Memrihatinkan. Indonesia yang selama bertahun-tahun dikenal sebagai negera dengan tingkat solidaritas sangat tinggi tiba-tiba ternodai dengan adanya peristiwa bom yang mengguncang setiap saat. Memrihatinkannya lagi, para peledak bom yang merugikan nyawa masyarakat sipil dan merusak berbagai sarana umum adalah “orang Islam”.
Jamak dari kita mengetahui bahwa tidak semua umat Islam mengamini bahwa dengan dalih apapun, mengebom sarana umum adalah perbuatan terpuji. Justru, umat muslim secara mayoritas mengecam tindak radikal yang sangat merugikan banyak pihak ini. Pun demikian, ulah sekelompok umat yang (mengaku) beragama (sekaligus memperjuangkan) Islam cukup mencoreng nama agama Islam secara keseluruhan.
Banyak dari kita tidak menyadari bahwa di luaran sana banyak umat lain sangat ketakutan mendengar nama Islam disebut. Ketika nama ini disebut, maka yang terbersit dalam benaknya adalah tindak teror, pembunuhan sadis, hingga pelaku bom bunuh diri. Tak cukup dengan hal itu, banyak dari umat lain juga merasa tidak nyaman berada di dekat orang muslim. Sebagai misal, ketika ada umat non-muslim berdekatan dengan seorang perempuan berkerudung yang satu bus (umum), maka seseorang tersebut akan merasa takut. Ketakutan mereka tidak main-main, yakni takut jika di balik kerudung seorang muslimah tersebut terdapat bom yang sewaktu-waktu dapat diledakkan.
Ketakutan umat lain ini sejatinya tidaklah mengada-ada. Semua ini bisa terjadi lantaran tidak sedikit umat yang (mengaku) beragama Islam dapat dengan mudahnya mengorbankan diri dengan meledakkan bom bunuh diri di tempat umum. Lebih-lebih, mereka dikabarkan sebagai orang-orang yang rela mati demi mendapatkan bidadari setelah kematiannya. Maka, bukan tidak mungkin umat lain menganggap bahwa setiap muslim memiliki pandangan demikian sehingga dapat meledakkan bom di sembarang tempat.
Kesadaran
Menghadapi permasalahan semacam ini, kita sebagai umat muslim Indonesia perlu mengelus dada secara mendalam. Karena, agama Islam merupakan agama keselamatan. Agama Islam tidaklah agama bom, yang sewaktu-waktu dapat meledakannya. Agama Islam merupakan agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi sekalian alam). Tidak dibenarkan seorang muslim melakukan tindak kerusakan. Jangankan berbuat kerusakan terhadap nyawa seseorang, terhadap alam pun tidak diperkenankan.
Sebagai sebuah agama, Islam mengajarkan umatnya untuk berdakwah. Kendati demikian, dakwah yang dilakukan hendaklah dengan cara hikmah (bijaksana) dan mauizah hasanah (perkataan yang baik). Tidak diperkanankan bagi seorang muslim mendakwahkan ajaran agama dengan cara yang tercela. Bahkan, berperang pun sejatinya dilakukan dalam rangka mempertahankan diri, bukan untuk menumpas umat lain.
Dalam pada itulah, Islam selamanya tidak pernah membenarkan adanya tindak radikal sebagaimana melakukan bom bunuh diri dalam rangka merusak fasilitas publik dan menghancurkan umat lain. Justru tindak radikal semacam ini merupakan larangan agama karena termasuk berbuat kerusakan. Sedangkan, berbuat kerusakan merupakan pantangan bagi umat muslim. Jika ada orang (yang mengaku) muslim melakukan tindak radikal, maka perlu dipertanyakan keislamannya.
Perlu diingat bahwa banyak pelaku bom bunuh diri merupakan kalangan pemuda. Mereka sejak kecil tidak mendapatkan perhatian penuh dari orang tua ataupun orang sekitar terkait agama. Maka, ketika menginjak remaja, mereka menemukan “guru” yang justru menggiring mereka jauh dari ajaran agama yang sesungguhnya. Mereka mendapatkan pelajaran agama yang sejatinya bertentangan dengan ajaran-ajaran yang semestinya. Dan, mereka sejatinya adalah para korban dari kelompok radikal yang memperalat kawula muda agar menjadi korban demi memuluskan “misi” terselubungnya.
Bermula dari sinilah, umat Islam mesti berhati-hati dalam mempelajari agama. Jangan sampai guru yang dipilih justru menjerumuskan ke dalam jurang kesesatan. Para orang tua mesti memikirkan pendidikan agama terhadap anak-anaknya. Mereka harus memilihkan guru agama yang tidak saja mengajarkan masalah fikih dan bacaan al-Qur’an belaka, namun juga hakikat dalam beragama.
Bagi umat selain Islam juga tidak perlu risau dengan keberadaan pemeluk agama Islam yang berada di sekitarnya. Agama Islam merupakan agama yang penuh dengan kasih sayang. Jika ada pelaku teror, berarti mereka bukan pemeluk agama Islam yang sesungguhnya. Wallahu a’lam.
This post was last modified on 26 Mei 2017 2:40 PM
Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…
Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…
Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…
Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…
Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…
Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…