Pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi meluncurkan Program Makan Bergizi (MBG) gratis sejak 6 Januari 2025. Program ini merupakan salah satu janji politik pasangan tersebut, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak Indonesia melalui pemenuhan kebutuhan gizi harian mereka. Tidak hanya menyentuh aspek kesehatan fisik, program ini juga memiliki dimensi strategis dalam membangun ketahanan anak-anak dari ancaman yang lebih kompleks, termasuk radikalisme.
Sejak hari pertama pelaksanaannya, MBG telah menyedot perhatian banyak pihak. Anak-anak di berbagai daerah mengungkapkan rasa senang dan terharu atas perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan mereka. Meski demikian, program ini tidak lepas dari kritik, terutama dalam hal pelaksanaan teknis dan distribusi. Namun, di luar segala kekurangan tersebut, MBG telah membuka peluang besar untuk memperkuat ketahanan bangsa melalui investasi pada generasi muda.
Gizi Sebagai Pondasi Ketahanan Anak
Para ahli gizi dan kesehatan sepakat bahwa kebutuhan gizi yang terpenuhi secara optimal menjadi dasar bagi perkembangan fisik dan mental anak. Menurut teori kebutuhan dasar Maslow, kebutuhan fisiologis, termasuk makanan bergizi, merupakan fondasi bagi pemenuhan kebutuhan lainnya, seperti rasa aman, pendidikan, hingga aktualisasi diri. Ketika kebutuhan dasar ini terpenuhi, anak-anak memiliki energi dan daya tahan yang lebih baik untuk belajar, berkembang, dan menghadapi tantangan hidup.
Dalam konteks kesehatan fisik, MBG dirancang untuk menekan angka malnutrisi dan stunting yang masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa anak-anak yang mendapatkan asupan gizi seimbang memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik, sehingga lebih kebal terhadap berbagai penyakit. Hal ini tidak hanya penting untuk kesehatan individu, tetapi juga untuk membangun generasi yang produktif di masa depan.
Namun, lebih dari itu, pemenuhan gizi juga berperan dalam membentuk stabilitas emosional dan mental anak. Anak yang sehat cenderung memiliki kontrol emosi yang lebih baik, kemampuan berpikir yang lebih tajam, dan lebih tangguh dalam menghadapi tekanan. Semua ini menjadi modal penting untuk melindungi mereka dari pengaruh buruk, termasuk radikalisme.
Radikalisme Sebagai Penyakit Sosial
Radikalisme kerap diibaratkan sebagai penyakit sosial yang dapat menyerang siapa saja, terutama anak-anak yang masih dalam masa pencarian identitas. Anak-anak yang tumbuh di lingkungan penuh tekanan atau kekurangan cenderung lebih rentan terhadap doktrinasi radikal. Psikolog Bronfenbrenner, dalam teorinya tentang ekologi perkembangan anak, menjelaskan bahwa lingkungan mikro, seperti keluarga dan sekolah, sangat berpengaruh pada pembentukan karakter anak.
Program MBG, dalam hal ini, memiliki dampak ganda. Selain meningkatkan kesehatan fisik anak, program ini juga memperkuat ekosistem sosial di sekitar mereka. Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, anak-anak lebih fokus pada pendidikan dan kegiatan positif lainnya. Program ini juga memberikan pesan penting bahwa pemerintah hadir untuk melindungi dan mendukung mereka. Rasa kepercayaan ini dapat mengurangi kerentanan mereka terhadap ideologi radikal yang sering memanfaatkan perasaan keterasingan dan ketidakadilan.
Anak Sehat, Anak Tangguh
Ketahanan terhadap radikalisme tidak hanya membutuhkan strategi pengawasan dan pendidikan, tetapi juga pendekatan yang lebih holistik, termasuk pemenuhan kebutuhan dasar. Program MBG dapat dilihat sebagai bentuk nyata dari pendekatan ini. Pemenuhan gizi bukan sekadar soal kesehatan fisik, tetapi juga terkait dengan pembangunan karakter dan penguatan jati diri anak.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, anak-anak yang menerima gizi cukup cenderung memiliki kemampuan sosial yang lebih baik. Mereka lebih mampu bekerja sama, berpikir kritis, dan menunjukkan empati kepada sesama. Karakter-karakter ini menjadi benteng alami terhadap pengaruh radikalisme, yang sering kali memanfaatkan kebencian dan rasa tidak puas untuk merekrut pengikut.
Tidak dapat dipungkiri, implementasi awal MBG menghadapi beberapa kendala, mulai dari distribusi makanan yang tidak merata hingga kualitas makanan yang perlu ditingkatkan. Kritik ini perlu dijadikan bahan evaluasi untuk memastikan program ini berjalan lebih baik di masa depan.
Namun, secara keseluruhan, MBG telah membuka jalan bagi masa depan yang lebih baik. Anak-anak Indonesia yang sehat secara fisik dan mental akan menjadi generasi yang tangguh menghadapi berbagai tantangan, baik dalam bentuk penyakit fisik maupun ancaman radikalisme.
Keberhasilan program ini tidak hanya tergantung pada pemerintah, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat, termasuk orang tua, guru, dan komunitas lokal. Kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak akan memastikan bahwa manfaat MBG dirasakan secara merata oleh semua anak Indonesia.
Program Makan Bergizi gratis bukan hanya langkah untuk mengatasi masalah kesehatan anak-anak, tetapi juga strategi besar dalam membangun ketahanan bangsa. Dengan terpenuhinya kebutuhan dasar seperti makanan bergizi, anak-anak Indonesia tidak hanya tumbuh sehat secara fisik, tetapi juga memiliki kekuatan mental untuk melawan berbagai bentuk ancaman, termasuk radikalisme.
Sebagai janji politik Prabowo-Gibran, MBG telah menunjukkan komitmen mereka terhadap masa depan generasi muda. Meski masih ada pekerjaan rumah untuk menyempurnakan pelaksanaannya, program ini telah menjadi langkah awal yang berarti dalam membangun bangsa yang sehat, kuat, dan bebas dari radikalisme.
This post was last modified on 9 Januari 2025 8:33 AM
Pemahaman syariat sering kali menjadi subjek diskusi yang hangat dalam masyarakat terutama media sosial. Namun,…
Kolumnis New Yorker, Lawrence Wright dalam sebuah tulisannya menyebut bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini,…
Dalam kurun tahun 2023-2024 memang berita serangan aksi terorisme sudah bersih dan berkurang. Hal ini…
Akidah merupakan jantung kehidupan seorang Muslim. Sebagaimana akar yang kokoh menopang sebuah pohon, akidah memberikan…
Dakwah Islam yang berkarakter puritan tengah menjadi tren belakangan ini. Terutama di jagad medsos. Dakwah…
Tahun baru seharusnya menjadi momen refleksi dan harapan. Namun, di tengah semangat optimisme pergantian tahun,…