Narasi

Mendidik dengan Hati, Membangun Karakter dengan Nurani Akan Meredupkan Radikalisme

Seperti halnya mengajarkan anak untuk mencintai Indonesia dengan berbagai keragaman yang ada. Mendidik dengan hati, akan meluluhkan seorang anak. Karena pendidikan yang ditawarkan berasal dari nurani yang tulus. Yang kemudian bertujuan meredupkan radikalisme sejak dini.

Mengajarkan seorang anak bahwa di negeri ini tidak hanya ada satu agama, suku, ataupun bahasa. Menanamkan nilai-nilai semacam ini sejak dini, akan membuat seorang anak mengerti bahwa perbedaan bukan untuk dimusuhi, tetapi harus dicintai. Sebab, kita berdiri di tanah yang menghargai perbedaan dan menjunjung nilai-nilai kerukunan untuk sebuah kesejahteraan bangsa dan perdamaian untuk semua manusia

Sama halnya pendidikan karakter yang memiliki upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada anak didik yang meliputi pengetahuan, kesadaran, atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai kebaikan dan kebajikan. Yang berdampak kepada diri sendiri, sesama, lingkungan maupun kebangsaan agar menjadi manusia yang berakhlak.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Kevin Ryan dan Karen E. Bohlin. Karakter baik dimanifestasikan dalam kebiasaan sehari-hari: Sebuah pikiran baik, hati baik, dan tingkah laku baik. Berkarakter baik berarti mengetahui yang baik, mencintai kebaikan, dan melakukan yang baik.

Memahami hal ini, penanaman pendidikan karakter memang sangat dibutuhkan untuk setiap orang. Bahkan, bisa diartikan sebagai pendidikan yang utama untuk mengukur kualitas orang tersebut. Yang kemudian akan berdampak untuk pribadi dan tumbuh kembang dirinya sendiri.

Menurut Megawangi (2014), anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter. Sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang secara optimal. Dan untuk mengembangkan hal tersebut, setiap orang, baik di rumah sekolah, media massa, ataupun komunitas, memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan karakter untuk anak usia dini.

Itulah mengapa dalam hal ini keluarga adalah aktor yang sangat menentukan masa depan perkembangan seorang anak. Dari pihak keluarga perkembangan pendidikan sudah dimulai semenjak masih dalam kandungan. Anak yang belum lahir sebenarnya sudah bisa menangkap dan merespon apa-apa yang sudah dikerjakan oleh orang tua, terutama kaum ibunya.

Seperti misalnya, ketika orang tua mengerjakan kebaikan dan secara sengaja ataupun tidak sengaja dilihat oleh anaknya. Seorang anak akan memiliki daya pikir, bahwa suatu hari aku harus melakukan yang demikian, tanpa memikirkan kebaikan dan keburukannya. Hal ini didasari karena kepolosan seorang anak yang masih lugu, cenderung menjadi pendengar yang baik.

Sangat dianjurkan untuk melakukan doktrin kebaikan kepada seorang anak. Selain, hal ini akan membangun karakter seorang anak menjadi pribadi yang baik. Doktrin kebaikan juga akan memberikan jalan kepada seorang anak untuk melangkah jalan yang benar.

Seharusnya pendidikan karakter ditekankan kembali untuk usia dini. Selain kemajuan teknologi yang seakan mengikis kebersamaan, kemajuan teknologi perlahan juga mengikis karakter seseorang. Seorang anak sebelumnya diajarkan untuk membaca, sekarang sudah banyak yang asyik dengan gadget. Yang kemudian lupa akan keindahan masa kecil.

Itulah yang harus dipahami bersama, tanamkan nilai kerukunan melalui pendidikan karakter. Meskipun cuma sekedar menyapa ketika dengan orang, ini adalah salah satu pendidikan karakter. Karena dari situ akan terbangun interaksi yang baik, yang kemudian akan mengakar pada kebersamaan.

Pendidikan Karakter sebagai Simbol Perdamaian

Pendidikan karakter merupakan bentuk kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat suatu tindakan yang mendidik diperuntukkan untuk generasi selanjutnya. Tujuan dari pendidikan karakter ialah untuk membentuk penyempurnaan diri individu secara terus menerus dan melatih kemampuan diri demi menuju ke arah hidup yang lebih baik. (Doni Kusuma. 2007).

Sejatinya adanya pendidikan karakter adalah sebagai upaya untuk menghargai kebudayaan dan persatuan yang ada di Indonesia sekarang ini. Dengan adanya pendidikan karakter sejak dini, seorang anak diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang bertanggung jawab, serta memegang kaidah-kaidah kebaikan yang ditujukan untuk sebuah kesatuan dan persatuan untuk setiap orang.

 Dengan mempelajari pendidikan karakter seseorang akan bisa menghargai antara satu dengan yang lainnya. Selain itu, pendidikan karakter juga mengajarkan, bahwa jangan pernah melupakan kebudayaan yang lama meskipun memiliki kebudayaan baru. Seperti misalnya, adanya teknologi tidak seharusnya menghapus karakter seseorang. Melainkan dijadikan sebagai pembelajaran. Bahwa pendidikan karakter adanya teknologi untuk mengukuhkan solidaritas dan kebersamaan yang mendamaikan.

Suroso

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

20 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

20 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

20 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago