Narasi

Mengambil Spirit Ramadhan; Perlunya Solidaritas Dunia Maya

Ramadhan hadir membawa kesejukan, kedamaian dan ketinggian nilai ibadah. Sehingga tak mengherankan ramadhan diisi dengan ibadah yang dapat meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT baik melalui puasa dan ibadah sunnah yang sarat dengan ketinggian pahala.

Puasa ramadhan tentu bukan hanya untuk menahan haus dan lapar semata, lebih parah jika puasa namun melakukan caci maki, provokasi, atau melakukan propaganda yang dapat memecah belah persatuan negara.

Lalu bagaimana sebaiknya puasa dijalankan? Puasa adalah momentum, selain momentum menguatkan penghambaan kepada Sang Pencipta juga momentum mempererat kekeluargaan kepada sesama. Nah, level kesadaran yang demikian puncaknya adalah puasa juga dijadikan sebagai titik tolak membangun kesadaran sejauh mana pribadi yang berpuasa dapat menginternalisasikan perintah Sang Pencipta dalam kehidupan sehari-hari, sejauh mana nilai-nilai Khalifah Fil Ard dapat termanifestasikan? Untuk itu menjadi penting merefleksikan kondisi dan dinamika negara Indonesia sebagai tempat untuk mengaktualisasikan nilai-nilai dalam puasa.

Coba kita tengok kejadian demi kejadian yang terjadi di negeri ini menunjukkan pada ketidakstabilan sosial dimana antar warga negara saling tuduh, saling curiga, dan saling merasa benar sendiri. Dan antar warga negara semakin terbiasa saling caci maki dan hujatan makin merajalela. Tentu sebagai muslim yang taat tidak akan senang dengan kondisi penuh kebencian.

Lebih parahnya kondisi demikian diproduksi dan disebarluaskan di dunia maya oleh oknum yang tidak bertanggungjawab. Dunia maya yang semula netral kemudian sesak dengan hal-hal yang negatif yang semakin membuat rapuh persatuan dan kesatuan warga bangsa.

Maka puasa selain untuk meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Sang Pencipta Allah SWT, puasa sebaiknya  untuk meningkatkan kualitas kebersamaan dan kekeluargaan antar warga negara. Dengan kebersamaan dan kekeluargaan akan membentuk kesolidan sosial sehingga mempermudah dalam pembangunan negara Indonesia yang tercinta ini.

Dunia Maya

Era telah berubah, manusia kini tidak hanya berkomunikasi atau berjejarung secara tatap muka melainkan sebagian besar manusia melalui dunia maya yang super cepat dan canggih. Perubahan pola komunikasi tersebut tentu membawa manfaat yang tidak terkira.

Sayangnya akhir-akhir ini kehidupan di dunia maya kian sesak dengan dikarenakan hujatan, kebencian, dan informasi hoax merajalela tak terbendung. Fenomena tersebut tidak hanya sekali namun berulangkali terjadi secara terus menerus tanpa jeda. Bahkan seringkali orang bertengkar mencaci maki, mencibir dan saling merendahkan di dunia maya. Tidak berhenti disitu, di dunia maya juga dijadikan sebagai tempat untuk menamamkan paham radikal dan terorisme.

Paham tersebut adalah penyakit yang dapat merusak bangsa. Lihat saja bagaimana perbedaan yang semula sebagai alat mempersatukan bangsa, digoreng agar rakyat saling benci, saling hujat, dan seringkali saling curiga. Tentu tujuannya agar rakyat tak percaya diri dengan bangsa sendiri. Tidak berhenti disitu, bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika inipun dapat terpecah belah, hilang semangat gotong royong, dan miskin rasa kebangsaan.

Perlunya Solidaritas Dunia Maya

Spirit ramadhan mesti teraktualisasi dalam kegiatan nyata terlebih dalam relasi antar sesama manusia dalam urusan sosial-kemasyarakatan. Melihat dunia maya yang penuh dengan konten negatif dan radikal maka menjadi penting pula seorang muslim ikut serta mengkampanyekan persatuan di dunia maya. Kampanye yang dilakukan harus bersama-sama dengan jalan memperkuat solidaritas maya. Sebab dengan solidaritas maya akan membentuk kultur yang lebih harmonis di dunia maya.

Lalu apa yang dapat dilakukan untuk membentuk kultur solid di dunia maya? Pertama, bahu-membahu memproduksi konten kreatif yang berisi pesan toleransi dan perdamaian. Kedua, bersama-sama memposting konten yang positif terlebih yang dapat meningkatkan optimisme dan rasa kebangsaan.

Ketiga, gotong royong menyebarkan tulisan, video, ataupun gambar inspiratif. Keempat, mengupayakan membentuk kultur melek literasi media agar masyarakat tidak mudah percaya pada informasi-informasi yang menjerumuskan kearah radikalisme. Terakhir, menjaga etika dalam bermedia agar tidak terjadi pertengkaran dan perpecahan.

 

Moh Zodikin Zani

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

2 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

2 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

2 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

1 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

1 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

1 hari ago