Categories: Editorial

Khilafah Dunia Maya

Konsep dunia virtual nyaris serupa dengan konsep khilafah al-Ardh. Sebuah konsep dunia tunggal yang menerabas lintas geografis dan budaya. sebuah dunia yang diatur oleh sistem komputerisasi dan teknologi informasi. Sebuah dunia interaksi tanpa jarak dan waktu.
Di dunia ini, para warganya berasal dari seluruh penjuru bumi, dari beragam agama, etnik, budaya, kelamin, dan negara bebas bersapa ria, berkomentar, bahkan memaki sekalipun. Di dunia ini komunikasi nyaris bebas tanpa batas, kecuali bagi sebagian negara yang telah membatasinya lewat perundang-undangan.
Dari sisi positifnya, dunia maya sangat membantu banyak aktifitas manusia di dunia nyata. Informasi apapun yang dibutuhkan cukup mengklik www dot bla bla bla, atau bertanya langsung pada ‘mbah google’, misalnya. Pemberi informasi pun bisa siapa saja. Karena di dunia maya inilah status sosial dan pendidikan tak menjadi penghalang untuk menjadi ‘hebat’ atau ‘cerdas’.
Di sinilah titik ruwetnya dunia ini. Informasi yang tak mungkin dibatasi, pemberi informasi yang tak harus jelas siapa dan bagaimananya, menjadi kerunyaman tersendiri. Bayangkan jika anda mau mencari jawab atas permasalahan cinta lewat internet, maka jawabnya bisa dari segala arah mata penjuru angin. Ada yang menjawab dari sisi psikologi remaja, ada yang menjawab dari sisi agama, ada yang menjawab dari sisi hukum positif, dan bahkan menjawab dari sisi klenik alias perdukunan.
Begitu pula dengan informasi keagamaan. Keingintahuan anda bisa dijawab mulai dari cara yang paling kanan radikal, tengah moderat, sampai paling kiri liberal. Sebagian problem hidup anda barangkali bisa ditemukan solusinya di sini.
Di atas keruwetan itulah kosep agitasi media maya menjadi populer. Kelompok orang yang dianggap mampu membuat keriuhan dunia maya memiliki posisi penting di sini. Mereka dipergunakan untuk berbagai kampanye, baik sosial, politik, ataupun keagamaan.
Termasuk di dalam agitasi ini adalah kelompok penyembah kekerasan dan pengagung keseragaman. Mereka mentahbiskan diri sebagai yang paling benar sekaligus sebagai pemberi informasi yang seakan paling disetujui Tuhan. Tujuannya jelas, mencari pengikut sebanyak-banyaknya dengan meracuni warga dunia maya, kalau perlu teror pun dilakukan.
Atas dasar itulah nalar kritis dan logika warga dunia maya menjadi titik penting. Karena memang tak ada institusi yang sanggup membendung kebringasan kelompok itu. Individu dipaksa untuk menjadi warga dunia maya yang cerdas dan kritis. Menyerap sekaligus menyaring informasi yang masuk dengan cara paling arif dan bijak.
Kami pun adalah kelompok warga dunia maya yang terobsesi berbagi informasi secara luas. Yang membedakannya adalah bahwa tak akan melakukan cara-cara biadab seperti mereka dalam mengkampanyekan gagasan, apalagi dengan cara teror memaksa dan menakut-nakuti. Kami akan tetap mengkampanyekan ‘jalan damai’ tanpa menggunakan secuil pun kekerasan. Kami yakin manusia yang punya jalan pikiran damai dan akal sehat masih sangat banyak. Dan merekalah yang akan bersama kami mewujudkan internet sehat dan damai. Semoga!

This post was last modified on 6 April 2015 4:08 PM

PMD

Admin situs ini adalah para reporter internal yang tergabung di dalam Pusat Media Damai BNPT (PMD). Seluruh artikel yang terdapat di situs ini dikelola dan dikembangkan oleh PMD.

Recent Posts

Euforia Kemerdekaan Rakyat Indonesia Sebagai Resistensi dan Resiliensi Rasa Nasionalisme

Kemerdekaan Indonesia setiap tahun selalu disambut dengan gegap gempita. Berbagai pesta rakyat, lomba tradisional, hingga…

21 jam ago

Pesta Rakyat dan Indonesia Emas 2045 dalam Lensa “Agama Bermaslahat”

Setiap Agustus tiba, kita merayakan Pesta Rakyat. Sebuah ritual tahunan yang ajaibnya mampu membuat kita…

21 jam ago

Bahaya Deepfake dan Ancaman Radikalisme Digital : Belajar dari Kasus Sri Mulyani

Beberapa hari lalu, publik dikejutkan dengan beredarnya video Menteri Keuangan Sri Mulyani yang seolah-olah menyebut…

21 jam ago

Malam Tirakatan 17 Agustus Sebagai Ritus Kebangsaan Berbasis Kearifan Lokal

Momen peringatan Hari Kemerdekaan selalu tidak pernah lepas dari kearifan lokal. Sejumlah daerah di Indonesia…

2 hari ago

Dialog Deliberatif dalam Riuh Pesta Rakyat

Di tengah riuh euforia Kemerdekaan Republik Indonesia, terbentang sebuah panggung kolosal yang tak pernah lekang…

2 hari ago

Pesta Rakyat, Ritual Kebangsaan, dan Merdeka Hakiki

Tujuh Belasan atau Agustusan menjadi istilah yang berdiri sendiri dengan makna yang berbeda dalam konteks…

2 hari ago