Faktual

Polemik Bendera One Piece; Waspada Desakrasilasi Momen Hari Kemerdekaan

Belakangan ini, dalam beberapa hari media massa dan media sosial kita riuh ihwal polemik pengibaran bendera bajak laut yang diadaptasi dari serial anime populer One Piece. Bendera yang juga dikenal dengan sebutan Jolly Roger ini dikibarkan ramai-ramai oleh sejumlah kalangan. Dalam serial cerita One Piece, bendera itu melambangkan sebuah sikap perlawanan terhadap sistem dunia yang tidak adil.

Pengibaran bendera bajak laut One Piece yang bertepatan dengan momen peringatan Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus merupakan sebuah fenomena yang ganjil. Bagaimana tidak? Momen perayaan Hari Kemerdekaan selama ini berlangsung khidmat, sakral, sekaligus meriah. Bendera dan umbul-umbul di pasang di gedung pemerintahan, instansi swasta, dari kota besar hingga pelosok desa.

Tradisi itu bukan seremoni belaka, namun ekspresi dari penghormatan terhadap jasa para pahlawan pejuang kemerdekaan. Mengibarkan bendera merah putih bukan sekadar persoalan sepele. Dibutuhkan perjuangan dengan pengorbanan harta benda bahkan nyawa yang tidak ternilai harganya. Maka, jangan sampai momen peringatan Hari Kemerdekaan ini kehilangan sakralitasnya oleh ulah oknum yang berusaha memperkeruh suasana.

Tidak berlebihan kiranya jika pengibaran bendera bajak laut One Piece ini patut dicurigai sebagai sebuah upaya desakralisasi hari kemerdekaan. Ada sejumlah alasan untuk mendukung asumsi tersebut. Pertama, ada kesan bahwa pengibaran bendera bajak laut One Piece ini sengaja diskenariokan dan diorkestrasi oleh pihak tertentu. Di lapangan, kita lihat pengibaran bendera bajak laut One Piece ini masif dan terkesan sudah terrencana sejak jauh hari.

Kedua, ada pihak-pihak yang sengaja mengamplifikasi fenomena ini di media sosial dengan narasi-narasi provokatif. Misalnya ajakan pengibaran bendera bajak laut One Piece sebagai ekspresi dari situasi negara yang penuh dengan kasus korupsi dan ketidakadilan. Jika dilacak, akun-akun medsos yang mengamplifikasi narasi ini sama dengan akun-akun yang tempo hari mengampanyekan hastag Indonesia Gelap, Kabur Aja Dulu, dan sebagainya.

Ketiga, pemerintah melalui sejumlah pejabat telah menyoroti fenomena ini secara serius. Bahkan, sekelas Menkopolhukkam pun berkomentar bahwa fenomena pengibaran bendera bajak laut One Piece ini merupakan tindakan provokatif yang berpotensi melanggar hukum. Pemerintah pun secara tegas telah memberikan ultimatum hukum bagi para pengibar bendera tersebut.

Di bulan Agustus yang sakral ini, pengibaran bendera selain merah putih adalah sebuah tindakan yang tidak etis. Sebagai negara demokrasi, Indonesia tentu menjamin hak dan kebebasan warga dalam menyampaikan aspirasi dan kritik melalui media apa pun. Termasuk media yang mengadaptasi budaya populer.

Namun, hak dan kebebasan menyampaikan kritik itu tetap harus ada dalam koridor hukum dan etika. Secara hukum, pengibaran bendera selain merah putih telah diatur dalam UU. Termasuk larangan mengibarkan bendera non-merah putih lebih tinggi ketimbang bendera merah putih. Juga larangan mengibarkan bendera selain merah putih dan merah putih dalam satu tiang.

Di lapangan, kita melihat sendiri aturan ini masih banyak dilanggar. Sedangkan secara etis, pengibaran bendera selain merah putih tentu harus memperhatikan etika. Pantaskah, di momen peringatan Hari Kemerdekaan ini kita justru mengibarkan bendera selain merah putih, apalagi bendera bajak laut yang diadaptasi dari produk budaya populer yang bahkan tidak berasal dari negara sendiri?

Hari Kemerdekaan diperingati dengan beragam maksud. Selain menghormati jasa pahlawan, juga bertujuan merawat nasionalisme. Peringatan Hari Kemerdekaan adalah momen memupuk semangat nasionalisme kaum muda. Upacara bendera, berbagai lomba warga, malam tirakatan, sampai ritual pengibaran Merah Putih dengan ukuran raksasa di berbagai daerah dilakukan dengan maksud merawat rasa cinta tanah air dan memperkuat persatuan.

Upaya itu kini berusaha didistorsi oleh kelompok tertentu. Sakralitas Bulan Agustus tengah berusaha dikotori oleh pihak tertentu. Kita tidak boleh tinggal diam. Penegakan hukum wajib dilakukan untuk memberikan efek jera. Di saat yang sama, kita perlu terus menerus mengedukasi publik, utamanya generasi muda tentang pentingnya menjaga sakralitas peringatan Hari Kemerdekaan.

Pengibaran bendera bajak laut One Piece di momen peringatan Hari Kemerdekaan adalah sebuah tindakan nir-etika, tidak sensitif pada spirit nasionalisme, serta berpotensi mendegradasi kesucian Merah Putih sebagai lambang negara. Tidak ada jalan, lain kecuali menoak dan melawannya.

Nurrochman

Recent Posts

Mewarisi Agama Cinta dari Kearifan Nusantara

Indonesia, sebagai negeri yang kaya akan keanekaragaman budaya dan agama, memiliki akar-akar tradisi spiritual yang…

10 menit ago

Menghadirkan Agama Cinta di Tengah Krisis Empati Beragama

Rentetan kasus kekerasan atas nama agama menyiratkan satu fakta bahwa relasi antar pemeluk agama di…

11 menit ago

Cara Islam Menyelesaikan Konflik: Bukan dengan Persekusi, tapi dengan Cara Tabayun dan Musyawarah

Konflik adalah bagian yang tak terelakkan dari kehidupan manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan, keyakinan, dan bahkan…

3 hari ago

Beragama dalam Ketakutan: Antara Narasi Kristenisasi dan Persekusi

Dua kasus ketegangan umat beragama baik yang terjadi di Rumah Doa di Padang Kota dan…

3 hari ago

Bukti Nabi Sangat Menjaga Nyawa Manusia!

Banyak yang berbicara tentang jihad dan syahid dengan semangat yang menggebu, seolah-olah Islam adalah agama…

3 hari ago

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

4 hari ago