Narasi

Menguatkan Pendidikan Wawasan Kenusantaraan

Setiap 13 Desember bangsa Indonesia memperingati Hari Nusantara. Momentum Hari Nusantara diprakarsai oleh Deklarasi Djoeanda atau sering dianggap sebagai Deklarasi Kemerdekaan Indonesia kedua pada 13 Desember 1957. Deklarasi tersebut berisi: “Segala perairan di sekeliling dan di antara pulau-pulau di Indonesia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari daratan dan berada di bawah kedaulatan Indonesia”. Peringatan deklarasi ini tentu saja sekaligus menjadi rambu-rambu pengingat bahwa Indonesia adalah negara yang secara teritorial meliputi darat dan laut sebagai satu-kesatuan NKRI. Oleh karenanya, pemahaman wawasan kenusantaraan menjadi kunci agar bangsa Indonesia tetap dapat bersatu dan bersinergi demi mencapai cita-cita bangsa, yakni mewujudkan negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Dalam konteks ini, pilar paling efektif untuk melakukan pendalaman wawasan kenusantaraan ialah lembaga pendidikan. Hal ini karena pendidikan wawasan kenusantaraan berkaitan erat dan bahkan menjadi tolak ukur tercapainya tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut, seperti yang termaktub dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat (2) yang berbunyi: “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berarakar pada nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”.

Ngalim Purwanto (2011) menjelaskan bahwa pernyataan tersebut mengandung makna bahwa semua aspek dalam sistem pendidikan nasional akan mencerminkan aktivitas yang dijiwai oleh Pancasila dan UUD 1945 dan berakar pada kebudayaan Bangsa Indonesia. Dengan demikian, segala praksis pendidikan di setiap jenjang juga harus mengakar pada implementasi butir-butir dalam setiap sila Pancasila dan berdasarkan UUD 1945. Outputnya, agar peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sejak Pendidikan Dasar

Hanya saja, tentu saja penanaman tersebut memerlukan waktu yang tidak singkat. Agar, kecintaan terhadap Indonesia dapat mengakar secara kuat. Kita harus memulainya sejak dini mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Ini dilaksanakan secara sistematis melalui proses yang berkelanjutan secara berjenjang. Jenjang pendidikan dasar menjadi jenjang pertama yang paling baik untuk memberikan pemahaman wawasan nusantara kepada peserta didik. Tujuannya, agar anak-anak dapat mengenal identitas dirinya sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.

Baca Juga : Residu Globalisasi, Ketahanan Nasional dan Wawasan Nusantara

Implementasi pemahawan wawasan nusantara pada jenjang pendidikan dasar dimaksudkan untuk memberikan bekal pemahaman dan pengetahuan dasar kepada anak didiknya tentang bangsa dan negara tempatnya berpijak. Pemahaman dan pengetahuan tersebut juga akan menjadi bekal baginya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dengan pemberian wawasan tersebut sejak awal di lembaga pendidikan, sejak dini mulai dapat terlihat dari tindak-tanduk individu atau warga negara yang mencerminkan sikap mencintai Pancasila dan NKRI. Pun, seberapa besar pemahaman wawasan nusantara setiap warga negara akan terlihat pada implementasi dari wawasan nusantara tersebut. Implementasi wawasan nusantara tentunya bertujuan agar cita-cita Bangsa Indonesia bisa tercapai.

Pemberian pemahaman wawasan nusantara kepada peserta didik sekolah dasar tentunya melalui proses pembelajaran di sekolah, baik di dalam kelas ataupun di luar kelas. Implementasi pemahaman wawasan nusantara pada peserta didik di dalam kelas dengan memberikan pengetahuan tentang wawasan nusantara. Pengetahuan tersebut diperoleh peserta didik saat mengikuti berbagai mata pelajaran yang ada, misalnya PPKn, IPS ataupun mata pelajaran lain yang memuat pengetahuan tentang wawasan nusantara.

Materi yang memuat tentang pemahawam wawasan nusantara di dalam buku PPKn SD adalah tentang kepemerintahan dan globalisasi. Sedangkan materi yang ada di dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial memuat materi tentang peta lingkungan, keragaman sosial budaya, persebaran sumber daya alam, keragaman suku bangsa dan budaya, semangat kepahlawanan, dan kegiatan ekonomi masyarakat. Semua materi tersebut sangat penting untuk diberikan kepada peserta didik untuk memberikan pemahaman dasar tentang wawasan nusantara. Di sisi lain, penggunaan dan pengarahan penggunaan gadget secara tepat oleh guru kepada siswa untuk menggali pemahaman wawasan nusantara. Itu tentu dapat menyokong kesuksesan penanaman paradigma wawasan nusantara.

Pemahaman wawasan nusantara yang diberikan kepada peserta didik inilah selanjutnya menjadi dasar dalam mengembangkan sikap cinta terhadap bangsanya sendiri. Dengan pemahaman wawasan nusantara, peserta didik memiliki pandangannya sendiri tentang bangsanya. Selain itu juga dengan pemahaman wawasan nusantara peserta didik akan lebih merasa bangga akan bangsa dan negara tempat tinggalnya. Rasa memiliki inilah yang nantinya akan tumbuh dan berkembang menjadi sikap memiliki dan rasa cinta terhadap bangsanya. Menjaga NKRI. Menghendaki adanya persatuan dan kesatuan sehingga nyaman dihuni semua warga negara. Tidak terbatas etnis, suku dan agama tertentu. Wallahu a’lam.

Mohammad Sholihul Wafi

Alumni PP. Ishlahusy Syubban Kudus.

View Comments

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

1 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

1 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

1 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago