Narasi

Kurban dan Ibrah Berbagi di Tengah Pandemi

Nabi Ibrahim memastikan belati yang akan dipakai untuk menyembelih benar-benar tajam. Hal itu ia lakukan agar anak yang sebentar lagi akan disembelihnya tidak merasakan sakit yang berarti. Coba kita bayangkan, bertahun-tahun Ibrahim menginginkan anak, namun disaat menginjak umur tua dan akhirnya dikaruniai seorang anak, Allah justru ingin mengambilnya kembali.

Melalui mimpi yang dialami Ibrahim, Allah memerintahkan untuk menyembelih anaknya. Mungkin dimimpi pertama ia masih meragukan atas kebenaran mimpinya itu. Namun, setelah yang ketiga kalinya, ia yakin dan mantap bahwa ini memang benar-benar perintah Allah. Sebagai wujud taat dan patuh terhadap Tuhan-Nya, maka ia rela melakukan apapun, termasuk perintah menyembelih buah hatinya. Walaupun dari hati ia belum sanggup untuk berpisah dengan putra tercinta.

Sungguh berat ujian yang diterima oleh Nabi Ibrahim. Benar-benar, nampak keteguhan hati dan kesabaran Nabi Ibrahim kala itu, yakni dengan menjalankan perintah Allah dengan baik. Begitupun dengan anaknya, Ismail, atas kesediaannya terhadap perintah Allah. Namun, disaat Ibrahim hendak menyembelih, tiba-tiba Allah mengganti Ismail dengan hewan kurban. Ayah Ismail dengan keikhlasan yang dimilikinya, akhirnya lolos dari ujian.

Berawal dari kisah tersebutlah umat Islam dianjurkan untuk berkurban hingga sekarang. Kita disunnahkan untuk berpuasa pada tanggal 8(tarwiyah) dan 9(arafah) Dzulhijjah, serta melakukan amalan sunnah lainnya. Karena sejatinya, amalan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dilakukan agar kita bisa menjadi pribadi yang bertakwa, termasuk ibadah kurban.

Baca Juga : Kurban dan Cara Islam Membuka Mata Hati Kepedulian Umat

Sebentar lagi, umat Islam akan melakukan ibadah penyembelihan hewan kurban. Perintah kurban sebagaimana dalam surat al-Kautsar ayat-2,         

“Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.“

Ayat tersebut menjelaskan kepada umat Islam, terutama bagi siapa secara tergolong mampu secara finansial, untuk membeli hewan ternak. Hewan itu kemudian dikurbankan(disembelih) sebagai bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt.

Momen untuk berbagi

Pada dasarnya, berkurban dengan hewan ternak seperti kambing, sapi, dan unta menjadi simbol atas keikhlasan kita dalam mengorbankan segala harta yang kita punya. Termasuk ketika menginginkan untuk sampai pada derajat ‘dekat dengan Allah’, maka kita harus siap mengorbankan apa pun yang kita cintai.

Hari raya Idul Adha merupakan salah satu momentum pembelajaran penting bagi umat Islam untuk melakukan pengorbanan, yakni dengan mengorbankan hewan.  Apakah kita termasuk golongan orang yang beriman dan senantiasa bersyukur ataukah golongan yang kufur?  Semakin besar nikmat yang Allah berikan pada hamba, semestinya makin besar pula nilai kurban kita. Sehingga, orang yang berkurban di hari Idul Adha berarti ia dekat kepada Tuhannya. 

Daging kurban yang dibagikan kepada masyarakat merupakan bagian dari relasi kemanusiaan. Karena dengan begitu, kemaslahatan masyarakat akan terwujud. Dan yang tak kalah penting ialah, bagaimana hubungan kita sesama manusia. Harus dibuang jauh-jauh segala penyakit hati, seperti sombong kepada manusia, perpecahan, saling mendzolimi, bahkan saling bunuh. Ingatlah, bahwa ketakwaan menjadi pembeda antara manusia, sebab, semua sama dimata Tuhan.

Kurban di Tengah Pandemi

Disaat melewati masa pandemi seperti saat ini, maka akan menjadi tantangan bagi kita semua. Idul Adha kali ini berbeda dari tahun sebelumnya. Kekhawatiran masih saja dirasakan oleh sebagian masyarakat. Ini sebenarnya bukan menjadi suatu alasan, umat Islam masih tetap bisa beribadah kurban. Dengan kondisi seperti sekarang, kurban masih bisa dilakukan. Tentu dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Prosedur penyembelihan dan pendistribusian ketika pandemi harus tetap diperhatikan. Juga dengan keamanan yang memadai hingga ‘daging kurban’ sampai ke penerima dalam keadaan baik pula.

Masyarakat pun harus tetap jaga diri dan waspada, masih ada cara lain yang ditempuh dalam menjalani ibadah kurban saat ini. Seperti dalam penyerahan daging kurban, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sekjen MUI Anwar abbas. Ia meminta agar panitia saja yang menyerahkan daging kurban ke rumah-rumah penerima. Dalam hal ini, protokol kesehatan harus benar-benar diterapkan.

Sembari menjaga protokol kesehatan, niat pun harus benar. Dengan niat ikhlas lillah(karena Allah), orang yang berkurban(walau Covid-19) masih bisa menyalurkan daging kepada yang membutuhkan. Di musim Covid-19 yang melanda negeri ini, tak sedikit membuat pemasukan sebagian orang berkurang. Tentu mereka semua sangat membutuhkan bantuan berupa makanan (daging) dan menanti momentum kurban. Limpahan keberkahan yang didapat selama pandemi akan memperluas maslahat bersama. Sehingga akan berbuah kebaikan atas keikhlasan dan juga ketakwaan yang didapatkan dari ibadah kurban. Penerima pun mendapatkan berkah dan nikmat kurban di masa pandemi. Sebagaimana yang telah dijelaskan, bahwa tujuan kurban tidak hanya untuk kemaslahatan di akhirat, melainkan juga kemaslahatan dunia. Tujuan akhirat ialah patuh dan bertakwa kepada Allah Swt. Sementara tujuan dunia, seperti yang terlihat ketika pembagian daging kurban, yang secara khusus diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya. Rasa kemanusiaan akan semakin terjalin dengan upaya saling membantu sesama-terkhusus di tengah Covid-19. Mengisi bulan Dzulhijjah dengan menunjukkan ketaatan dan berbagi kepada siapapun yang membutuhkan melalui kurban. Semoga dengan meneladani ketaatan dan ketulusan hati Nabi Ibrahim dan Ismail dalam peristiwa kurban, akan menjadikan kita sebagai hamba Allah yang ikhlas dan semakin dekat dengan-Nya. Aamiin.

This post was last modified on 30 Juli 2020 3:01 PM

Muhammad Ikhsan Hidayat

Recent Posts

Pilkada dan Urgensi Politik Santun untuk Mencegah Perpecahan

Pilkada serentak 2024 yang akan dilaksanakan pada 27 November 2024 merupakan momentum penting bagi masyarakat…

12 jam ago

Pilkada Damai Dimulai dari Ruang Publik yang Toleran

Dalam menghadapi Pilkada serentak, bangsa Indonesia kembali dihadapkan pada tantangan untuk menciptakan atmosfer damai yang…

13 jam ago

Tiga Peran Guru Mencegah Intoleran

Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Peringatan ini sangat penting lantaran guru merupakan…

13 jam ago

Guru Hebat, Indonesia Kuat: Memperkokoh Ketahanan Ideologi dari Dunia Pendidikan

Hari Guru Nasional adalah momen yang tepat untuk merenungkan peran penting guru sebagai motor penggerak…

13 jam ago

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

4 hari ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

4 hari ago