Narasi

Kurban dan Cara Islam Membuka Mata Hati Kepedulian Umat

Hari raya Idul Adha atau bisa disebut dengan hari raya kurban merupakan hari raya bagi setiap muslim di dunia yang bertepatan dengan tanggal 10 dzulhijah dalam kalender Hijriyah. Hari raya Idul Adha didahului dengan berbagai amal salih yang dilakukan pada Sembilan hari di awal bulan Dzulhijjah.

Salah satu ibadah istimewa di hari raya ini adalah ibadah kurban.  Ibadah ini bukan sekedar memiliki aspek relijius spiritual tetapi terdapat dimensi sosial yang sangat besar. Kurban melatih kaum muslimin untuk menebalkan rasa kemanusiaan dan mengasah kepekaan kepada lingkungan sekitar.

Tidak selayaknya bagi serang muslim memaknai ibadah kurban hanya sebatas pesta daging semata. Bukan itu harapan Islam. Kurban adalah ibadah sebagai cara rekayasa sosial Islam dalam memeratakan keadilan dan memupuk kepekaan sosial.

Tetapi, memiliki kepekaan sosial harus dimulai dengan ketundukan dan ketulusan. Hal ini penting agar kepedulian sosial dilandasi dengan ikhlas bukan karena pamer. Dengan ibadah kurban manusia mampu memaknainya dengan pola hubungan yang dibangun atas ketundukan atau sikap patuh seorang hamba kepada Tuhannya.

Baca Juga : Kurban dan Semangat Kemanusiaan

Ibadah kurban bukan pula sebuah ibadah sakral yang dapat dikaitkan dengan sebuah persembahan hewan untuk Tuhannya.  Hal ini ditegaskan dalam Alquran. Allah berfirman:

“Daging-daging dan darah unta yang disembelih untuk kurban itu, sama sekali bukan untuk mencapai (keinginan) Allah tetapi dengan ketakwaan kamu itulah yang akan mencapai (keridhaan) Allah. Demikianlah Allah memudahkan hewan sembelihan itu, supaya kamu mengagungkan Allah berupa hidayah-Nya kepadamu”
(QS Al-Hajj: 37).

Dari ayat ini jelas terlihat bahwa ibadah kurban adalah sarana atau bukti perwujudan ketakwaan dan cinta seseorang kepada Penciptanya yang juga direalisasikan lewat ibadah sosial.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, kita banyak melihat kejadian demi kejadian yang berhubungan dengan kurangnya rasa kemanusiaan yang ada.  Mata hati kepedulian umat telah sirna. Banyak tragedi kemanusiaan dan ketidakadilan sosial yang begitu nampak di tengah masyarakat.

Bayangkan ada peristiwa seorang nenek tua yang mengambil kayu bakar milik sebuah perusahaan yang dituntut pidana 1 tahun penjara. Padahal sang nenek mengambil kayu bakar yang sudah jatuh dari pohonnya, untuk kayu bakar dirumahnya. Kisah ini benar-benar memperlihatkan mata hati kemanusiaan yang sudah tidak dimiliki oleh banyak manusia. Benda yang tidak berharga untuk dirinya namun tetap membuat manusia tidak rela untuk berbagi kepada yang membutuhkannya.

Di sinilah ibadah kurban mampu menjadikan manusia terbuka mata hatinya dan lebih memahami keperdulian serta bentuk kemanusiaan kepada sesama. Bagi mukmin yang mampu menyembelih hewan kurban kemudian dibagikan kepada mereka yang membutuhkan akan dapat menjadikan sebuah ikatan persaudaran di tengah-tengah keberagaman atas dasar kemanusiaan. Spirit “kurban” adalah spirit membangun rasa kemanusiaan. Islam sebagai Agama yang tidak selalu membahas tentang konteks ketuhanan secara sempit, tapi Islam juga mampu menanamkan rasa kemanusiaan supaya tercipta kesejahteraan yang tidak menjadikan suku, bangsa, budaya sebagai pembeda. 

Momen Idul Adha semestinya mampu menjadi momentum perwujudan cinta kemanusiaan kepada sesama yang tidak hanya terjadi setahun sekali. Maka jadikan ibadah-ibadah sosial, baik kurban, zakat, dan sedekah, sebagai saranan untuk menegakkan etika sosial kita dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

This post was last modified on 30 Juli 2020 12:25 PM

Imam Santoso

Recent Posts

Agama dan Kehidupan

“Allah,” ucap seorang anak di sela-sela keasyikannya berlari dan berbicara sebagai sebentuk aktifitas kemanusiaan yang…

2 hari ago

Mengenalkan Kesalehan Digital bagi Anak: Ikhtiar Baru dalam Beragama

Di era digital, anak-anak tumbuh di tengah derasnya arus informasi, media sosial, dan interaksi virtual…

2 hari ago

Membangun Generasi yang Damai Sejak Dini

Di tengah perkembangan zaman yang serba digital, kita tidak bisa lagi menutup mata terhadap ancaman…

2 hari ago

Rekonstruksi Budaya Digital: Mengapa Budaya Ramah Tidak Bisa Membentuk Keadaban Digital?

Perkembangan digital telah mengubah banyak aspek kehidupan manusia, terutama pada masa remaja. Fase ini kerap…

3 hari ago

Estafet Moderasi Beragama; Dilema Mendidik Generasi Alpha di Tengah Disrupsi dan Turbulensi Global

Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka tidak hidup di zamanmu. Kutipan masyhur dari Sayyidina…

3 hari ago

Digitalisasi Moderasi Beragama: Instrumen Melindungi Anak dari Kebencian

Di era digital yang terus berkembang, anak-anak semakin terpapar pada berbagai informasi, termasuk yang bersifat…

3 hari ago