Categories: Keagamaan

Islam Agama Yang Ramah

Akhir-akhir ini kita disajikan dengan berbagai peristiwa konflik berlatar agama. Mengerikan jika melihat intensitas dan kuantitas konflik berlatar agama tersebut, apalagi jika ternyata pelakunya adalah orang yang beragama. Apakah kemudian perilaku tersebut menjadi sebuah ciri dari orang yang beragama? Atau jangan-jangan ini memang bagian dari ajaran agama? Tentu tidak. Agama apapun tidak mengajarkan kekerasan kepada umatnya. Lalu kenapa selalu terjadi konflik dan kekerasan atas nama agama?

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab konflik berlatar agama. Salah satunya adalah prasangka dari masing-masing kelompok agama, serta minimnya dialog antar agama yang dilakukan. Persoalan lain adalah pemahaman agama yang sempit dari masing-masing pemeluk agama, kaitannya dengan bagaimana berhubungan antara sesama pemeluk. Dalam tulisan ini penulis hanya akan menjelaskan bagaimana ajaran Islam yang seharusnya dijalankan dalam rangka membangun kehidupan yang damai.

Islam adalah agama yang menekankan kepada sikap yang menyebarkan kedamaian. Ada 3 unsur pokok Islam: Iman, Islam, dan Ihsan. IMAN: unsur pertama yang sangat mendasar, berkaitan dengan keyakinan, kepercayaan. Yang tidak beriman: kafir. ISLAM: unsur kedua, wujud iman, berkaitan dengan praktek ibadah. Yang tidak melakukannya fasik. IHSAN: unsur ketiga, wujud iman, berkaitan dengan akhak yang baik: sikap, prilaku, ucapan yang baik. Yang tidak melakukan dianggap memiliki akhlak yang buruk. Setiap muslim harus memiliki 3 unsur itu di dalam dirinya.

Makna Iman:

Iman (secara harfiah): “mengamankan diri, orang lain, dan sesuatu dari segala sesuatu yang mengganggu dan membahayakannya”. Terma “mengamankan” adalah sepadan dengan terma “menjaga”. Menjaga kepercayaan kepada sistem keimanan atau rukun yang iman. Sementara makna harfiah di atas adalah implementasi keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Pelakunya adalah mukmin: yang mengamankan diri, orang lain, dan sesuatu dari segala sesuatu yang menggangu dan membahayakan. Iman: “mengamankan diri dari azab Allah agar terhindar dari murka, siksaan, dan neraka-Nya. Pelakunya adalah mukmin: yang mengamankan diri, orang lain, dan sesuatu dari segala sesuatu yang menggangu dan membahayakan. Iman: “mengamankan diri dari azab Allah agar terhindar dari murka, siksaan, dan neraka-Nya.

Makna Islam:

ISLAM (secara harfiah): “menyelamatkan diri, orang lain, dan sesuatu dari segala sesuatu yang mengganggu dan membahayakannya sehingga dia aman dan damai.” ISLAM: “menciptakan kedamaian di antara semua makhluk Allah.” ISLAM: perwujudan iman yang ada di dalam hati. Pelakunya adalah muslim: yang menyelamatkan diri, orang lain, dan sesuatu dari segala sesuatu yang menggangu dan membahayakan. ISLAM: “menyelamatkan diri dari azab Allah agar terhindar dari murka, siksaan, dan neraka-Nya dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan meninggalkan semua larangan-Nya.

Konsep iman dan islam seperti ini diambil dari salah satu hadits rosul yang diriwayatkan oleh Thabrani dan Ibnu Umar: “orang mukmin yang paling utama keislamannya ialah seseorang dimana orang muslim dapat selamat dari gangguan lidah dan tangannya. Dan orang mukmin yang paling utama imannya adalah yang paling baik akhlaknya. Dan orang hijrah yang paling utama ialah orang yang meninggalkansemua larangan Allah dan jihad yang paling utama adalah orang yang dapat memerangi hawa nafsunya untuk melaksanakan perintah Allah,”.

Konsep menjaga, mengamankan dan menyelematkan diri dan orang lain ini dari berbagai hal yang membahayakan baik berasal dari dirinya atau dari luar menunjukkan sebuah pesan perdamaian dalam agama Islam. Sejatinya menjaga diri dan orang lain dari berbagai hal yang membahayakan adalah model implementasi keimanan seseorang. Sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhori dan Muslim menyebutkan: “tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga, ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri,”. Atau hadits yang menyebutkan “ tidak sempurna iman seseorang hingga dia menghormati (menjaga, mengamankan, menyelematkan) tamunya, atau hingga ia menghormati (menjaga, mengamankan, menyelematkan) tetangganya,” dari berbagai hal yang merusak.

Jadi Muslim itu adalah orang yang:

  1. MAMPU MENGAMANKAN dirinya, sesamanya, lingkungannya (hewan, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan alam seluruhnya) dari segala hal yang membahayakan semuanya.
  2. MAMPU MENYELAMATKAN semuanya itu dari hal-hal yang membahayakan dirinya, orang lain dan lingkungannya.
  3. MAMPU BERBUAT BAIK dan melakukan serta melahirkan kebaikan bagi dirinya, sesamanya, dan lingkungannya.

Semua yang dilakukannya akan menyebabkan dia aman dan selamat dari azab Allah dan mendapat keridaan-Nya.

Makna Ihsan:

IHSAN (secara harfiah): “berbuat atau melakukan kebaikan terhadap diri sendiri, orang lain, dan sesuatu sehingga menjadi baik, mendapatkan kebaikan, dan menghasilkan kebaikan”. IHSAN: perwujudan iman yang tinggi yang diwujudkan dalam bentuk kebaikan. Segala sesuatu yang dilakukan yang dipandang baik dan memberikan kebaikan yang lebih, menurut adat, kebiasaan, atau menurut agama, disebut ihsan. Pelakunya adalah muhsin: yaitu orang yang berbuat baik, yang memberikan kebaikan yang lebih bagi siapa pun, dan bagi apa pun. IHSAN: “berbuat baik atau melakukan perbuatan baik yang lebih sehingga tercipta kebaikan dan kemaslahatan bagi siapa pun dan bagi apa pun.

Makna ihsan yang kita kenal adalah pada saat kita beribadah (shalat) dimana posisi kita seolah-olah melihat atau merasa dilihat Allah. (an ta’buda allahu kaannaka taraahu, fainlam taraahu fainnahuu yaroo). Konsep merasa “ dilihat” dan “melihat” diwujudkan dalam berbagai bentuk kebaikan yang diarahkan atau ditujukan kepada sesama dan alam. Jadi Islam tidak mengajarkan kekerasan. Islam mengajarkan kedamaian bagi semua tanpa membedakan apapun warna kulit, agama, latarbelakang sosoial politik dan suku. Waallahu a’lam bi ashawab. (Marbawi)

Manhan Marbawi

Sekjen Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII), Koordinator Jakarta Edu Forum dan Guru PAI di SMPN 280, Jakarta

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

23 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

23 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

23 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

23 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago