Narasi

Membentuk Karakter Bangsa Melalui Romantisme Sejarah

Sejarah menjadi catatan yang sangat kuat dalam perjalanan bangsa Indonesia. Melalui sejarah seorang bisa mengerti bagaimana perjuangan pahlawan masa lalu, melalui sejarah pula Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju. Karena sejarah bisa menjadi bahan ajar untuk menghadapi tantangan kehidupan yang semakin modern dengan berbagai kemajuannya.

Sebagaimana yang pernah di fatwakan oleh Presiden pertama Soekarno, bahwa sejarah tidak hanya dilihat dari masa lalunya belaka, melainkan sejarah menentukan arah bangsa ke depan. Seperti pidatonya yang mengatakan, “Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jasmerah)”. Dalam pidato ini, Soekarno ingin menekankan bahwa persoalan sejarah bukan sekedar masa lalu, sejarah bisa menjadi medan pembentukan mental dan karakter bangsa.

Hal ini menjadi sebuah langkah yang konkret dalam membangun karakter bangsa, bahwa sejarah sangat penting untuk diingat dan diamalkan. Sebagaimana konsep Trisakti Soekarno yang kembali disuarakan Presiden Indonesia sekarang ini. Jokowi menyatakan bahwa pemerintahannya berlandaskan pada Pancasila dan Trisakti. Melalui Trisakti, Presiden Jokowi mengambil unsur positif dari sejarah masa lalu untuk menjawab tantangan zaman.

Inilah salah satu alasan mengapa sejarah sangat penting, bahkan menurut sejarawan Kuntowijoyo terdapat tiga tahap perkembangan. Pertama, gelombang dekolonasi sejarah, sebuah tuntutan bangsa yang baru merdeka agar juga berdaulat dalam sejarahnya. Tema ini menjadi sentral dalam Seminar Sejarah Nasional I pada 1957 di Yogyakarta. Di mana para sejarawan yang diliputi semangat nasionalis menghendaki perubahan pendekatan sejarah dari Belanda-sentris menjadi Indonesia-Sentris.

 Kedua, penggunaan ilmu-ilmu sosial dalam penulisan sejarah pada seminar sejarah Nasional II di Yogyakarta pada 1970. Ketiga, periode reformasi sejarah pasca orde baru, di mana penulisan sejarah orde baru ditinjau kembali dalam rang penelusuran sejarah. Seperti para korban Orde Baru mulai menulis sejarahnya sendiri sebagai alternatif dari sejarah resmi negara.

Baca Juga : Menilik Kesalahan Paham Khilafah Islamiyah dari Kacamata Islam

Saat ini pendekatan historiografi telah menggabungkan unsur nasionalis, pendekatan sosial, dan pendekatan kritis terhadap sejarah. Dari tiga pengalaman sejarah yang membentuk historigrafi nasional tersebut, pemerintah mempunyai komitmen menjadikan sejarah sebagai bagian dari revolusi mental. Dapat di tarik kesimpulan revolusi mental yang digagas oleh Jokowi merupakan pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri.  Dalam tulisan Revolusi Mental, Jokowi juga menjelaskan semua persoalan ekonomi, politik, dan budaya yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini adalah warisan sejarah masa lalu.

Berangkat dari sinilah seharusnya kita memahami bagaimana romantisme sejarah itu sangat berperan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Sebab, dari sinilah kita bisa membingkai bangsa yang arif, serta bisa membimbing masyarakatnya berpikir cerdas dan siap dengan tantangan kehidupan yang semakin maju. hingga bisa menjadi manusia yang cerdas bersosial dan juga cerdas dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

Untuk itu, romantisme sejarah di sini tidak hanya menjadi catatan sejarah di masa silam, melainkan juga bisa menjadi batu pijakan dalam menjadi pribadi yang santun dan maju. Di mana kita diajak untuk selalu mengingat perjalanan sejarah Indonesia yang penuh lika-liku hingga menjadi bangsa yang aman dan tenang sekarang ini. Yang kemudian sejarah ini, menjadi bahan ajar dalam menghadapi tantangan hidup.

Tentunya romantisme sejarah ini, sebagai modal untuk membangun karakter bangsa Indonesia menuju tantangan kemajuan zaman. Selain itu juga menjadi modal penting untuk mengenalkan kenangan-kenangan perjuangan pahlawan yang rela mempertaruhkan jiwa dan raganya untuk kebebasan bangsa Indonesia. Dan, sudah seharusnya kita yang menikmati kebebasan ini siap menjaga ketenangan dan keamanan yang diwariskan oleh pahlawan dengan penuh kesenangan dan kedamaian.

Cintailah bangsa Indonesia dengan sepenuh hati, agar mengerti pentingnya kemanusiaan di Indonesia. karena di sini banyak keanekaragaman, baik dalam budaya, agama, ras, suku, kebudayaan, tapi selalu bisa hidup berdampingan. Dan inilah yang harusnya dikenalkan oleh dunia.

This post was last modified on 3 Agustus 2020 3:16 PM

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

Recent Posts

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

22 jam ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

23 jam ago

Tak Ada Wakil Tuhan dalam Politik: Mengungkap Bahaya Politisasi Agama Jelang Pilkada

Tidak ada satu-pun calon kandidat politik dalam pilkada serentak 2024 yang hadir sebagai “wakil Tuhan”.…

23 jam ago

Komodifikasi Agama dalam Pilkada

Buku Islam Moderat VS Islam Radikal: Dinamika Politik Islam Kontemporer (2018), Karya Dr. Sri Yunanto…

2 hari ago

Jelang Pilkada 2024: Melihat Propaganda Ideologi Transnasional di Ruang Digital dan Bagaimana Mengatasinya

“Energi besar Gen Z semestinya dipakai untuk memperjuangkan tegaknya Khilafah. Gen Z jangan mau dibajak…

2 hari ago

Mengapa Beda Pilihan, Tetap Toleran?

Menyedihkan. Peristiwa berdarah mengotori rangkaian pelaksanaan Pilkada 2024. Kejadian itu terjadi di Sampang. Seorang berinisial…

2 hari ago