Narasi

Kesiapsiagaan Nasional Melalui Counter Narasi Melawan Radikalisme di Dunia Maya

Tujuh dekade lebih tonggak awal sejarah negara Indonesia ditancapkan dan diproklamasikan. Gegap gempita kemerdekaan kala itu, terdengar bergemuruh Indonesia merdeka, berdaulat, dan terbebas dari belenggu penjajahan. Dan kini, untuk kesekian kalinya, Indonesia akan merayakan momentum paling bersejarah. Tahun ini, Indonesia genap memasuki Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan yang ke-75. Di usianya yang semakin matang ini, Indonesia terus berbenah meski bergelut dalam belenggu Pandemi Covid-19 dan berbagai problem bangsa yang dari waktu ke waktu semakin pelik lagi kompleks.

Beberapa fase telah kita lewati, mulai dari Orde Lama, Orde baru, hingga Orde Reformasi. Pastinya, dengan beragam kendala dan tantangan yang berbeda-beda. Rekam jejak sejarah ini, tentu dapat kita dijadikan pelajaran nan berharga untuk berbenah menatap masa depan gemilang. Dalam mengisi kemerdekaan Indonesia ini juga patut mengikuti denyut nadi perubahan zaman. Oleh karenanya, bangsa ini harus terus menerus berjuang dalam rangka menjadi Indonesia seutuhnya. Adapun yang dimaksud Indonesia seutuhnya, ialah menjadi satu nusa, satu bangsa, serta satu bahasa kita, yakni Indonesia. Menjadi Indonesia ialah menjadi kesatuan di dalam perbedaan; toleran dalam keragaman;  dan juga damai dalam kebhinekaan.

Kita harus menyadari bahwa kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan. Kemerdekaan, tidak lain merupakan tonggak awal perjuangan bangsa Indonesia, dalam menata negara melalui pembangunan. Kemerdekaan ini harus kita syukuri, kemudian kita rawat, dan kita isi. Di era Revolusi Industri 4.0 ini juga kiranya patut mengisi kemerdekaan di ruang-ruang maya. Spirit kemerdekaan harus kita gelorakan jagat maya melalui counter narasi melawan radikalisme dan konten-konten positif penggugah kesadaran nasionalisme, energi persatuan dan kesatuan bangsa, serta menangkal segala bentuk neo-kolonoalisme yang ada di ruang digital seperti hoax dan ujaran kebencian. Karenanya kita harus menjadi generasi cerdas digital natives.

Baca Juga : Merdeka dari Radikalisme

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa radikalisme merupakan tindakan atau paham yang mempunyai akar dan jaringan yang kompleks. Pun demikian, konten-konten radikalisme di ruang virtual yang mana saat ini kerap kali muncul. Dalam menghalau berbagai konten radikalisme di dunia maya tentunya tidak mungkin hanya bisa didekati dengan pendekatan keras berupa penegakan hukum dan intelijen, maupun tindakan represif lainnya. Namun juga harus ditangani dengan pendekatan wawasan kebangsaan, kewaspadaan nasional, serta persatuan dan kesatuan bangsa diantaranya melalui counter narasi pendekatan persuasif dengan instrument ideologi Pancasila dan moderasi beragama.

Di samping itu sebagai generasi penerus bangsa harus merawat kemerdekaan dan menghargai jasa pahlawan salah satunya dengan menjaga semangat juang para pahlawan, senantiasa kita kobarkan di manapun kita berada, termasuk di dunia maya. Nilai-nilai keteladanan dan semangat juang para pahlawan patut kita kampanyekan lewat internet dan media sosial.

Sebenarnya, salah satu kunci penting dalam mengisi kemerdekaan di dunia maya yaitu bagaimana menebar konten positif pemersatu bangsa dan mengubur konten negatif radikalisme, cyber bullying, hoax, dan hate speech. Tanpa itu, kita akan sangat sulit mengatasi berbagai persoalan bangsa pasca-kemerdekaan yang kian pelik. Seperti halnya pepatah mengatakan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Pun demikian dalam mengisi kemerdekaan. Kita harus eratkan ukhuwah dan satukan langkah, termasuk dalam berinteraksi di dunia maya. Dalam mengisi kemerdekaan ini, kita juga harus memegang teguh empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI.

Kita tentu tidak ingin, spirit bangsa untuk senantiasa merawat dan mengisi kemerdekaan serta menjaga kebhinekaan memudar atau bahkan terkoyak hanya karena egoisme kelompok, sikap intoleransi, dan permusuhan yang ada di dalam masyarakat. Oleh karenanya dibutuhkan kesadaran nasional dalam meneruskan estafet perjuangan serta perang melawan berbagai bentuk tindakan anti-Pancasila. Generasi milenial yang mayoritas adalah digital natives harus kreatif dalam mengisi kemerdekaan di jagat maya. Harapannya dengan kita mengisi kemerdekaan baik di dunia nyata maupun di jagat maya yang mana masih dalam situasi pandemi, kita akan terbebas dari berbagai kungkungan neo-kolonialisme seperti radikalisme di dunia maya. Kemerdekaan negara Indonesiapun akan terjaga dan terawat, semoga.

This post was last modified on 13 Agustus 2020 8:29 PM

Suwanto

Penulis merupakan Peneliti Multiple-Representation Learning di PPs Pend.Kimia UNY, Interdisciplinary Islamic Studies di Fak. Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga, dan Culture Studies di UGM

Recent Posts

Kultur yang Intoleran Didorong oleh Intoleransi Struktural

Dalam minggu terakhir saja, dua kasus intoleransi mencuat seperti yang terjadi di Pamulang dan di…

12 jam ago

Moderasi Beragama adalah Khittah Beragama dan Jalan Damai Berbangsa

Agama tidak bisa dipisahkan dari nilai kemanusiaan karena ia hadir untuk menunjukkan kepada manusia suatu…

12 jam ago

Melacak Fakta Teologis dan Historis Keberpihakan Islam pada Kaum Minoritas

Serangkaian kasus intoleransi dan persekusi yang dilakukan oknum umat Islam terhadap komunitas agama lain adalah…

14 jam ago

Mitos Kerukunan dan Pentingnya Pendekatan Kolaboratif dalam Mencegah Intoleransi

Menurut laporan Wahid Foundation tahun 2022, terdapat 190 insiden intoleransi yang dilaporkan, yang mencakup pelarangan…

14 jam ago

Jaminan Hukum Kebebasan Beragama bisa Menjamin Toleransi?

Indonesia, dengan kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan yang beragam, seharusnya menjadi contoh harmoni antar umat…

2 hari ago

Mencegah Persekusi terhadap Kelompok Minoritas Terulang Lagi

Realitas kekayaan budaya, agama, dan kepercayaan di Indonesia seharusnya menjadi fondasi untuk memperkaya keberagaman, namun…

2 hari ago