Narasi

Jika Agama Dipahami secara Sempit

Sebuah pertanyaan yang sering muncul di kalangan orientalis yaitu mengapa umat Islam tidak menamakan agamanya sebagai agama “Muhammadisme” dengan mengaitkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai sang pembawa risalah. Hal yang sama seperti halnya penganut agama lainnya di muka bumi ini yang menamakan agama sesuai pembawa risalahnya.

Memang ada beberapa orientalis menggunakan istilah “Muhammadisme” bagi pengikut-pengikut Nabi Muhammad saw dengan menyamakan pengikut agama lain di muka bumi ini. Namun umat Islam sendiri tetap menggunakan Islam sebagai nama agamanya bukan “ Muhammadisme”.  Hal ini disebabkan karena selain dalam Alquran sudah menetapkan bahwa agama ini adalah agama Islam juga menekankan  bahwa Nabi Muhammad Saw adalah Nabi yang diutus kepada semua umat manusia dan alam semesta ini.

Karakteristik Islam dan Nabinya yang memiliki kekhasan tersendiri bila dibanding dengan nabi dan agama sebelumnya,  tentu memiliki arti yang sangat penting bagi seorang penganut Islam. Di sini tidak ada perbedaan antara satu dengan yang lain semuanya adalah nabi dan rasul yang diutus oleh Allah ke muka bumi ini. Namun diakui atau tidak Allah Swt telah memberikan keistimewaan kepada pembawa risalah Islam itu sebagai nabi  terakhir dan nabi penutup yang diutus untuk semua alam semesta dan kepada semua umat manusia.

Jika agama yang terakhir itu sebagai penyempurna agama sebelumnya dan sebagai penutup risalah tuhan dengan misi yang sama dengan agama sebelumnya yaitu membawa umat manusia hidup dalam kedamaian dan ketentraman, maka seorang muslim harus memahami bahwa sesungguhnya agama yang dianutnya adalah agama yang universal  dan sebagai agama pelengkap bagi semua agama sebelumnya.  Karena itulah, seorang penganut Islam dituntut untuk mampu menjalankan nilai nilai universal itu dalam kehidupannya sehingga makna dari agama yang dianut itu dapat tercermin dalam kehidupan sehari-harinya.

Seorang muslim harus mampu menjadi panutan bagi siapapun bukan saja bagi sesama muslim, tetapi juga bagi penganut agama lain. Seorang muslim harus menjadi pelindung bagi siapapun tanpa memandang latarbelakang agama, suku dan ras karena nabinya bukan saja diutus kepada suatu kaum, tetapi diutus kepada semua alam semesta ini. Nabi Muhammad Saw adalah rahmat bagi semua alam  bukan saja bagi umat dan kaum tertentu tetapi kepada semua  yang ada di alam ini.

Menjadi seorang muslim sejatinya menjadi seorang yang mampu mengaktualisasi nilai-nilai ajaran Islam itu sebagai agama yang rahmatan lil alamin menjadi rahmat bagi siapapun bukan  menjadi muslim yang berpikir untuk dirinya sendiri  atau untuk kelompok sendiri akan tetapi berpikir untuk kebaikan semua yang ada di dalam alam ini.  Bukan berpikir sempit yang dapat menjerumuskan orang Islam itu sendiri ke dalam sebuah kehancuran yang tiada maknanya.

This post was last modified on 30 Mei 2017 2:51 PM

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Kesiapsiagaan Merupakan Daya Tangkal dalam Pencegahan Terorisme

Ancaman terorisme yang terus berkembang bukanlah masalah yang dapat diselesaikan dengan pendekatan konvensional atau sekadar…

2 hari ago

Zero Attack; Benarkah Terorisme Telah Berakhir?

Dalam beberapa tahun terakhir, dunia tampak lebih tenang dari bayang-bayang terorisme yang pernah begitu dominan…

2 hari ago

Pembelajaran dari Mitologi Kuda Troya dalam Ancaman Terorisme

Di tengah sorotan prestasi nihilnya serangan teror dalam beberapa tahun terakhir, kita mungkin tergoda untuk…

3 hari ago

Jejak Langkah Preventif: Saddu al-Dari’ah sebagai Fondasi Pencegahan Terorisme

Dalam hamparan sejarah peradaban manusia, upaya untuk mencegah malapetaka sebelum ia menjelma menjadi kenyataan bukanlah…

3 hari ago

Mutasi Sel Teroris di Tengah Kondisi Zero Attack; Dari Faksionalisme ke Lone Wolf

Siapa yang paling diuntungkan dari euforia narss zero terrorist attack ini? Tidak lain adalah kelompok…

3 hari ago

Sadd al-Dzari’ah dan Foresight Intelijen: Paradigma Kontra-Terorisme di Tengah Ilusi Zero Attack

Selama dua tahun terakhir, keberhasilan Indonesia menangani terorisme dinarasikan melalui satu frasa kunci: zero terrorist…

4 hari ago