Categories: Narasi

Hidup Terhormat adalah Mati Syahid

Hampir tiap kali ada teroris mati, entah karena menjalani hukuman mati atau ‘sukarela’ meledakkan diri sendiri, selalu saja ada orang-orang yang melabeli mereka dengan ‘gelar’ syuhada atau orang yang mati dalam keadaan syahid. Aduh, apalagi ini? Masak orang yang menciptakan keresahan dan kerusakan seperti itu disebut sebagai ‘orang yang mati karena membela agama’ sih?

Syuhada kerap digunakan untuk merujuk kepada orang-orang yang meninggal dalam keadaan membela Islam. Secara bahasa, syuhada berarti orang-orang yang bersaksi, yakni orang-orang yang menjadi saksi atas manusia, termasuk atas dirinya sendiri. Beberapa pakar juga mengartikan bahwa syuhada adalah saksi dan kontrol atas peradaban, bukan mati dalam kebiadaban. Artinya, menjadi syuhada adalah sebuah keniscayaan bagi seluruh manusia, karena di tangan manusialah peradaban ditentukan.

Mati dalam membela agama tidak boleh diartikan sebagai usaha untuk mati konyol demi kejayaan sebuah agama. Ingat, orang mati tidak bisa melakukan apa-apa. Sebagai bagian dari peradaban, agama lebih membutuhkan orang hidup, yang dapat berkarya dan terus berbuat baik terhadap sesama, bukan malah memilih untuk mati seenaknya sambil berharap mendapat hadiah surga.

Salah satu kata ‘penyemangat’ yang kerap digunakan oleh kelompok pecinta kekerasan adalah ungkapan isy kariman au mut syahidan (hidup mulia atau mati syahid). Mereka akan menemukan kalimat ini sebagai pembenaran atas berbagai pemikiran dan tindakan mereka yang melenceng jauh dari semangat perdamaian. Mungkin mereka lupa (atau tidak peduli), kalimat di atas adalah sepenggal nasehat yang hanya pas untuk satu momen saja, dan momen itu sudah berlalu.

Kalimat di atas adalah nasehat Asma kepada anaknya, Ibnu Zubair, saat menemui kesulitan dalam menghadapi musuh di medan perang. Ibnu Zubair sendiri kemudian dikenal sebagai seorang pejuang Islam yang hebat, tidak pernah gentar menghadapi musuh di medan perang. Ia pun sosok yang sangat tekun beribadah dan dikenal sebagai salah seorang syuhada muslim terhebat. Namun sayang, ia harus meninggal dalam keadaan yang sungguh mengenaskan, ia harus mati dengan cara disalib, kepalanya dipenggal oleh Hajjaj bin Yusuf untuk kemudian ‘dihadiahkan’ kepada Abdul Malik, penguasa kekhalifahan Bani Umayyah.

Kalimat di atas kemudian ‘dibangunkan’ lagi di era modern oleh Sayyid Qutb, ideolog dan salah satu pembesar gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir. Kalimat isy kariman au mut syahidan ia dengungkan disaat ia akan menghadapi hukuman gantung rezim Gamal Abdul Nasser. Dan entah bagaimana ceritanya, kalimat tersebut kemudian dijadikan semacam mantra oleh para extrimis untuk membangkitkan semangat menjemput ajal. Namun sayang, penekanan kalimat tersebut hanya terletak pada frase terakhir, mut syahidan (mati sahid), bukan pada isy kariman (hidup mulia). Sehingga tak pelak, orang-orang yang telah ‘kalah’ dalam kehidupan tersebut memilih untuk mati bersimbah luka daripada hidup mulia.

Bagi saya, isy kariman au mut syahidan berarti hidup (dengan cara) mulia (akan mengantarkan seseorang kepada) kematian yang syahid. Artinya, kematian yang syahid hanya akan bisa didapat oleh orang-orang yang menjalani hidup dengan mulia, bukan melalui jalan pintas dengan bom bunuh diri yang justru melukai sesama. Bukankah hidup terlalu indah untuk ditinggalkan begitu saja?

Khoirul Anam

Alumni Center for Religious and Cross Cultural Studies (CRCS), UGM Yogyakarta. Pernah nyantri di Ponpes Salafiyah Syafiyah, Sukorejo, Situbondo, Jatim dan Ponpes al Asyariah, kalibeber, Wonosobo, Jateng. Aktif menulis untuk tema perdamaian, deradikalisasi, dan agama. Tinggal di @anam_tujuh

Recent Posts

Dari Suriah ke Sudan; Bagaimana Ekstremis Mengeksploitasi Konflik Sosial-Politik?

Ibarat kendaraan bermotor, gerakan ekstremisme juga butuh bahan bakar. Jika mobil atau motor bahan bakarnya…

5 jam ago

“Glokalisasi Pancasila” & Ramuan Ciamik Harmoni Nusantara

Diskursus kebangsaan kita sering kali terjebak dalam dua tarikan ekstrem. Di satu sisi, terdapat kerinduan,…

5 jam ago

Eksploitasi Ideologi Mengatasnamakan Hijrah dan Jihad Semu

Propaganda terbaru ISIS melalui majalah al-Naba’ (2025) yang menyerukan ajakan berjihad ke Sudan merupakan bukti…

5 jam ago

Kompleksitas Isu Sudan; Bahaya Jihad FOMO Berkedok Ukhuwah Global

Isu Suriah sudah lewat. Gaza sudah berangsur normal. Isu lain seperti Uyghur, Rohingya, dan sebagainya…

1 hari ago

Ilusi Persatuan Global; Meneguhkan Nasionalisme di Tengah Dunia Multipolar

Kelompok ekstremis terutama ISIS tampaknya tidak pernah kehabisan materi propaganda kekerasan. Setelah revolusi Suriah berakhir…

1 hari ago

Menakar Ukhuwah Global dan Kompromi Pancasila Sebagai Benteng Persatuan Dunia

Dalam beberapa dekade terakhir, istilah ukhuwah global sering digaungkan sebagai cita-cita luhur umat manusia—sebuah gagasan…

1 hari ago