Narasi

Mewaspadai Pola Radikalisme Terorisme

Sadar atau tidak, radikalisme dan terorisme sudah berada di tengah-tengah kita. Bahkan hampir setiap saat telah menyerang kita secara tidak langsung baik melalui gagdet, halaqah-halaqah tertutup maupun di ruang-ruang yang dibangun oleh mereka dengan berbagai nama telah sarat dengan guncangan radikalisme dan terorisme dalam bentuk yang lain.

Polanya pun sangat sistematis dan terkordinasi ibarat makan bubur mulai dari pinggir hingga habis ludes. Mereka sangat piawai dan licik dalam mendramatisasi situasi dan kondisi. Semua sudut diserang secara masif dan tanpa mengenal lelah. Tidak ada satupun yang dilewatkan semua dihantam dan dibenturkan demi menanamkan keyakinan bahwa apa yang  masyarakat yakini selama ini tidaklah benar dan hanya merekalah yang benar sehingga apapun yang diinginkan dan dikampanyekan dapat diterima dengan baik dan terbuka.

Cita-citanya adalah untuk mendirikan Khilafah Islamiyah di Nusantara dengan menggantikan NKRI  seperti yang dikembangkan oleh ISIS di Irak dan Suriah yang mengklaim dirinya sebagai Khalifah Islam di muka bumi dan semua orang harus berbaiat kepadanya. Siapapun yang menentang  harus dipenggal dibantai dan dibuang serta diperkosa karena ia bukanlah orang Islam yang pantas dihargai dan dilindungi.  Tidak ada nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, hukum dan keadilan. Yang benar hanya dirinya dan yang lain semuanya salah. Perubahan harus keras dan kejam tanpa batas, dendam kusumat membara dalam jiwa dan hati mereka. Itulah tipikal radikalisme dan terorisme.

Ormas-ormas Islam yang diyakini oleh masyarakat Indonesia selama ini sebagai sarana yang paling efektif dalam memperjuangkan kepentingan umat diserang habis-habisan. Mereka menuduh ormas-ormas itu sebagai antek-antek pemerintah dan asing yang hanya menerima sogokan dan dana untuk kepentingan sesaat dan satu kelompok. Ulama-ulama tradisional yang dihormati masyarakat selama ini dianggap sebagai Syi’ah, sesat dan berbagai tuduhan lainnya bahkan dibully dan difitnah. Syiah yang jelas-jelas Islam dianggap bukan Islam dan harus dilarang dan dibrangus di bumi Indonesia.

Pemerintah bagi mereka dianggap komunis dan kebijakannya selalu menyudutkan umat Islam. Pernyataan apapun yang disampaikan oleh lawan-lawannya diplintir dan diplesetkan dan dianggap telah menyinggung umat Islam. Bukan saja itu, keuangan pun diprotes dan dianggap tidak laku di luar negeri. Semua ini tujuannya hanya untuk melemahkan pemerintah dan mempreteli ulama-ulama kita sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan tokoh-tokohnya melemah dan pada waktu yang sama memperkuat argumen-argumen mereka.

Orang awam yang tak punya kepentingan apapun menjadi sasaran empuk propaganda mereka khususnya anak-anak muda atau kalangan profesional yang tidak mendalami agama secara utuh. Mereka tarik dalam komunitasnya lalu mencuci otak, keyakinan, pemikiran dan pemahaman yang radikal supaya benci terhadap sesamanya yang bukan kelompoknya  bahkan melarang berinteraksi dengan orang lain yang dianggap bukan pendukungnya dengan menunjukkan ayat-ayat dan hadis-hadis yang telah ditafsirkan oleh mereka secara dangkal.

Merekapun membuat berbagai gambar dan video yang sudah direkayasa agar lebih mudah meyakinkan mangsanya, kemudian mereka sebar secara serampangan seperti para penipu di media-media sosial online. Di balik  semua itu tujuannya adalah untuk membenturkan semua komunitas yang ada di negeri ini, menghapus nilai-nilai budaya lokal bangsa ini, menenggelamkan  Pancasila dan Undang-undang Dasar negara ini yang dianggap musrik, melumpuhkan pemerintahan dan aparatnya yang dianggap thogut dan melemahkan nilai-nilai sosial dan budaya lokal yang dianut oleh masyarakat kita selama ini. Ketika itu berhasil, mereka akan tampil menjadi jawara yang memangsa siapa saja yang menentangnya dan menyembil orang-orang yang tak sepaham dengannya karena dianggap kafir,  musrik dan ahlul bid’ah.

Pola ini jelas dan telah ada di sekitar kita secara nyata dan hanya orang  buta huruf saja yang tidak bisa membaca pola itu. Lalu apakah kita akan rela menerima dan mendukung dan ikut mengomentari atau menshare postingan, capture dan meme serta video-video yang mereka sebarkan di tengah-tengah kita. Relahkah jika agama yang kita cintai dibajak oleh kelompok mereka yang menyeramkan atau sudikah  jika negara yang kita cintai ini yang kekayaan alamnya melimpah dan masyarakatnya yang taat beragama diporakporandakan oleh mereka sebagaimana mereka memporakporandakan Suriah, Irak, Libya, Yaman dan terakhir di Filipina Selatan. Kini tiba saatnya menyadari betapa pola radikalisme dan terorisme yang dibangun oleh mereka sangat masif hanya untuk kepentingan mereka yang akan merugikan kita semuanya.

This post was last modified on 31 Juli 2017 4:10 PM

Suaib Tahir

Suaib tahir adalah salah satu tim penulis pusat media damai (pmd). Sebelumnya adalah mahasiswa di salah satu perguruan tinggi timur tengah. Selain aktif menulis di PMD juga aktif mengajar di kampus dan organisasi

Recent Posts

Demistifikasi Agama dan Politik Inklusif untuk Kemanusiaan

Agama dan politik di Indonesia selalu menjadi isu yang sensitif sekaligus penting. Keduanya memiliki kekuatan…

13 jam ago

Merawat Hubungan Agama dan Politik yang Bersih dari Politisasi Agama

Sesungguhnya, agama tidak pernah bertentangan dengan politik. Agama dan politik itu sifatnya integratif. Agama dapat…

13 jam ago

Agama (Tidak) Bisa Dipisahkan dalam Politik?

Pada mulanya politik adalah sebuah jalan untuk mencapai tujuan yang mulia. Politik adalah seni untuk…

13 jam ago

Ruang Maya Sehat, Demokrasi Kuat

Menjelang Pilkada Serentak 2024, ruang digital di Indonesia menjadi semakin sibuk. Media sosial, yang telah…

2 hari ago

Mencegah Mudharat “Jualan Agama” Pada Pilkada 2024

Tahun 2024 adalah tahun politik. Pesta demokrasi melalui Pemilu telah. Kini masyarakat siap menyambut pemilihan…

2 hari ago

Prinsip Teo-Antroposentrisme Kuntowijoyo, Jembatan antara Dimensi Ilahi dan Realitas Sosial

Kelompok konservatif seperti Hizbut Tahrir Indonesia selalu menjadikan agama sebagai palang pintu terakhir segala problematika…

2 hari ago