Narasi

Jihad Santri Millenial Menjaga NKRI

Sejarah telah mencatat perjuangan santri dalam melakukan jihad memperjuangkan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tidak hanya pada era kemerdekaan, jauh sebelum kemerdekaan, kontribusi masyarakat santri dapat dilihat sejak masa pra kolonial dengan berdirinya pesantren di tengah masyarakat sebagai pusat pembentukan karakter dan jati diri bangsa. Santri pun telah memberikan kader-kader terbaiknya dalam mengisi kemerdekaan dan pembangunan di Indonesia.

Atas perjuangan dan kontrubsi masyarakat pesantren itulah, Pemerintah memberikan prasasti berharga dengan diperingati Hari Santri Nasional (HSN) pada setiap tanggal 22 Oktober. Penetapan ini di samping sebagai bentuk apresiasi Negara terhadap peran santri bagi bangsa ini, peringatan HSN harus dimaknai sebagai aktualisasi semangat santri dalam menjaga keutuhan NKRI. Melalui momentum ini, santri diingatkan pada warisan semangat jihad keagamaan santri dalam bingkai ke-Indonesia-an.

Dalam konteks kekinian, jihad santri tersebut harus direkontekstualisasi sesuai tantangan zaman saat ini. Bukan lagi jihad fisik, tetapi santri dituntut pengembangan kapasitas yang lebih kompleks dalam mengaktualisasikan jihad di masa kini. Salah satunya, tantangan zaman now menuntut santri menjadi bagian dari generasi millennial yang mampu mengembangkan diri meneruskan estafet perjuangan jihad santri masa lalu melalui cara masa kini.

Tanpa meninggalkan tradisi dan karakter yang sudah kental di dalam masyarakat pesantren, santri harus berani keluar menyambangi ruang-ruang baru di era millennial ini. Karakter sikap toleran, moderat, cinta NKRI, mandiri dan sederhana merupakan jati diri santri yang tidak boleh terkelupas zaman. Namun, santri dituntut harus mampu menegosiasikan nilai tradisi tersebut dengan kemajuan, pembaruan dan tantangan kekinian yang serba kompleks.

Salah satu yang perlu dibidik oleh santri zaman now adalah ruang sosial bernama dunia maya. Ruang ini merupakan arena kontestasi baru pertarungan nilai, pandangan, pemikiran dan bahkan ideologi yang belum banyak direbut oleh kalangan santri. Akhirnya, marak sekali situs, akun, dan da’i digital yang muncul dengan atribut kegamaan, tetapi tidak mampu mencerminkan pandangan keagamaan yang harmonis dengan wawasan kebangsaan sebagaimana dimiliki oleh kalangan santri.

Tidak hanya itu, ruang sosial yang maya tersebut kini diserbu oleh berbagai konten yang lambat laun ingin menggiring pada pemikiran intoleran, ekslusif, dan fanatis yang dijustifikasi dengan narasi keagamaan. Akhirnya, harus menjadi concern bersama bahwa akhlakul karimah dalam pola interaksi di dunia maya semakin punah, wawasan Islam sebagai rahmat semakin memudar, dan dimensi harmonis antara ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah wathnoniyah semakin tergerus.

Inilah salah satu ruang sosial santri millennial untuk mampu mengaktualisasikan jihad-jihad kekinian di dunia maya. Dakwah kekinian, dakwah online, ataupun dakwah millennial merupakan pilihan untuk mentransfer wawasan Islam moderat dan kebangsaan dalam rangka menjaga NKRI. Santri harus bergegas tidak hanya terkungkung di bilik pondok pesantren, tetapi memiliki wawasan yang luas menembus dinding tembok pesantren untuk menyebarkan pesan-pesan perdamaian di tengah masyarakat millennial saat ini.

Santri millennial harus menjadi garda terdepan dalam jihad mengkampanyekan perdamaian dan melawan permusuhan, fitnah dan ujaran kebencian di dunia maya yang berpotensi dapat merusak keutuhan NKRI. Dalam konteks peran itulah, santri dengan modal sosial tradisi dan karakter yang kuat harus juga melengkapi diri dengan kreatifitas dan inovasi agar mampu mengaktualisasikan semangat perjuangan di masa kini.

Selamat Hari Santri Nasional, Bakti Santri untuk Negeri

This post was last modified on 1 November 2018 3:46 PM

Rohani Inta Dewi

Recent Posts

Menyelamatkan Demokrasi dari Tipu Daya Demagog dan Ashabul Fitnah

Demokrasi adalah ruang hidup bangsa. Ia bukan sekadar sistem politik, melainkan jalan bersama untuk menyalurkan…

14 jam ago

Tidak Ada Demokrasi yang Seharga Nyawa

Di pengujung Agustus 2025, demokrasi kita kembali menorehkan luka. Dua nama, Rheza Sendy Pratama di…

14 jam ago

Kembali Bersatu, Jaga Indonesia: Belajar dari Pedihnya Provokasi

Di tengah puing-puing dan reruntuhan bangunan pasca demo, ada gelombang besar semangat yang mempersatukan seluruh…

14 jam ago

Menjaga Kemurnian Simpati terhadap Korban dan Melindungi Martabat Demokrasi

Demonstrasi adalah hak konstitusional untuk menyuarakan aspirasi, tetapi tragedi yang menyertainya sering kali menorehkan luka…

2 hari ago

Memahami Pesan Kebangsaan Presiden Prabowo: Waspada Aksi Demonstrasi yang Mengarah pada Tindakan Makar dan Terorisme!

Belakangan ini, sejumlah aksi demonstrasi di Indonesia berubah menjadi ricuh. Apa yang semula dimaksudkan sebagai…

2 hari ago

Mujahid Demokrasi: Kisah Affan Kurniawan dan Seruan Solidaritas Tanpa Anarkisme

Hari Kamis, 28 Agustus 2025, seharusnya menjadi hari demonstrasi damai bagi rakyat untuk mengekspresikan kegelisahan…

2 hari ago