Kebangsaan

Memahami Sejarah ber-Indonesia

Ada banyak episode kehidupan yang sejatinya pengulangan sejarah dalam bentuk rupa yang berbeda. Mengenang sejarah bukan berarti kita resah menjalani masa kini dan takut menghadapi masa depan, tetapi justru karena kita berani dan bersiap diri menghadapi masa depan dengan bekal masa lalu. Belajarlah pada sejarah karena ia adalah hukum semesta. Jika kita memahami sejarah, sejatinya kita mempelajari bagaimana gerak hukum semesta ini bekerja. Orang yang pandai mengaji sejarah ia akan bijak menghadapi masa depan.

Qur’an memahami pentingnya sejarah sehingga ada banyak sekali sejarah masa lalu sebagai kandungan ayat dalam surat di dalamnya. Sejarah bukan sekedar untuk dikenang, tetapi sebagai bahan bacaan untuk mempelajari masa depan. Sungguh sejarah akan mengulang dengan dirinya sendiri. Ada banyak hikmah yang bisa dipetik dari setiap lembaran sejarah.

Memperingati kemerdekaan Indonesia adalah bentuk mengenang, mempelajari dan memahami sejarah bangsa. Merayakan Proklamasi Kemerdekaan adalah bagian penting bagaimana kita belajar menjadi Indonesia dari sumber aslinya. Orang yang tidak memahami sejarah bangsa ini akan mudah tercerabut dari akarnya. Sebaliknya orang yang memahami sejarah bangsa atau bahkan merasa bagian dari sejarah bangsa tidak akan gampang merusak masa depan bangsa.

Individu atau kelompok yang punya niatan merusak negara, mengganti ideologi negara, mengancam kedaulatan negara, karena mereka tidak memahami sejarah bangsa ini. Mereka menjadi kelompok yang buta tanpa tongkat sejarah. Atau mereka berada dalam ruang besar nusantara tetapi gelap gulita dari pemahaman sejarah masa lalu. Lihat betapa sedihnya mereka berada dalam kepulauan nusantara, tetapi mereka tidak merasa bagian dari sejarah bangsa. Kehidupannya selalu dipenuhi kebencian, dendam, dan niat buruk dengan imaji ilusif mendirikan negara baru.

Indonesia lahir karena para pendahulu kita menyelami, memahami dan menciptakan apa itu Indonesia, dan alasan mengapa menjadi Indonesia. Sebaliknya penyebab kehancuran Indonesia adalah ketika masyarakat tidak mengerti apa itu Indoneisa dan alasan mengapa menjadi Indonesia. Ketika pertanyaan dan jawaban apa dan mengapa ber-Indonesia itu lupa, maka keroposnya nasionalisme menjadi ruang besar dari masuknya berbagai paham dan ideologi yang merusak jati diri dan identitas bangsa.

Ketidakmengertian anak bangsa terhadap sejarah bangsanya merupakan momentum yang diharapkan oleh mereka yang tidak ingin ber-Indonesia. Karena itulah, sejatinya ancaman terbesar bagi kehancuran bangsa ini bukan dari seberapa besar ancaman musuh mengincar kita, tetapi seberapa parah dan akutnya penyakit amnesia kita terhadap sejarah bangsa. Ketidakmengertian terhadap sejarah adalah sumber yang rentan menciptakan sejarah kehancuran bangsa.

Untuk mengobati ketidakmengertian itulah kita harus kembali kepada sejarah. Hari ini kita harus memasuki lorong sejarah bagaimana bangsa Indonesia itu tercipta. Refleksi kemerdekaan adalah bagian bagaimana anak bangsa hari ini belajar memahami kembali apa itu Indonesia dan alasan apa mengapa kita menjadi Indonesia. Refleksi itu penting agar kita tidak kehilangan tongkat atau seolah berada dalam ruangan besar tetapi gelap gulita tanpa pandangan. Pandangan itulah yang kita sebut sebagai wawasan kebangsaan.

Pernyataan sang Proklamator : jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah) yang selalu diulang-ulang merupakan pembelajaran agar bangsa ini tidak mudah lupa terhadap jati diri dan masa lalunya. Nah, momentum peringatan kemerdekaan sejatinya bukan sekedar peringatan seremonialis tetapi sebuah obat yang dapat menyegarkan sekaligus menyebarkan wawasan kebangsaan kita.

Paling tidak ada tiga poin penting yang dapat kita petik dari perjalanan menelusuri lorong waktu sejarah Indonesia:

Indonesia itu diperjuangkan. Negara ini  adalah buah hasil jerih payah para pejuang dan pahlawan bangsa yang telah mengorbankan seluruh jiwa dan raga untuk merebut kemerdekaan. Bangsa ini tidak diberikan secara gratis, tetapi ada korban dan pengorbanan sebagai alat beli kemerdekaan.

Indonesia itu diciptakan. Negara ini adalah proyeksi dari harapan seluruh masyarakat dengan aneka ragam latar belakang, tetapi dalam bingkai persatuan. Indonesia adalah tempat menaruh harapan jutaan manusia yang berada dalam lingkar Nusantara untuk hidup sejahtera, damai, aman dan rukun berdampingan.

Indonesia itu diberikan. Negara ini adalah anugerah yang diberikan Tuhan kepada seluruh masyarakat Indonesia. Indonesia adalah berkat dan rahmat Tuhan yang harus terus dijaga dan dipertahankan sebagai bentuk tanggungjawab umat manusia terhadap amanat yang diberikan Tuhan. Dan merusak negara ini merupakan bentuk merusak amanat yang diberikan Tuhan.

Semoga kita tidak melupakan sejarah bangsa ini. Memahami sejarah bangsa itu bukan sekedar mengetahui sejarah, tetapi pengetahuan itu hadir dalam wujud semangat nasiolisme yang terus hidup dalam kehidupan berbangsa. Indonesia begitu dekat, karena ia bagian dari kita dan karena kita adalah Indonesia. Selamat Hari Kemerdekaan, Selamat Ber-Indonesia.

Abdul Malik

Redaktur pelaksana Pusat Media Damai BNPT

Recent Posts

Cara Islam Menyelesaikan Konflik: Bukan dengan Persekusi, tapi dengan Cara Tabayun dan Musyawarah

Konflik adalah bagian yang tak terelakkan dari kehidupan manusia. Perbedaan pendapat, kepentingan, keyakinan, dan bahkan…

43 menit ago

Beragama dalam Ketakutan: Antara Narasi Kristenisasi dan Persekusi

Dua kasus ketegangan umat beragama baik yang terjadi di Rumah Doa di Padang Kota dan…

2 jam ago

Bukti Nabi Sangat Menjaga Nyawa Manusia!

Banyak yang berbicara tentang jihad dan syahid dengan semangat yang menggebu, seolah-olah Islam adalah agama…

2 jam ago

Kekerasan Performatif; Orkestrasi Propaganda Kebencian di Ruang Publik Digital

Dalam waktu yang nyaris bersamaan, terjadi aksi kekerasan berlatar isu agama. Di Sukabumi, kegiatan retret…

1 hari ago

Mengapa Ormas Radikal adalah Musuk Invisible Kebhinekaan?

Ormas radikal bisa menjadi faktor yang memperkeruh harmoni kehidupan berbangsa serta menggerogoti spirit kebhinekaan. Dan…

1 hari ago

Dari Teologi Hakimiyah ke Doktrin Istisyhad; Membongkar Propaganda Kekerasan Kaum Radikal

Propaganda kekerasan berbasis agama seolah tidak pernah surut mewarnai linimasa media sosial kita. Gejolak keamanan…

1 hari ago