Categories: Keagamaan

Memberi Manfaat: Agar Manusia Lebih Baik Dari Malaikat

Manusia adalah ciptaan Allah SWT yang paling sempurna di antara makhluk ciptaan Tuhan lainnya, tiada makhluk seindah manusia yang diciptakan oleh Allah SWT. Banyak manusia yang mensyukuri nikmat tuhan ini, meski tidak sedikit pula yang justru secara angkuh dan sombong menggunakan kenikmatan tuhan ini untuk melakukan kerusakan, baik kepada dirinya sendiri maupun kepada makhluk tuhan yang lain. Mereka terlalu angkuh untuk berterima kasih atas berbagai kelebihan yang diberikan tuhan kepada manusia.

Pantas Jibril dan malaikat lainnya ‘memprotes’ Tuhan ketika ia mengumpulkan semua makhluknya sesaat sebelum menciptakan manusia. Tuhan menyatakan “Aku akan menjadikan manusia sebagai khalifah (wakil Tuhan) -bukan khilafah- di atas bumi.” Spontan para malaikat protes, dan itulah protes pertama yang dilakukan makhluk kepada penciptanya. kata Malaikat, “Apakah Tuhan menjadikan  khalifah yang kerjanya hanya merusak, dan saling membunuh dan menumpahkan darah? Sementara kami ini para malaikatu-Mu senantiasa bertasbih dan mensucikan-Mu”. Tuhan menjawab pendek dengan menyatakan, “Aku lebih mengetahui dari pada apa yang kalian ketahui” (QS. al-Baqarah 30).

Kecurigaan para malaikat terhaadap manusia tentu sangat berlebihan, terlebih saat itu manusia belum diciptakan. Para malaikat menuding manusia yang sebentar lagi akan diciptakan Tuhan nantinya hanya akan saling merusak dan saling membunuh. Namun tuhan tetap menjalankan rencana-Nya, Ia pun menciptakan manusia sebagai wakil-Nya di atas bumi ini.

Jika diamati, protes yang disampaikan para malaikat kepada Tuhan tentang perilaku manusia yang mengkhawatirkan itu bukan lah protes sembarangan. Para malaikat sangat yakin bahwa ‘produk terbaru’ tuhan bernama manusia nantinya hanya bisa menyebabkan kerusakan. Kekhawatiran para malaikat itu nyatanya kini mulai kelihatan benarnya, dimana tidak sedikit manusia yang bisanya hanya membuat kerusakan. Meski tidak sedikit pula kita saksikan manusia yang baik dan berbudi luhur, bahkan banyak dari mereka yang justru lebih baik dari malaikat.

Manusia memiliki banyak hal yang tidak dimiliki oleh malaikat, salah satunya adalah kemampuan untuk memaafkan dan mengambil pelajaran dari kesalahan. Semua orang tentu pernah melakukan kesalahan, namun manusia yang baik adalah mereka yang mampu mengambil pelajaran dari kesalahan tersebut agar tidak mengulang kesalahan yang sama, sehingga mereka bisa menjadi lebih baik lagi di kemudian hari. Jikapun ada orang yang berbuat buruk terhadap kita, sikap terbaik yang bisa dilakukan adalah segera memaafkan, namun tidak melupakan. Ajak dan bimbing orang tersebut akan tidak kembali melakukan kesalahan sehingga ia bisa menjadi orang yang bermanfaat.

Berbeda dengan malaikat yang cenderung kaku dan mudah ditebak, manusia memiliki karakter yang berbeda-beda dan sulit ditebak. Karenanya kita harus selalu waspada, ada manusia yang tampak seolah baik padahal sebenarnya ia picik, tampak seolah merangkul padahal sebenarnya memukul, ingin tunduk tetapi justru menanduk, dst. Hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah merangkul mereka untuk kembali ke jalan yang benar.

Di negeri Indonesia yang kita cintai ini, perilaku double face itu terjadi pada para radikalis yang menafikkan nilai-nilai luhur tradisi dan budaya hanya karena tafsiran sempit atas ayat-ayat agama. Mereka memusuhi siapa saja yang berbeda pandangan dengan kelompoknya, mereka hinakan pemerintahan beserta seluruh jajaran stafnya dengan menyebutnya Thogut, alias pembantu iblis dan musuh Tuhan. Mereka maki negeri yang telah merawat dan membesarkan mereka dengan sebutan negeri kafir.

Berbagai perilaku kasar dan jahat telah pula mereka lakukan, dimana mereka tampak tidak sedikitpun merasa segan untuk bersikap arogan. Mereka menghajar siapa saja yang menghalangi kerusakan yang mereka lakukan, mereka melampaui batas-batas kewajaran manusia.

Tentu pemerintah melalui aparatur negaranya memberlakukan sanksi hukum pada mereka, tetapi di luar itu, kita juga memiliki kewajiban untuk menyelamatkan sempitnya pemikiran mereka tentang agama dan kehidupan dengan memberi mereka asupan informasi yang benar. Sangat mungkin bahwa mereka yang yang melakukan kekerasan adalah orang-orang yang tidak pernah mendapat informasi yang benar; kepala mereka disesaki dengan informasi salah kaprah, sehingga mereka tidak bisa melakukan hal lain selain membuat orang lain susah.

Karenanya menjadi kewajiban kita semua untuk tidak pernah berhenti memberi informasi yang benar terhadap sesama, terutama informasi terkait agama. Katakan kepada mereka yang keranjingan kekerasan, mereka lebih buruk dari setan. Namun jika mereka mau, tuhan selalu membuka pintu maaf dan pertaubatan. Jangan pernah berhenti merangkul mereka yang menistakan, karena sebaik-baik manusia adalah mereka yang bisa memberi manfaat kepada yang lain.

 

 

 

 

 

This post was last modified on 13 November 2015 10:56 AM

Irfan Idris

Alumnus salah satu pesantren di Sulawesi Selatan, concern di bidang Syariah sejak jenjang Strata 1 hingga 3, meraih penghargaan dari presiden Republik Indonesia pada tahun 2008 sebagai Guru Besar dalam bidang Politik Islam di Universitas Islam Negeri Alauddin, Makasar. Saat ini menjabat sebagai Direktur Deradikalisasi BNPT.

Recent Posts

Emansipasi Damai dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an sejatinya tidak pernah pincang di dalam memosisikan status laki-laki dan perempuan. Di dalam banyak…

1 hari ago

Langkah-langkah Menjadi Kartini Kekinian

Dalam era modern yang dipenuhi dengan dinamika dan tantangan baru sebelum era-era sebelumnya, menjadi sosok…

1 hari ago

Aisyiyah dan Muslimat NU: Wadah bagi Para Kartini Memperjuangkan Perdamaian

Aisyiyah dan Muslimat NU merupakan dua organisasi perempuan yang memiliki peran penting dalam memajukan masyarakat…

1 hari ago

Aisyah dan Kartini : Membumikan Inspirasi dalam Praktek Masa Kini

Dua nama yang mengilhami jutaan orang dengan semangat perjuangan, pengetahuan dan keberaniannya: Katakanlah Aisyah dan…

2 hari ago

Kisah Audery Yu Jia Hui: Sang Kartini “Modern” Pejuang Perdamaian

Setiap masa, akan ada “Kartini” berikutnya dengan konteks perjuangan yang berbeda. Sebagimana di masa lalu,…

2 hari ago

Bu Nyai; Katalisator Pendidikan Islam Washatiyah bagi Santriwati

Dalam struktur lembaga pesantren, posisi bu nyai terbilang unik. Ia adalah sosok multiperan yang tidak…

2 hari ago