Narasi

Ketika Teroris Menjadi Pahlawan

Di Indonesia telah banyak terjadi kasus terorisme. Para teroris telah melakukan bom bunuh diri, menyerang warga sipil, dan menyebar teror pada masyarakat. Penyerangan mereka sangat sporadik, yang menjadi korban adalah warga sipil, baik wanita maupun anak-anak. Tentu tindakan seperti itu tidak ada unsur heroiknya, namun oleh sebagian golongan aksi teror tersebut dianggap sebagai tindakan jihad. Mereka menukil ayat-ayat untuk melegitimasi dan membenarkan tindakan teror mereka.

Dalam hal ini, ada distorsi makna atas kata terorisme. Ada wacana yang menggiring pada pemahaman bahwa tindakan terorisme adalah suatu bentuk kepahlawanan. Dengan hegomoni wacana tersebut, orang akan percaya bahwa teroris adalah seorang pahlawan. Mereka menggelincirkan, menutupi dan menggantikam realitas yang ada dengan realitas semu. Namun celakannya, realitas semu itu dinyakini sebagai yang nyata, bahkan dianggap lebih nyata dari yang nyata (hiperrealitas). Dalam hiperealitas inilah fakta berbalut dusta dan nyata berselingkuh maya.

Makna tidak muncul dengan sendirinya, namun dikonstruksi dan direproduksi. Dalam kasus jenasah terduga teroris juga terdapat konstruksi makna dan realitas semu. Di sini ada pembentukan makna bahwa teroris adalah pahwalan, yakni dengan menyematkan tanda-tanda kesyahidan kepada jenazah. Jenazah diindentifikasi dengan tersenyum, berkeringat, dan berbau wangi. Tanda syuhada tersebut disematkan pada jenazah teroris dan memunculkan makna baru atas realitas yang ada. Sehingga, makna real terdistorsi kedalam makna semu, yang menggiring pemahaman bahwa tindakan terorisme adalah tindakan kepahlawanan atas dasar kebenaran dan berpahala surga. Makna bentukan tersebut menegasi kebenaran bahwa baik buruknya seseorang ditentukan oleh apa yang dilakukan tubuhnya kala hidup, bukan seperti apa  tubuhnya di saat mati.

Citra yang dibentuk bahwa teroris adalah pahlawan, dalam istilahnya Baudrillard, telah menjadi simulacra. Seperti sebuah simulasi namun tanpa realitas, laksana peta namun tanpa rujukan teritori. Sayangnya, realitas semu tersebut membentuk panggung makna yang menjerat penonton, maka   sang penonton akan masuk ke dalam kondisi schizophrenia, ia tidak bisa membedakan lagi mana hakiki dan mana yang fantasi. Sehingga, sang pelaku bom bunih diri dianggap sebagai ‘pengantin’, yang percaya nantinya setelah mati akan masuk surga dan bersenang-senang dengan para bidadari. Kenyataan akan derita korban bom dan kekejiannya telah terkaburkan dan diganti dengan fantasi bidadari dan  janji-janji akan indahnya surga.

Atas fenomena tersebut, kita hendaknya waspada dan selalu mengedepankan akal sehat dalam melihat realitas. Realitas yang ada tidak berdiri sendiri, selalu ada wacana yang ingin merebutnya, dan melabelinya dengan makna yang sesuai dengan kepentingannya. Fantasi memang indah, seperti disney world yang senantiasa menyuguhkan kenikmatan tiada batas dan menghidupkan hasrat-hasrat terdalam kita. Orang-orang masuk kedalamnya untuk lari dari kejamnya realitas dunia. Seperti teroris yang terbius akan angan-angan fantasi surga. Selalu mendambakan dunia ‘luar’ sana. Namun, disney world bukanlah dunia nyata. Kita tidak bisa membangun surga dengan menghadirkan ‘neraka’ untuk manusia di dunia. Sadarlah, Teroris bukanlah Pahlawan.

Dalam permasalahan ini, kita harus menyadari bahwa perlu ada wacana tandingan yang menyadarkan betapa kejinya dan menyedihkannya tindakan teorisme. Peran ulama sebagai panutan umat sangat penting dalam memberikan wacana yang benar akan hakekat jihad yang sebenarnya. Ulama harus mampu menjaga agama, dengan memberikan pandangan yang lurus, sehingga agama tidak digunakan untuk membenarkan pembunuhan.

Selain itu, ulama hendaknya bisa memberikan wejangan yang mendamaikan dan menentramkan umat. Bukan sebaliknya, melakukan provokasi dan menebar kebencian antar umat beragama yang berujung pada pertikaian dan perpecahan. Ulama harusnya mampu menghadirkan wajah Islam yang asri, yang tidak hanya mencaci dan membenci. Sehingga, ulama bisa membentuk perdamaian dan meredam kebencian dalam kehidupan umat.

Hadirnya pemahaman bahwa teroris adalah pahlawan adalah indikasi lemahnya wacana tandingan yang memunculkan hijad yang penuh kedamaian dan nilai-nilai Islam yang memelihara kemanusiaan dan hormoni kehidupan. Atas situasi inilah kendaknya para ulama dan kita semua harus mengambil peran dalam kampanye menebar perdamaian dan melawan terorisme. Pencegahan terorisme bukan tanggung jawab perorangan atau suatu instansi saja, namun merupakan kewajiban semua warganegara. Maka, siapapun kita, apapun agamanya dan kedudukannya, perlu bertindak untuk senantiasa melawan teror dan menjalin kebersamaan. Kejahatan berjaya bukan karena tidak ada kebaikan, namun karena orang baik hanya diam dan tidak berani melakukan tindakkan.

This post was last modified on 20 November 2016 3:15 PM

Wiwit Kurniawan

Pegiat sosial dan pendidikan, lulusan Sekolah Pasca Sarjana CRCS, UGM Yogyakarta. Saat ini bekerja sebagai Dosen sastra Inggris di Universitas Pamulang dan peneliti pada Pusat Kajian Pancasila dan Kepemimpinan UMP.

Recent Posts

Heroisme Digital: Kepahlawanan Melawan Ekstremisme Agama di Era Digital

Hari Pahlawan adalah momen untuk mengenang dan melanjutkan semangat juang para pahlawan bangsa dalam konteks…

3 hari ago

Tiga Bentuk Pengaburan Sejarah oleh Kaum Radikal; Demonisasi, Distorsi, Delegitimasi

Kelompok radikal-ekstrem seolah tidak pernah kehabisan ide dan cara untuk mengobok-obok negara. Gagal mengganti dasar…

3 hari ago

Kebhinnekaan Pahlawan Wujudkan Kemerdekaan: Refleksi Praktik Beragama Era Kini

Kita mengenal Bung Tomo, Jenderal Sudirman, I Gusti Ngurah Rai, Agustinus Adisudjipto, Kapten Pierre Tendean,…

3 hari ago

Khalid Basalamah di TVRI; Pragmatisme Media dan Bahaya Sikap Permisif Negara

Khalid Basalamah menjadi satu ikon pendakwah salaf nasional yang bisa dibilang cukup kontroversial. Pada 2022,…

4 hari ago

Menolak Sejarah Yang Dipalsukan, Manifestasi Hubbul Wathon Minal Iman

Sejarah yang benar, adalah akar dari nasionalisme. Sebaliknya, sejarah yang palsu, merupakan awal dari kehancuran…

4 hari ago

Islam dan Cara Menghargai Jasa Pahlawan

Jika melihat berita perang di negara lain, rasanya terketuk hati ini untuk selalu bersyukur atas…

4 hari ago