengah pandemi ini, umat Islam harus mengambil pelajaran dari semangat kurban untuk menjaga kebersamaan dan solidaritas. Semangat untuk berbagi dan menebar salam perdamaian menjadi penting untuk diwujudkan dalam mempererat semangat kebangsaan. Selamat Idul Adha 1441 H Mari Berbagi tengah Pandemi

This post was last modified on 31 Juli 2020 4:12 PM

Farhah Sholihah

Recent Posts

Agama dan Kehidupan

“Allah,” ucap seorang anak di sela-sela keasyikannya berlari dan berbicara sebagai sebentuk aktifitas kemanusiaan yang…

1 hari ago

Mengenalkan Kesalehan Digital bagi Anak: Ikhtiar Baru dalam Beragama

Di era digital, anak-anak tumbuh di tengah derasnya arus informasi, media sosial, dan interaksi virtual…

1 hari ago

Membangun Generasi yang Damai Sejak Dini

Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap ancaman…

1 hari ago

Rekonstruksi Budaya Digital: Mengapa Budaya Ramah Tidak Bisa Membentuk Keadaban Digital?

Perkembangan digital telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, terutama pada masa remaja. Fase ini kerap…

2 hari ago

Estafet Moderasi Beragama; Dilema Mendidik Generasi Alpha di Tengah Disrupsi dan Turbulensi Global

Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka tidak hidup di zamanmu. Kutipan masyhur dari Sayyidina…

2 hari ago

Digitalisasi Moderasi Beragama: Instrumen Melindungi Anak dari Kebencian

Di era digital yang terus berkembang, anak-anak semakin terpapar pada berbagai informasi, termasuk yang bersifat…

2 hari ago