Categories: Kebangsaan

Indonesia untuk Peradaban Islam Dunia

Pemandangan tidak lazim terjadi di salah satu bagian Masjid Nabawi pada musim haji ini. Rombongan jamaah haji dengan pakean khas Nusantara tampak menghiasi bagian ruang utama masjid Nabawi di Madinah. Rombongan jamaah ini begitu hikmat dalam beribadah, mereka menjalankan amalan-amalan wajib maupun sunnah dengan tetap mengenakan pakaian khas Nusantara. Kecuali saat wajib mengenakan pakean Ihrom, mereka mengenakan stelan baskap lengkap dengan Blangkon khas Jawa.

Busana yang mereka kenakan seakan menunjukkan bahwa kedekatan kepada Allah subhanahuwataala benar-benar bukan karena pakean, Hanya taqwalah yang menentukan kwalitas diri manusia dihadapan Tuhan. Pemandangan yang ditampilkan oleh Jamaah HAJI NUSANTARA Kloter 12 (sebelumnya13) dari Jepara, Jawa Tengah ini tentu menggugah ingatan tentang masa-masa di abad ke 18-19 dimana ulama Nusantara memberi warna yang kuat pada dunia intektual Hijaz.

Besarnya pengaruh ulama Nusantara ini membekas pada kawasan yang saat ini disebut Arab Saudi itu, di Syami’ah Arab Saudi dapat ditemukan sebuah kampung bernama Al-Jawi. Jawi dalam kontek ini tidak hanya berarti pulau atau suku Jawa, namun Jawi berkonotasi Nusantara atau setidaknya Asia tenggara.

Tersebutlah beberapa nama seperti  Syaikh Nawawi al-Bantani al-Makki, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi al-Makki, Syaikh Muhsin al-Musawa al-Palimbani al-Makki, Syaikh Abdullah Muhaimin bin Abdul Aziz al-Lasemi al-Makki, Syaikh Baqir bin Muhammad Nur al-Jukjawi al-Makki, Syaikh Ahmad bin Abdul Ghaffar al-Sambasi al-Makki, Syaikh Ismail al-Khalidiyah al-Minangkabawi al-Makki, Syaikh Muhammad Mukhtar bin ‘Atharid al-Bughuri al-Makki, Syaikh Junaid al-Batawi, Syaikh Abdul Karim al-Bantani al-Makki.

Syaikh Ali bin Abdullah al-Banjari al-Makki, Syaikh Abdul Ghani al-Bimawi al-Makki, Syaikh Asy’ari bin Abdurrahman al-Baweani al-Makki, Syaikh Abu Bakar bin Syihabudin at-Tambusi al-Makki, Syaikh Ahmad Nahrawi al-Banyumasi al-Makki, Syaikh Abdul Qadir al-Mindili al-Makki, Syaikh Abdullah bin Hasan al-Jawi al-Makki, Syaikh Muhammad bin Muhammad al-Jawi al-Makki, Syaikh Marzuki al-Jawi al-Makki dan Syaikh Muhammad bin Umar al-Sumbawi al-Makki.

Mereka adalah ulama handal asal bumi Nusantara yang menjadi tokoh terkenal sekaligus berpengaruh di kawasan itu. Mereka tidak hanya mengajar, namun juga menjadi Imam di Masjidil Haram. Karena jasa para intelektual itulah kini kita melihat madrasah, pesantren, dan pusat-pusat pengajian Islam tersebar di Singapura, Philipina, Thailand Bahkan di Afrika Selatan, mereka telah menjadi guru bagi tokoh-tokoh Islam yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Ulama-ulama tersebuat berasal dari berbagai daerah di Indonesia, Banten, jawa timur, Makasar, Sumatera Barat Kalimantan dan beberapa daerah lain. Dengan Semangat melawan penjajah dan menyiapkan sebuah kemerdekaan bagi negara yang berdaulat, mereka membangun imperium ilmu pengetahuan di negeri orang. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, kita patut berbangga bahwa para pendahulu kita telah menjadi pendidik bagi bangsa Arab.

Semoga keberadaan jamaah haji Islam Nusantara ini membawa semangat baru, menggali ingatan lama tentang betapa Nusantara pernah berjaya dimanapun ia berada, sehingga mampu memberikan semangat bagi generasi muda Islam di Indonesia saat ini. Mengenakan busana Islam Nusantara di negeri Hijaz  harus dilihat sebagai semacam mercusuar yang akan membawa kaum muda Islam Nusantara kembali memberi warna pada peradaban Islam dunia. amin

This post was last modified on 1 September 2015 11:19 AM

Imam Malik

Adalah seorang akademisi dan aktifis untuk isu perdamaian dan dialog antara iman. ia mulai aktif melakukan kampanye perdamaian sejak tahun 2003, ketika ia masih menjadi mahasiswa di Center for Religious and Sross-cultural Studies, UGM. Ia juga pernah menjadi koordinator untuk south east Asia Youth Coordination di Thailand pada 2006 untuk isu new media and youth. ia sempat pula menjadi manajer untuk program perdamaian dan tekhnologi di Wahid Institute, Jakarta. saat ini ia adalah direktur untuk center for religious studies and nationalism di Surya University. ia melakukan penelitian dan kerjasama untuk menangkal terorisme bersama dengan BNPT.

View Comments

  • sebaik-baik nya berpakain itu ketika sholat menggunaakan pakaian berwarna putih , betuk masalah ke takwaan bukan karena pakaian ,tapi karena kita umat rosullulloh saw dan kata rosululloh berpakaian putih itu sunah dan alloh juga suka dengan yang berwarna putih bersih maka sebaik nya ketika sholat berpakaian lah yang sunnah apalagi di masjid nabawi

  • salam, perbedaan adalah anugerah. konon perbedaan itu ada salah satu tujuannya adalah agar bisa saling "mengenal".

Recent Posts

Emansipasi Damai dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sejatinya tidak pernah pincang di dalam memosisikan status laki-laki dan perempuan. Di dalam banyak…

2 hari ago

Langkah-langkah Menjadi Kartini Kekinian

Dalam era modern yang dipenuhi dengan dinamika dan tantangan baru sebelum era-era sebelumnya, menjadi sosok…

2 hari ago

Aisyiyah dan Muslimat NU: Wadah bagi Para Kartini Memperjuangkan Perdamaian

Aisyiyah dan Muslimat NU merupakan dua organisasi perempuan yang memiliki peran penting dalam memajukan masyarakat…

2 hari ago

Aisyah dan Kartini : Membumikan Inspirasi dalam Praktek Masa Kini

Dua nama yang mengilhami jutaan orang dengan semangat perjuangan, pengetahuan dan keberaniannya: Katakanlah Aisyah dan…

3 hari ago

Kisah Audery Yu Jia Hui: Sang Kartini “Modern” Pejuang Perdamaian

Setiap masa, akan ada “Kartini” berikutnya dengan konteks perjuangan yang berbeda. Sebagimana di masa lalu,…

3 hari ago

Bu Nyai; Katalisator Pendidikan Islam Washatiyah bagi Santriwati

Dalam struktur lembaga pesantren, posisi bu nyai terbilang unik. Ia adalah sosok multiperan yang tidak…

3 hari ago