Narasi

Inti Ajaran Islam, Ada dalam Pancasila

Akhir-akhir kita mendengar beberapa oknum pendakwah yang menyampaikan pemahaman Islam, nasionalis dan Pancasila, tidak ada korelasi dalam keimanan dan kehidupan bermasyarakat. Bahkan mereka menganggap bahwa nasionalis dan Pancasila merupakan sebuah pemahaman dan ideologi yang tidak berlandaskan kepada ajaran Islam –al-Quran dan Hadits. Ironinya pemahaman demikian semakin hari semakin meluas yang mengakibatkan kekerasan di tanah air tercinta ini. Semisal, mereka melakukan ujaran kebencian bahkan yang paling mengerikan adalah menghilangkan nyawa seorang demi menegakkan syariat.

Tentu saja menegakkan syariat merupakan kewajiban semua umat Islam yang menganutnya, tanpa terkecuali sedikit pun. Mereka harus menegakkan syariat tersebut seadil-adilnya dan sesempurna mungkin demi mencapai keimanan yang hakiki. Perlu diperhatikan dalam menggapai sebuah keimanan yang hakiki, maka diperlukan sebuah ilmu yang mumpuni dan tidak mudah puas. Ilmu harus diasah terus-menerus tanpa mengenal ruang dan waktu, dan jangan berhenti hanya dalam dunia maya semata.

Ketika kita memahami Islam secara mendalam diimbangi dengan keilmuan yang jelas, maka sangat jelas bahwa Islam merupakan agama yang cinta damai, agama yang menebarkan rahmat untuk seluruh alam semesta, agama yang rahmatan lil alamin. Apalagi Indonesia adalah salah satu negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia yang cinta damai. Indonesia tidak seperti Syiria, tidak seperti Irak, Yaman, Libya, Afghanistan, Mesir, Turki, dan Pakistan yang sedang dilanda konflik perang saudara. Mengapa? Karena mayoritas penduduk Muslim Indonesia bersatu, menjaga persaudaraan, mengedepankan kasih sayang  dan cinta perdamaian.

Salah satu yang menjaga kedamaian Indonesia adalah Pancasila. Ideologi ini merupakan sebuah representasi dari ajaran Islam itu sendiri. Seperti sila pertama, bahwa Ketuhanan Yang Maha Esa harus dianut semua orang. Bahkan agama yang sesaudara Islam –agama yang dilahirkan dari Nabi Ibrahim, secara jelas bagaimana Keesaan Tuhan merupakan nilai utama yang harus dijunjung tinggi dalam kehidupan manusia. Bahkan, dalam tradisi Islam, orang dinilai dari ketakwaan kepada Tuhan, buka karena jabatan atau materi.

Inti dari Islam yang kedua adalah kemanusiaan. Inti ini juga ada dalam Pancasila. Kedudukan kemanusiaan terletak pada nomor dua. Begitu juga dalam ajaran Islam, bahwasanya Islam mengajarkan ketakwaan kepada Tuhan –bisa melalui shalat, kemudian diikuti dengan shodaqoh. Artinya bahwa, kehidupan manusia tanpa diimbangi dengan ketakwaan dan kemanusiaan, maka tidak akan ada artinya.

Inti ajaran Islam dan misi yang dibawa oleh Pancasila, memiliki misi yang sama yakni membawa kemaslahatan manusia baik di dunia  maupun di akhirat. Ketika kita menelisik sejarah, bahwasanya Pancasila merupakan sebuah ideologi yang dibuat melalui kesepakatan ulama. Kesepakatan tersebut untuk menjaga kedamaian serta kerukunan umat manusia, sebagaimana cita-cita Islam pada awal mulanya. Ketika ulama bersikukuh mendirikan negara berbasis Islam secara harfiah, maka banyak suku atau kelompok masyarakat yang akan berpisah.

Pancasila memiliki ruh ajaran Islam yang secara nyata. Dengan Pancasila, kita dapat hidup berdampingan dengan nyaman tanpa harus takut perbedaan dalam cara pandangan beragama. Penulis tidak sanggup membayangkan ketika kita menggunakan ideologi agama –terutama Islam. sebab Islam sendiri memiliki banyak golongan, di mana golongan satu dengan golongan lain memiliki pemahaman yang benar, sebab mereka menggunakan kitab suci yang sama serta mengamini Muhammad Saw. sebagai nabi yang terakhir.

Dengan kata lain, Al-Quran memiliki  nilai di dalamnya mengenai ketauhidan, persatuan, perdamaian dan kerukunan sesama manusia yang tidak mengenal batas sosial. Begitu juga dengan Pancasila yang memiliki tujuan yang sama dengan Al-Quran. Secara garis besar, Pancasila memiliki lima ajaran pokok. Paling utama adalah ketauhidan; Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara tegas, Pancasila menegaskan bahwa orang yang hidup di negara Indonesia harus memiliki Tuhan (Agama). Bisa dikatakan, setiap masyarakat wajib memiliki agama dan menyembah Tuhan Yang Esa.

Dengan berakhir tulisan ini, penulis ingin mengatakan bahwa kita memiliki ideologi Pancasila, tetapi kita tidak akan menggadaikan iman kita. Karena Pancasila dan Islam merupakan komponen yang saling melengkapi. Tidak hanya itu, Pancasila memiliki nilai seperti yang dijunjung Islam.

Ngarjito Ardi

Ngarjito Ardi Setyanto adalah Peneliti di LABeL Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago