Idul Adha merupakan hari raya kedua yang dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Secara historis perayaan ini merupakan napak tilas perjalanan spiritual Ibrahim dan anak tercintanya, Ismail. Islam sebagai pewaris agama Ibrahim meneladani spiritualitasnya dengan salah satunya merayakan Idul Adha.
Salah satu hal penting dari perjalanan spiritual Ibrahim dan Ismail adalah ibadah kurban. Ibadah ini sejatinya menyimpang suatu hal yang sangat berharga. Bukan sekedar menyembelih hewan kurban, tetapi sarat makna yang sangat mendalam.
Ketika Ibrahim diuji untuk menyembelih anaknya sendiri, Ibrahim menekan ego dan keduniaannya. Ketika berhasil Allah menggantikan Ismail dengan hewan kurban. Apa artinya?
Setidaknya ada dua hal berharga yang bisa kita petik dari pengalaman spiritual ini. Pertama, agama Ibrahim termasuk agama Islam adalah agama yang sangat menghormati nyawa manusia. Beragama bukan mengorbankan jiwa dan manusia, tetapi agama adalah untuk menghargai dan menghormati nyawa. Tentu saja, ini menjadi penting ditegaskan bahwa Islam tidak ada sedikitpun doktrin yang menyuruh hambanya mati dengan sia-sia.
Islam sangat menghargai nyawa manusia. Hal ini misalnya tercermin dari hal paling kecil dalam peribadatan Islam. Ketika nyawa manusia dalam terancam, Islam memberikan pedoman bahwa nyawa harus didahulukan dibandingkan kepentingan keagamaan.
Ketika nyawa dalam ancaman Islam mentolerir hambanya untuk melakukan hal dalam menyelematkan nyawa meskikpun dalam perbuatan dosa. Hal ini lah tercermin misalnya dalam kaidah fikih yang sangat populer : kondisi darurat membolehkan hal yang dilarang.
Ketika seseorang kelaparan dan meyakini diri akan meninggal ketika tidak memakan sesuatu, mengkonsumsi hal yang dilarang dalam agama demi menjaga kelangsungan hidupnya bukan hanya kebolehan, tetapi kewajiban yang harus dilakukan.
Islam bukan agama yang menyuruh mengorbankan jiwa manusia. Nyawa dalam Islam adalah sangat berharga. Ironi, jika ada umat Islam mengklaim membela Islam dengan tanpa dasar lalu mengorbankan nyawa sendiri dan nyawa orang lain.
Kedua, Islam adalah yang mudah dan tidak memberatkan hambanya. Islam bukan agama yang memberatkan. Tidak ada hal susah dalam agama. Umat Islam diberikan keringanan-keringanan dalam ibadah jika berada dalam kondisi yang susah.
Semisal ketika dalam kondisi yang susah air, Islam memberikan kemudahan dengan ibadah pengganti seperti tayamum. Ketika seorang sakit, Islam memberikan ibadah pengganti dengan ibadah sebisa mungkin untuk dilakukan. Itulah Islam yang mudah.
Kesalahan umat saat ini seolah menjalankan Islam dengan kaku. Ketika wabah melanda masih ada yang memakakan diri dengan menjalani ibadah seperti dalam kondisi normal. Padahal, bukan hanya diri sendiri yang dibahayakan, tetapi juga bagi keselamatan dan nyawa orang lain. Dalam kondisi ini, ajaran Islam yang sangat menghormati nyawa dan mengandung kemudahan seolah tampil kaku dan tidak menghargai nyawa manusia.
Dalam momentum hari raya Idul Adha kali ini, dengan menyelami sejarah Ibrahim umat Islam semestinya mampu menyelami makna dan semangat Islam yang sebenarnya. Islam sangat menghargai nyawa manusia. Tidak ada alasan doktrin yang mengatasnamakan Islam dengan mengorbankan nyawa sendiri dan nyawa orang lain.
This post was last modified on 20 Juli 2021 9:56 AM
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…
Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…
Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…
Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…