Tokoh

Kisah Audery Yu Jia Hui: Sang Kartini “Modern” Pejuang Perdamaian

Setiap masa, akan ada “Kartini” berikutnya dengan konteks perjuangan yang berbeda. Sebagimana di masa lalu, ada 3 paradigma perjuangan Raden Ajeng Kartini (R.A Kartini). Yakni emansipasi, hak pendidikan bagi kaum perempuan dan semangat kebangsaan.

Di era saat ini, ada satu kisah seorang perempuan keturunan etnis Tionghoa, yakni Audery Yu Jia Hui. Dia tak sekadar jenius, melainkan layak disebut sebagai sang Kartini “modern”. Karena memperjuangkan perdamaian lewat semangat emansipasi, pendidikan dan semangat kebangsaan yang sangat menginspirasi perempuan muda di Indonesia.

Perempuan keturunan Tionghoa yang lahir di Surabaya pada 1 Mei 1988 ini memiliki semangat emansipasi dalam mendobrak segala diskriminasi ke-etnis-an, yakni etnis Tionghoa. Dia berupaya memperjuangkan kesetaraan sosial sebagai karakter bangsa yang Bhinneka Tunggal Ikal. Karena banyak sentiment anti-Cina yang cenderung pada politisasi identitas primordial.

Polemik demikian memang telah menjadi satu hal yang sangat ditentang oleh R.A Kartini. Kartini sangat menentang segala perilaku yang membeda-bedakan secara diskriminatif dan membanggakan asal keturunannya. Bagi Kartini, hanya ada dua keningratan, yakni pikiran dan budi-pekerti.

Dari sinilah Audery Yu Jia Hui membuktikan semangat emansipasi yang dibangun lewat pendidikan yang ia tempuh. Kecintaannya pada Pancasila semakin menuntut dirinya untuk melanjutkan pendidikannya dengan mengambil program S2  di bidang Agama Dunia di AS. Semata demi memberantas isu-isu perpecahan dan intoleransi di tengah kemajemukan di Indonesia.

Audery Yu Jia Hui merupakan sosok yang layak disebut sebagai Kartini “moderan”. Karena semangatnya ingin menginspirasi perempuan muda di Indonesia untuk memiliki pendidikan tinggi dan berkontribusi bagi bangsanya sendiri. Dia semata hanya ingin berkontribusi bagi bangsa ini dengan melanjutkan pendidikan tinggi demi merefleksikan kecintaan pada Pancasila untuk membangun perdamaian yang semakin solid di Indonesia.

Dia disebut sebagai Kartini “modern” karena tak sekadar membangkitkan semangat perempuan dalam membangun semangat emansipasi dan berpendidikan tinggi. Audery Yu Jia Hui menjadi pejuang toleransi demi merawat perdamaian di negeri ini.

Audery Yu Jia Hui tak sekadar menantang segala diskriminasi rasial. Sebagaimana status dirinya sebagai keturunan etnis Tionghoa. Dia menunjukkan bahwa dirinya adalah (manusia Indonesia). Kecintaannya pada bangsa ini dapat melahirkan semangat yang sangat paradigmatis, yakni melepaskan sekat identitas bahwa semua memiliki hak yang sama untuk memperjuangkan bangsa ini tanpa memandang perbedaan etnis, suku dan agama.

Audery Yu Jia Hui merefleksikan semangat kebangsaan yang dibangun dan digagas sebagaimana R.A Kartini. Bahwa perempuan memiliki hak yang sama dalam berkontribusi bagi tanah airnya. Salah satu yang dia bangun adalah mengajak masyarakat, utamanya kaum perempuan dalam menghidupkan nilai-nilai Pancasila sebagai wujud dalam membangun keharmonisan dan perdamaian bangsa.

Seperti yang disampaikan oleh Audery Yu Jia Hui. Bahwa “Pancasila itu unik, karena sangat harmonis, dalam arti misalnya, sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa. Jika sila ini dilaksanakan dengan tepat, otomatis, sila kedua, ketiga, keempat, kelima bisa jalan dengan sendirinya”.

Audery Yu Jia Hui telah memperjuangkan satu semangat kebangsaan. Dia adalah perempuan yang sangat inspiratif bagi perempuan muda Indonesia dalam mencintai Pancasila. Agar menghidupkan sila-1-5 karakter dan perilaku. Sehingga, tertanam sebuah cara pandang yang reflektif dalam membangun toleransi dan kedamaian.

Seperti yang disampaikan oleh Audery Yu Jia Hui . “Saya ingin membantu menciptakan dunia yang lebih damai, yang mana menilai seseorang tidak lagi berdasarkan ideologi atau keyakinan. Saya ingin dunia dapat saling mencintai sesama manusia”. Semangat semacam inilah yang membuat Audery Yu Jia Hui layak disebut sebagai Kartini “modern” Sang pejuang perdamaian yang harus menjadi inspriasi perempuan-perempuan muda di Indonesia.

Nur Samsi

Recent Posts

Meluruskan Konsep Al Wala’ wal Bara’ yang Disimplifikasi Kelompok Radikal

Konsep Al Wala' wal Bara' adalah konsep yang penting dalam pemahaman Islam tentang hubungan antara…

10 jam ago

Ironi Kebebasan Beragama dan Reformulasi Hubungan Agama-Negara dalam Bingkai NKRI

Di media sosial, tengah viral video pembubaran paksa disertai kekerasan yang terjadi pada sekelompok orang…

10 jam ago

Penyelewengan Surat Al-Maidah Ayat 3 dan Korelasinya dengan Semangat Kebangsaan Kita

Konsep negara bangsa sebagai anak kandung modernitas selalu mendapat pertentangan dari kelompok radikal konservatif dalam…

10 jam ago

Reinterpretasi Konsep Politik Kaum Radikal dalam Konteks Negara Bangsa

Doktrin politik kaum radikal secara umum dapat diringkas ke dalam tiga poin pokok. Yakni konsep…

1 hari ago

Islam dan Kebangsaan; Dua Entitas yang Tidak Bertentangan!

Sampai saat ini, Islam dan negara masih kerap kali dipertentangkan, khususnya oleh pengusung ideologi khilafah.…

1 hari ago

Melihat Sejarah Kemerdekaan Indonesia: Meremajakan Kembali Relasi Agama dan Negara

Sejarah kemerdekaan Indonesia adalah perjalanan panjang yang dipenuhi dengan perjuangan, keberanian, dan komitmen untuk membebaskan…

1 hari ago