Narasi

Menguatkan “Metabolisme” Sosmed dengan Narasi Damai

Sosial media (sosmed) tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan masyarakat saat ini. Sebab, kehadirannya memberikan efisiensi dalam komunikasi dan mencari informasi, bahkan memberikan berita kepada siapa saja. Kemudahan ini memberikan pengaruh yang luar biasa dalam kehidupan masyarakat, tidak jarang mereka lebih memilih berinteraksi melalui sosmed dari pada secara langsung.

Gaya hidup yang berubah yang diakibatkan sosmed kemudian memberikan pengaruh yang luar bisa dalam kehidupan masyarakat. Bahkan beberapa masyarakat menelan mentah-mentah semua informasi yang ada, kemudian mengiyakan tanpa menyaring kebenaran informasi yang ada. Karakter ini bila dibiarkan secara terus menerus akan membahayakan dalam hubungan kemasyarakatan.

Kita tahu, sosmed memberikan kemudahan kepada siapa saja, bahkan bisa menjadi sumber atau penyebar sebuah berita. Kemudahan ini akan memberikan peluang kepada kejahatan-kejahatan “sosmed”. Kejahatan yang paling mudah dilakukan adalah membuat atau menyebarkan berita bohong (hoax). Sebab setiap orang bisa membuat akun sosmed lebih dari satu dalam satu aplikasi.

Kemudahan hoax tercipta dan tersebar, akan memberikan dampak negatif dalam kehidupan masyarakat yang majemuk ini. Untuk mengantisipasi dampak negatif yang timbul dari sosmed melalui hoax, setidaknya  memperkuat“metabolisme” yang tepat dan cepat.

Dalam pengamatan penulis, “metabolisme” dalam sosmed ditingkatkan melalui kerja sama semua lini masyarakat dan instansi yang memiliki kewenangan. Pertama, kebijakan pemerintah dalam pengelolaan sosmed. Seperti memberikan batasan kepada perorangan untuk memiliki akun sosmed hanya satu. Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan akun yang menyantumkan nomor identitas pengguna. Ketika akun identitas memiliki lebih dari satu, maka bisa dinonaktifkan sosial media yang tidak sesuai dengan data yang tertera.

Baca juga : Menyebarkan Virus Cinta di Sosial Media

Kebijakan pemerintah dalam menerapkan dalam pembuatan akun, maka harus diiringin dengan kebijakan pemerintah lainnya. Yang paling terlihat adalah dalam penerapan nomor identitas; bahkan menjadi barang umum ada beberapa nomor identitas yang tidak valid. Pemerintah segera membenahi nomor identitas masyarakat yang masih campur aduk. Terlepas dari itu, pemerintah bisa menerapkan kebijakan mengenai sosmed lainnya.

Peran pemerintah juga tidak hanya berhenti di situ, penegakan hukuman kepada orang-orang yang melakukan kejahatan, baik orang yang memproduksi dan menyebarkan hoax, harus ditegakkan secara adil dan merata. Saat ini, penegakan hukuman masih “tajam” ke bawah. Lihat saja beberapa orang yang memiliki jabatan yang lebih tinggi, akun sosial media mudah menyebarkan hoax, ketika ketahuan mereka dengan mudah meminta maaf. Pemerintah harus berani dalam menegakkan hukum, agar masyarakat semakin percaya terhadap kinerja pemerintah.

Dengan meningkatnya kepercayaan pemerintah dalam diri masyarakat, maka masyarakat dengan “semangat” akan membantu pemerintah dalam memberantas hoax. Di sini masyarakat dapat peran aktif dalam pemberantasan hoax. Masyarakat dapat melaporkan segala setua unsur hoax kepada instansi yang diberi kewenangan dalam menangani hoax.

Peran aktif masyarakat juga bisa berjalan dengan menyaring informasi yang beredar, dengan cara tidak menyebarkan informasi yang belum pasti kebenarannya. Dengan tidak mudah menyabarkan informasi yang tidak jelas, setidaknya orang-orang yang berteman di sosmed pribadi tidak ikut makan hoax.

Tidak bisa dipungkiri, masyarakat dan pemerintah merupakan komponen yang terpenting dalam mewujudkan tatanan kehidupan yang damai. Bila keduanya tidak memiliki titik temu yang baik, maka suatu permasalahan yang ada di kehidupan bernegara tidak bisa diselesaikan dengan baik pula. Tetapi dengan terpenting adalah pemerintah unsur yang penting dalam bernegara dalam mewujudkan kehidupan harmoni masyarakat.

Ketika pemerintah dan masyarakat semakin erat dan berjalan sesuai dengan kapasistasnya, maka yang diperlukan selanjutnya adalah menguatkan “metabolisme” sosial media. Yang sangat terlihat adalah narasi-narasi yang terbangun selama ini masih narasi-narasi yang bernuansa perpecahan. Pemerintah dan masyarakat, harus meningkatkan narasi-narasi yang bernuansa cinta dan perdamaian. Ketika sosmed penuh dengan narasi positif, maka hoax akan sulit untuk menguasai sosmed.

Kekuatan narasi positif tidak bisa dinikmati dalam waktu dekat, sebab narasi positif akan membentuk karakter masyarakat selanjutnya. Tatkala narasi damai mulai digalakkan, maka akan memiliki dampak dalam kehidupan masyarakat selanjutnya. Oleh karena itu narasi damai harus digalakkan mulai sekarang, untuk mewujudkan kehidupan masyarakat damai keesokan harinya.

 

Ngarjito Ardi

Ngarjito Ardi Setyanto adalah Peneliti di LABeL Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga

View Comments

Recent Posts

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

20 jam ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

20 jam ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

20 jam ago

Politik dan Kesucian: Menyimak Geliat Agama di Pilkada 2024

Dunia politik, pada dasarnya, adalah sebuah dunia dimana orang menjadi paham akan manusia dengan segala…

20 jam ago

Potensi Ancaman Pilkada 2024; Dari Kekerasan Sipil ke Kebangkitan Terorisme

Sebuah video rekaman detik-detik “carok” di Sampang, Madura beredar di media sosial. Kekerasan itu terjadi…

2 hari ago

Mencegah Agenda Mistifikasi Politik Jelang Pilkada

Dalam ranah politik jelang Pilkada 2024, kita dihadapkan pada fenomena yang mengkhawatirkan, yakni potensi meningkatnya…

2 hari ago