Narasi

Kembali Fitri, Kembali Ke Jalan Damai

Hari raya idul fitri dirayakan oleh suluruh umat islam dengan kebahagiaan karena pada moment ini, umat islam telah meraih kemenangan setelah satu bulan berpuasa. Umat islam berpuasa dengan menahan lapar dan haus serta hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Hari raya idul fitri ini merupakan ending dari pelaksanaan kewajiban berpuasa yang dilakukan oleh umat islam. Selain itu sebagai bentuk kemenangan melawan nafsu selama satu bulan.

Pada moment ini juga, umat islam saling memaafkan, saling melapangkan dada untuk membuka pintu maaf bagi siapapun. Kata fitri berasal dari akar kata  fathoro-yaftiru yang bermakna suci, bersih dari dosa, kesalahan dan kejelekan. Saling memaafkan berarti saling meleburkan dosa-dosa, kesalahan-kesalahan, sifat-sifat dengki dan iri hati dari setiap manusia sehingga dikatan kembali ke fitri (suci atau bersih) dari segala dosa.

Saling memaafkan tidak hanya berlaku bagi umat islam tetapi juga berlaku bagi seluruh umat manusia. Saling memaafkan berarti saling menerima perbedaan, baik perbedaan ras, agama, budaya, bahasa, dan kepercayaan. Saling memaafkan berarti membuka dan memberi jalan kedamaian dan perdamaian bagi seluruh umat manusia agar tercipta tatanan masyarakat yang damai, terselamat dari beberbagai macam ancaman dan aksi radikal. Saling memaafkan berarti menghilangkan sikap dendam dan benci pada orang lain. Saling memaafkan berarti tidak memaksakan kehendak diri sendiri agar mengikuti agama yang dianut. Saling memaafkan berarti mengikuti dan mengakui bangsa Indonesia sebagai negara kesatuan bukan malah ingin membentuk negara sendiri.

Allah mengajari dan menuntun manusia untuk saling memaafkan sebagaimana difirmankan dalam Al-Qur’an surah al-Imron ayat 134 yang artinya “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” karena orang-orang pemaaf akan mendapatkan surga yang dijanjikan Allah. Dalam kontek bom bunuh diri. Pelaku bom bunuh diri bukanlah termasuk orang orang pemaaf karena telah melukai dan membuat kerusakan di bumi dan bahkan membunuh orang lain yang tidak berdosa. Hal ini tidak dibenarkan oleh agama manapun. Jika demikian, surga tidak pantas bagi bagi pelaku.

Perayaan hari raya idul fitri ini harus menjadi motivasi bagi seluruh umat manusia untuk saling menjaga tali silaturrohmi yang sempat putus, baik silaturrohmi dengan sanak saudara, silaturrohmin dengan kerabat kerja, pun silaturuhmi dengan sebangsa dan setanah air. Dengan ikatan silaturrohmi ini akan tercipta saling mengenal dan keterbukaan kemudian akan tumbuh rasa cinta antar sesama. Tentu saja rahmat dan kedamaian akan menjadi bagian dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena persaudaraan dan kasih sayang antar sesama sudah tercipta.

KEMBALI FITRI DI DUNIA MAYA

Momentum hari raya idul fitri merupakan momentum dimana seluruh umat manusia saling membuka pintu maaf, meminta maaf, dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Begitu juga bagi warganet, momentum ini dapat dijadikan media dimana netizen biasanya meng-share konten-konten radikal, ujaran kebencian (hate speech), dan berita palsu (hoax) diganti dengan meng-share sesuatu yang baik agar pembaca dan penikmat tulisan juga merasakan kembali pada yang fitri. Artinya netizen tidak hanya fitri perkataan dan fitri perbuatan tetapi juga fitri di dunia maya.

Kembali fitri di dunia maya adalah dengan memberikan berita-berita kebaikan, meng-share informasi-informasi yang baik, meng-update satus yang dapat menggugah orang lain untuk berbuat baik. Karena dengan memberikan informasi yang baik, netizen akan tergugah untuk berbuat baik pula, begitu juga sebaliknya. Islam mengajarkan pada umatnya agar dapat menunjukkan kepada kebaikan sebagaimana sebuah hadis “barang siapa menunjukkan kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahalanya yang mengerjakannya (HR. Muslim, no 1893)“  Hal ini juga berlaku bagi orang yang menunjukkan kejelekan.

Tentu saja dunia maya merupakan dunia bebas bereskpresi. Segala keluh-kesah tertuang di dunia maya. Percintaan, penderitaan, kebahagiaan dan lain sebagainya tertuang dalam setiap detik di berandanya netizen. Jutaan orang dapat melihat status facebook penggunnya. Jika statusnya menyuruh pada kemungkaran, maka ia telah berbuat kebaikan. Jika statusnya menyuruh kejekan, maka sebanyak orang yang melihat dan membacanya kemudian melakukanya juga mendapatkan dosa atas perbutannya.

Oleh karena itu, adanya hari raya idul fitri ini merupakan momentum bagi seluruh umat manusia agar berbuat kebaikan baik dalam dunia nyata maupun di dunia maya. Selamat Hari Raya Idul Fitri

Samsul Ar

Samsul Ar. Mahasiswa Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Aktif di FKMSB (Forum Komunikasi Santri Mahasiswa Banyuanyar). Tinggal di Yogyakarta.

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 hari ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 hari ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

3 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

3 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

3 hari ago