Kebangsaan

Kepala BNPT Himbau Waspada Radikalisme Online Berbasis Agama, Inilah 3 Strategi Pencegahannya

Kepala Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) Rycko Amelza Dahniel meminta masyarakat mewaspadai berbagai paham yang tidak bisa menerima perbedaan. Dia juga mengingatkan warga untuk waspada terhadap paham radikalisme di media sosial (detik.com, 23/7/2023).

Imbauan Kepala BNPT rasanya cukup rasional sebab penggunaan teknologi internet dan media sosial telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan mendapatkan informasi. Namun, di balik manfaatnya yang luar biasa, internet juga telah menyediakan platform bagi penyebaran pandangan radikal dan ekstremisme agama. Radikalisme online berbasis agama telah menjadi ancaman serius bagi stabilitas sosial, toleransi beragama, dan perdamaian dunia.

Radikalisme online berbasis agama merujuk pada upaya individu atau kelompok untuk mempengaruhi, menghasut, atau merekrut orang lain untuk mengadopsi pandangan radikal atau ekstrem dalam konteks agama melalui internet dan media sosial. Platform-platform ini memberikan kemampuan bagi para agitator untuk dengan mudah menyebarkan ideologi yang dapat memicu kekerasan dan konflik.

Faktor Pendorong Radikalisme Online Berbasis Agama

Persebaran radikalisme online yang terjadi belakangan ini bukan tanpa faktor. Beberapa faktor yang dapat kita identifikasi sebagai faktor suburnya radikalisme online adalah: Pertama, anonimitas. Internet memberikan kesempatan untuk bersikap anonim, yang memungkinkan radikalis untuk menyebarkan pesan-pesan ekstrem tanpa perlu mengungkapkan identitas mereka.

Kedua, penyebaran cepat konten. Media sosial memungkinkan konten tersebar dengan cepat dan luas, bahkan tanpa proses verifikasi. Pesan-pesan radikal dapat dengan mudah mencapai audiens global dalam hitungan detik. Ketiga, filter bubble. Algoritma media sosial cenderung menampilkan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, menciptakan “filter bubble” yang memperkuat pandangan ekstrem dan membatasi paparan pada pandangan lain.

Keempat, rasa keterasingan sosial. Beberapa individu yang merasa keterasingan atau tidak puas dengan situasi sosial tertentu lebih rentan terhadap pengaruh radikal yang menawarkan identitas dan tujuan yang jelas. Kelima, krisis identitas. Beberapa orang dapat menjadi rentan terhadap radikalisme ketika mereka mengalami krisis identitas dan mencari kelompok yang memberikan rasa kebersamaan.

Strategi untuk Mewaspadai Radikalisme Online Berbasis Agama

Secara matematik, adanya radikalisme online ini merupakan bentuk ancaman serius. Karena itu, kemunculan radikalisme online ini harus diantisipasi. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mengantisipasi adanya radikalisme online. Pertama, pendidikan dan kesadaran publik. Membangun kesadaran di kalangan masyarakat tentang bahaya radikalisme online dan mengajarkan keterampilan untuk mengidentifikasi dan menolak pesan-pesan ekstrem.

Kedua, kolaborasi dengan platform online. Menggandeng platform media sosial dan perusahaan teknologi untuk mengidentifikasi dan menghapus konten yang menghasut kebencian dan kekerasan. Ketiga, pengawasan dan intelijen. Meningkatkan pengawasan terhadap konten ekstremis dan bekerja sama dengan lembaga intelijen untuk melacak dan menangani ancaman potensial.

Keempat, penegakan hukum. Mengambil tindakan tegas terhadap individu atau kelompok yang terlibat dalam propagasi radikalisme online dan tindakan terorisme. Kelima, promosi toleransi secara masif. Mendorong dialog antaragama dan mempromosikan nilai-nilai toleransi. Sebab, toleransi adalah salah satu hal langkah efektif untuk menangkal pengaruh radikalisme online.

Mewaspadai radikalisme online berbasis agama adalah tantangan yang kompleks dan memerlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, platform media sosial, masyarakat sipil, dan individu untuk melawan penyebaran pesan-pesan ekstremis. Dengan pendidikan dan kesadaran yang tepat, serta langkah-langkah preventif dan penegakan hukum yang kuat, kita dapat mengurangi dampak negatif radikalisme online dan mewujudkan dunia yang toleran dan damai.

This post was last modified on 25 Juli 2023 12:35 PM

susi rukmini

Recent Posts

Sangkan-Paran, Kebudayaan, dan Mata Air Keagamaan

Sejauh mana pada dasarnya lokalitas dalam ungkapan “kearifan lokal” ketika ternyata kearifan itu telah melewati…

1 jam ago

Kearifan Lokal Menumbuhsuburkan Syariat Agama

Sangat disayangkan manakala ada anggapan bahwa kearifan lokal merupakan musuh bagi syariat agama. Kearifan lokal…

1 jam ago

Pintu Masuk Radikalisasi adalah Antipati terhadap Kearifan Budaya

Radikalisasi merupakan proses yang menyebabkan seseorang jatuh dalam pemikiran radikal dan ekstrem. Salah satu pintu…

1 jam ago

Benarkah Budaya Lokal Mendangkalkan Akidah ?

Dalam beberapa tahun terakhir, diskusi tentang hubungan antara Islam dan kearifan lokal semakin sering mencuat,…

2 jam ago

Kerapuhan Khalid Basalamah dalam Menyikapi Islamisasi Tradisi Lokal

Salah-satu sosok penceramah yang sangat gencar menolak islamisasi tradisi lokal adalah Khalid Basalamah. Bahkan, beberapa…

23 jam ago

Anggapan Keliru Kearifan Lokal dan Tradisi Menodai Akidah

Akidah mana yang tercemari oleh pujian-pujian kepada nabi, bunyi rebana, wewangi kemenyan, atau bahkan ziarah…

1 hari ago