Editorial

Membumikan Nilai Pancasila dalam Spirit Ramadan

Momentum kelahiran Pancasila yang diperingati pada tahun ini sangat istimewa karena bersamaan dengan pelaksanaan bulan Ramadan. Momentum ini semakin mendorong masyarakat untuk semakin memperkokoh komitmen kebangsaan melalui pemaknaan nilai-nilai Pancasila di bulan suci ini. Pancasila yang telah terbukti menyatukan bangsa dan merangkul keberagaman merupakan prinsip dasar negara sebagai anugerah Tuhan yang dialirkan sebagai ilham melalui para tokoh bangsa. Tidak bisa dibayangkan jika negara yang sangat beragam ini tidak mempunyai tali pengikat yang kuat seperti Pancasila.

Pancasila adalah anugerah Tuhan yang dititipkan melalui para tokoh bangsa kita. Lalu mengapa kerap pandangan berbangsa ini masih ada yang ingin merongrong dan merobohkannya? Mungkinkah mereka ingin mengadu kita karena Pancasila semakin kuat dalam mengikat persaudaraan antar sesama? Mungkinkah mereka mempunyai agenda menghancurkan negara ini karena Pancasila sudah lama melindungi kedaulatan bangsa ini?

Pernahkah kita membaca berita kehancuran beberapa negara akibat radikalisme, konflik sosial, terorisme dan perang saudara. Detik-detik kehancuran sebuah negara itu dimulai dengan isu, fitnah, penanaman kebencian, kekerasan hingga konflik komunal antar sesama. Pernah kita juga mempertanyakan kenapa wabah fitnah itu cepat menyebar luas. Beberapa negara yang mengalami bencana sosial karena mereka tidak mempunyai tali kuat dalam mengikat persaudaraan sebangsa. Mereka cukup mudah diadu, diprovokasi, dan disesatkan dengan isu sekterian, identitas, dan kelompok kepentingan.

Dalam momentum Ramadan ini masyarakat Indonesia mempunyai kesempatan berharga dalam menerjemahkan nilai-nilai Pancasila secara aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Ketuhanan yang Maha Esa sebagai sila paling dasar Pancasila merupakan cerminan bangsa yang relijius. Indonesia memang bukan negara agama, tetapi Indonesia mengakui bahwa kemerdekaan dan tanah air ini adalah anugerah Tuhan yang harus dipelihara. Dalam bulan suci ini tujuan puasa dalam meraih ketakwaan harus pula dimaknai sebagai ketakwaan pada Tuhan untuk menjaga amanat bangsa ini, tanah air ini dan bumi ini agar tidak

Ramadan juga mengajarkan prinsip kemanusiaan melalui semangat empati dan respek terhadap sesama. Inilah sila Kedua Pancasila yang harus dipraktekkan dalam bulan Ramadan ini. Ramadan mengajarkan umat Islam untuk memiliki rasa empati terhadap kemanusiaan melalui pemakaan ritual puasa yang menahan haus dan lapar. Empati diwujudkan dalam perasaan untuk memahami penderitaan orang lain. Prinsip kemanusiaan yang paling utama adalah bagaimana kita memahami orang lain dari perspektif yang sedang mereka alami.

Pancasila mengajarkan persatuan seluruh komponen bangsa yang tercermin dalam sila ketiga sebagaimana Ramadan mengajarkan kebersamaan dan persatuan. Ramadan mengajarkan untuk menahan diri dari berbagai keburukan. Salah satu yang layak dicegah adalah perpecahan dan konflik akibat provokasi dan fitnah. Dengan semangat Ramadan umat Islam dan masyarakat Indonesia pada umumnya diajak untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa agar terhindar dari perpecahan.

Momentum Ramadan juga mengajarkan silaturahmi, kebersamaan dan musyawarah dalam memecahkan persoalan. Dalam bulan suci banyak sekali momentum yang dapat menyatukan para pemimpin bangsa, para pemimpin dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat dalam berbagai ritual dan tradisi Ramadan. Inilah prinsip sila keempat yang harus diterjemahkan dalam bentuk musyawarah dalam mencapai mufakat.

Terkahir dan menjadi subtansial dalam pemaknaan Ramadan adalah prinsip keadilan sosial. Prinsip keadilan sosial adalah buah manis dari pelaksanaan Ramadan. Rasa empati dan simpati terhadap sesama yang dipupuk dari nilai puasa akan berwujud nyata dalam keadilan sosial. Praktek keadilan sosial yang diajarkan Ramadan tercermin dalam ibadah zakat di mana semua kalangan kayak dan miskin sama-sama bisa menikmati lebaran.

Dengan semangat Ramadan yang mengajarkan untuk selalu memperbanyak kebaikan dan menahan diri dari berbagai keburukan dan kerusakan menjadi momentum berharga untuk mempraktekkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Ramadan justru menjadi wadah yang memberikan kesempatan umat Islam dan Indonesia untuk memperkokoh nilai-nilai Pancasila melalui semangat yang diajarkan oleh bulan suci ini. Ramadhan mengajarkan kita untuk memperkuat ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan sosial.

Redaksi

Recent Posts

Kampanye Khilafah di Momen Bencana; Dari Krisis Ekologis ke Krisis Ideologis

Di tengah momen duka bangsa akibat bencana alam di Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat,…

11 jam ago

Menjadi Khalifah di Muka Bumi: Melindungi Alam dari Penjahat Lingkungan, Menjaga Kehidupan Umat dari Propaganda Radikal

Menjadi khalifah di muka bumi adalah mandat moral dan spiritual yang diberikan Allah kepada manusia.…

11 jam ago

Kampanye Ekologi dan Bencana Ekstremisme: Perlukah Diserukan Tokoh Lintas Agama?

Di tengah krisis lingkungan global dan meningkatnya gelombang ekstremisme, masyarakat dunia menghadapi dua ancaman berbeda…

11 jam ago

Ksatria dan Pedagogi Jawa

Basa ngelmu Mupakate lan panemu Pasahe lan tapa Yen satriya tanah Jawi Kuno-kuno kang ginilut…

3 hari ago

Ketika Virus Radikalisme mulai Menginfeksi Pola Pikir Siswa; Guru Tidak Boleh Abai!

Fenomena radikalisme di kalangan siswa bukan lagi ancaman samar, melainkan sesuatu sudah meresap ke ruang-ruang…

3 hari ago

Pendidikan Bela Negara dan Moderasi Beragama sebagai Benteng Ekstremisme

Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman etnis, agama, dan budaya, menghadapi tantangan besar dalam menjaga persatuan…

3 hari ago