Keagamaan

Islam Agama Rasional bukan Agama Doktrin

Islam sangat memperhatikan akal manusia dan menempatkan sebagai unsur penting dalam setiap kewajiban yang telah diwajibkan kepada setiap umat Islam. Pikiran yang sehat merupakan syarat utama dalam menjalankan setiap ritual ibadah yang telah diwajibkan kepada umat Islam dan siapapun yang tidak sehat pikirannya maka tidak diperkenankan melakukan ritual-ritual ibadah dalam Islam.

Mereka yang gila atau tidak waras tidak diwajibkan melakukan ritual ibadah seperti shalat, puasa, haji dan lain-lain bahkan seluruh kewajiban agama gugur bagi orang yang gila. Demikian pula orang-orang yang belum baligh juga tidak diwajibkan melaksanakan ritual agama selain karena umurnya yang dianggap masih sangat muda juga otaknya dan sikapnya belum dianggap dewasa.

Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan nilai-nilai rasional dalam setiap sisi penting agama bahkan dalam berkeyakinanpun demikian . misalnya meyakini tentang ketuhanan dapat ditemukan melalui nalar dan pikiran bukan saja hati dan keimanan akan tetapi juga akal pikiran sangat mendukung untuk mencapai kesempurnaan dalam keyakinan beragama khususnya terhadap ketuhanan dan kenabian.

Karena itu, islam juga memberikan kebebasan kepada setiap pemeluknya untuk memiliki akses langsung kepada esensi-esensi ketuhanan, kenabian, dan alam semesta dan tidak membatasi seseorang untuk mengetahui tentang agama yang lebih dalam. Siapapun memiliki hak untuk mempelajari islam melalui pendidikan dan pengajaran dan pelajaran serta melalui penelitian atau apapun istilahnya berbeda dengan agama lain yang membatasi akses kepada esensi agama terbatas pada tokoh-tokoh agama saja.

Dari fakta ini, maka akan sangat aneh jika seorang muslim cenderung mengikuti doktrin tentang agama yang diajarkan oleh pembimbing-pembimbingnya apalagi jika seorang muslim yang mengaku memiliki pengetahuan agama namun melakukan doktrin kepada anak-anak bimbingannya.

Sejatinya seorang pembimbing membuka alam pikiran anak-anak bimbingannya untuk mengetahui islam secara luas dan tidak mengkungkung mereka dalam satu doktrin yang eksklusif karena yang demikian itu, bukan saja akan menjadikan anak-anak bimbingan semakin fanatic akan tetapi juga egois dan  nantinya hanya akan berpikiran lebih sempit dan tidak terbuka.

Yang paling merugikan jika anak-anak yang masih kecil didoktrin untuk menjadi mujahid dan mengajarkan sejak awal bagaimana melakukan tindak kekerasan seperti melawan sesamanya. Hal semacam ini bukan saja akan menambah jumlah umat Islam yang ekstrim dan fanatic akan tetapi juga akan merusak citra umat Islam di masa yang akan datang.

Jika hal yang demikian ini terjadi pada generasi-generasi muda di kalangan umat Islam maka menjadikan Islam sebagai agama yang selalu sesuai dengan zaman dan waktu tidak akan tercipta bahkan yang akan terjadi justru akan semakin menyudutkan Islam bahkan akan terkesan bahwa Islam bukan agama rasional akan tetapi agama doktrin dan jika ini terjadi maka intisari agama Islam yang menghormati akal pikiran, keilmian dan kemajuan serta peradaban tidak akan terwujud. Sebaliknya Islam justru akan menjadi agama yang menakutkan bagi setiap orang akibat prilaku orang islam itu sendiri.

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Emansipasi Damai dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sejatinya tidak pernah pincang di dalam memosisikan status laki-laki dan perempuan. Di dalam banyak…

7 jam ago

Langkah-langkah Menjadi Kartini Kekinian

Dalam era modern yang dipenuhi dengan dinamika dan tantangan baru sebelum era-era sebelumnya, menjadi sosok…

8 jam ago

Aisyiyah dan Muslimat NU: Wadah bagi Para Kartini Memperjuangkan Perdamaian

Aisyiyah dan Muslimat NU merupakan dua organisasi perempuan yang memiliki peran penting dalam memajukan masyarakat…

9 jam ago

Aisyah dan Kartini : Membumikan Inspirasi dalam Praktek Masa Kini

Dua nama yang mengilhami jutaan orang dengan semangat perjuangan, pengetahuan dan keberaniannya: Katakanlah Aisyah dan…

1 hari ago

Kisah Audery Yu Jia Hui: Sang Kartini “Modern” Pejuang Perdamaian

Setiap masa, akan ada “Kartini” berikutnya dengan konteks perjuangan yang berbeda. Sebagimana di masa lalu,…

1 hari ago

Bu Nyai; Katalisator Pendidikan Islam Washatiyah bagi Santriwati

Dalam struktur lembaga pesantren, posisi bu nyai terbilang unik. Ia adalah sosok multiperan yang tidak…

1 hari ago