Narasi

Meneladani Gajah Mada Sebagai Tokoh Pemersatu Nusantara

Indonesia terbentuk dan merdeka dari penjajah karena ada komitmen dari bersatunya kepulauan. Bersatunya kepulauan inilah dikenal dengan nama Nusantara. Secara morfologi Nusantara terdiri dari dua suku kata yaitu Nusa dan antara. Nusa artinya pulau dan antara artinya lain atau seberang. Maka Nusantara itu artinya pulau lain di luar Jawa maksudnya. Kalau diistilahkan Nusantara itu mengambarkan wilayah kepulauan yang membentang dari Sumatera sampai Papua.

Nusantara juga menggambarkan konsep kenegaraan yang dianut kerajaan Majapahit. Wilayah-wilayah Nusantara tercatat dalam Kitab Negarakertagama. Kitab Negarakertagama mencatat bahwa Nusantara terdiri dari Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara, sebagian Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya, sebagian Kepulauan Maluku dan Papua Barat, ditambah wilayah Malaysia, Singapura, Brunei dan sebagian kecil Filipina bagian selatan.

Nusantara sendiri wujud dari peremajaan dari Dwipantara. Kenapa disebut peremajaan? Sebelum Nusantara ada dan tertulis dalam Sumpah Palapa pada tahun 1334 kata Dwipantara sudah dikenalkan Kertanegara, Raja Singasari pada tahun 1275. Jadi, Dwipantara setengah abab lebih awal dari Nusantara. Apa sih Dwipantara? Dwipantara sendiri merupakan sinonim dari Nusantara yang berasal dari bahasa Sansekerta. Artinya Dwi itu pulau dan antara itu lain atau seberang.

Kenapa konsep persatuan kepulauan ini selalu digalakkan leluhur bangsa ini? Leluhur bangsa Indonesia ini sadar, bahwa Jawa sendirian tidak mampu menghadapi kemungkinan-kemungkinan serangan dari luar. Maka sejak Kerajaan Singasari sudah membangun konsep persatuan pulau-pulau disekiling Jawa. Hal ini terbukti dalam sejarah ketika Kertanegara melakukan Ekspedisi Pamalayu. Ekspedisi Pamalayu memiliki tujuan menjalin persatuan dan persekutuan politik dengan kerajaan Melayu Dharmasraya di Jambi.

Ekspedisi Pamalayu dianggap penting oleh Kertanegara karena untuk memperkuat Singasari dari kemungkinan serangan dari Mongol. Dari ekspedisi ini keinginan Singasari kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara tetap solid. Tergantikannya Dwipantara oleh Nusantara karena populernya Sumpah Palapa. Gajah Mada bersumpah tidak akan makan Palapa (rempah-rempah) sebelum berhasil menaklukkan Nusantara. Sumpah ini diucapkan ketika Gajah Mada diangkat jadi Mahapatih di Majapahit.

Sumpah Palapa tertulis dalam Kitab Pararaton yang berbunyi, “Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, sumana ingsun amukti palapa”.

Baca Juga : Tafsir Nasionalisme; Rasa, Cinta dan Jiwa (Nusantara)

Sumpah Palapa kalau dialih-bahasakan Indonesia berbunyi, “Ia, Gajah Mada sebagai Patih Amungkubumi tidak ingin melepas puasa, Gajah Mada berkata bahwa bila telah mengalahkan (menguasai) Nusantara, saya (baru makan) melepas puasa, bila telah mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompu, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa”.

Sumpah Patih Gajah Mada sempat mengemparkan Majapahit dan para petinggi Kerajaan Majapahit banyak yang mentertawakan. Justru dengan ditertawakan Gajah Mada semakin semangat menyatukan Nusantara. Gajah Mada melakukan program kerja penyatuan Nusantara selama 21 tahun, yakni sejak tahun 1336 sampai 1357.

Program penyatuan Nusantara sesuai dalam sumpahnya. Target yang ingin disatukan adalah negara-negara diluar kekuasaan Majapahit untuk membangun Bhineka Tunggal Ika, yakni terdiri dari; Gurun (Lombok), Seram, Tanjung Pura (Kalimantan), Haru (Sumatera Utara), Pahang (Malaya), Dompu (Maluku), Bali, Sunda, Palembang (Sriwijaya) dan Tumasik (Singapura). Semangat penyatuan Nusantara oleh Gajah Mada sebagai bukti bahwa leluhur Indonesia bercita-cita membangun negara yang adidaya.

Gajah Mada dalam isi sumpahnya tentu belajar dari Kertanegara yang juga memiliki cita-cita menyatukan Nusantara. Walaupun semua wilayah yang tertuang dalam Sumpah Palapa tidak dalam kekuasaan Indonesia, tetapi bangsa ini wajib bersyukur dan mengapresiasi Patih Gajah Mada sebagai tokoh pemersatu Nusantara. Sebab, Indonesia berdiri karena adanya komitmen persatuan dari pulau-pulau yang membentang dari Sumatera sampai Papua.

Awal kemerdekaan bangsa ini kata Nusantara menjadi opsi nama alternatif negara. Waktu itu Ki Hadjar Dewantara mengusulkan nama Nusantara. Dari berbagai pertimbangan akhirnya negara ini dinamai Indonesia. Walaupun Nusantara tidak jadi nama negara, kata Nusantara sendiri sudah familiar dijadikan sinonim dari Indonesia. Hal ini menegaskan bahwa Nusantara dan Indonesia itu satu kesatuan.

Para leluhur bangsa ini memang memiliki jiwa persatuan. Kalau kepulauan di Indonesia ini berdiri sendiri-sendiri tentu akan mudah dikuasai oleh penjajah. Supaya terbentuk negara yang kuat disatukanlah lewat konsep Bhineka Tunggal Ika. Dari jaman kerajaan sampai merdeka konsep Bhineka Tunggal Ika selalu dikedepankan. Bhineka Tunggal Ika juga dikuatkan adanya komitmen Sumpah Pemuda.

Setalah kemerdekaan pada tanggal 13 Desembar 1957 dikokohkan sebagai Hari Nusantara. Hari Nusantara diprakarsai oleh Deklarasi Djoeanda. Kertanegara pada abab 12 punya konsep penyatuan Nusantara, kemudian Gajah Mada pada abab 13 juga punya konsep Nusantara, sebagai pewaris Nusantara kalau anti Nusantara bearti lupa dengan cita-cita leluhur dalam membangun negara ini.

Penyatuan Nusantara berlandaskan Bhineka Tunggal Ika yang menjadi ruhnya Pancasila. Pancasila dibentuk sebagai azas tunggal negara Nusantara (Indonesia) sebagai titik temu kesepakatan. Sebagai pewaris marilah wawasan Nusantara selalu dikaji dan dipelajari untuk meneladani perjuangan Gajah Mada serta para leluhur. Para leluhur bangsa menyatukan Nusantara penuh dengan perjuangan yang mempertaruhkan nyawanya. Pewaris bangsa wajib menjaga Nusantara sekuat tenaga supaya Indonesia tetap disegani dunia.

Voni Adita Ameliana

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

8 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

8 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

8 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago