Narasi

Mewaspadai Politik Kuda Troya di Jantung NKRI

Dalam catatan sejarah, Kuda Troya merupakan sebuah kisah yang menceritakan tentang bagaimana bangsa Yunani frustasi karena tidak mampu menembus kuatnya benteng Kota Troya. Hampir sepuluh tahun Yunani berhasil mengepung  Kota Troya, tapi tidak pernah menang. Akhirnya pemimpin dari Yunani menggunakan strategi pura-pura kalah. Di mana sebagian pasukannya disuruh untuk meninggalkan pantai tempat markas mereka. Dibarengi dengan itu, pasukan Yunani membuat Kuda Troya yang terbuat dari kayu, dan kemudian di dalamnya diisi oleh prajurit yang berpengalaman. Dan, Kuda Troya tersebut oleh pasukan Troya dianggap sebagai simbol pernyataan kekalahan dari pasukan Yunani.

Berita gembira ini menjadi angin segar bagi masyarakat Troya, yang kemudian membawa masuk patung Kuda Troya ke dalam kota tanpa memeriksa apa yang ada di dalamnya dan merayakan kemenangan. Hingga ketika pasukan Troya sudah lengah dan lelah setelah merayakan kemenangan, di sinilah pasukan yang berada di dalam Kuda Troya tersebut keluar dan meluluhlantakkan atau menghancurkan pasukan Troya dalam waktu satu malam.

Berbekal dengan tipu muslimah inilah kemudian pasukan Yunani berhasil memenangkan peperangan yang diimpikan selama 10 tahun lamanya. Dan strategi ini disinyalir digunakan oleh Khilafah yang berusaha menerobos benteng NKRI dengan mendeklarasikan dirinya sebagai gerakan yang pro dengan Pancasila. Seperti misalnya mengakrabkan diri dengan menggunakan nama gerakan NKRI bersyariah, khilafah rahmatan, lil alamin sampai dengan khilafah sesuai Pancasila.

Pengamat terorisme, Ridwan Habib juga menyebutkan ada ancaman nyata yang harus dihadapi oleh Presiden Joko Widodo di priode kepemimpinannya, yakni berupa ancaman yang datang dari kelompok kecil teroris tetapi militan, di tambah dari eks Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), yang kita tahu seharusnya segala kegiatannya (seharusnya) sudah dilarang seluruh negeri ini.

Baca Juga : Hikmah Heboh RUU HIP

Dari sinilah seharusnya perlu adanya antisipasi atau penangkalan sejak dini, serta teliti menjaga keutuhan NKRI. Semua jajaran masyarakat, khususnya pemerintah dan aparat keamanan sampai dengan organisasi agama yang mengamini bahwa terorisme dan segala bentuk aktivitasnya adalah ancaman bagi bangsa Indonesia, tidak lengah dengan tindakan khilafah yang tidak menutup kemungkinan menggunakan kedok orang-orang yang terlihat baik, ramah, murah senyum, dan tidak membahayakan. Karena strategi penipuan yang demikianlah yang dilakukan juga oleh orang Yunani dalam mengalahkan pasukan Troya.

Pada kenyataannya kita juga tidak bisa menyangkal, bahwa usaha yang dilakukan khilafah selalu dibarengi dengan mengatasnamakan agama. Kemudian sekarang dirinya mulai merabah dengan melakukan pendekatan pro Pancasila, yang sebenarnya sejak dari awal memang ingin mengubah dasar negara tersebut. Dan, inilah yang harus menjadi perhatian serius dalam menjaga keanekaragaman dan keutuhan NKRI.

Kekhawatiran akan adanya politik Kuda Troya yang dilakukan oleh khilafah sebenarnya sudah terjadi sejak tahun 2017, yang mana ada hasil survey lembaga Alvara Strategi Indonesia yang menyebutkan 19,4% Pegawai Negeri Sipil (PNS), atau kini disebut Aparat sipil negara (ASN), tidak setuju dengan Pancasila dan lebih percaya dengan ideologi khilafah. Di sisi lain Badan Intelejen Negara (BIN) juga menyebut 41% atau 41 dari 100 masjid miliki kementerian, lembaga, dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah terpapar radikalisme. Rinciannya, 10 masjid di kementerian, 10 masjid di lembaga, dan 21 masjid milik BUMN.

Dari kasusnya ini sebenarnya sudah mewakili bahwa keberadaan 19,4% ASN yang anti Pancasila dan merebakanya paham radikal di kalangan pegawai BUMN menunjukkan pemerintah dan aparat keamanan kecolongan. Dan, ini seharusnya menjadi sebuah pembelajaran sekaligus perhatian yang sangat serius, jangan sampai negara Indonesia bisa mereka hancurkan dari dalam, sebagaimana pasukan Yunani menghancurkan kota Troya dengan menyusup kuda kayu. Untuk itu, sudah seharusnya seluruh jajaran masyarakat yang sadar akan pentingnya Pancasila dan keutuhan NKRI, harus sadar dan siap memerangi serta menghalau paham khilafah menyebar luas. Di lain pihak kita juga harus menyadari tidak ada Ideologi yang istimewa selain Ideologi Pancasila. Indonesia itu Indah, ada banyak perbedaan tapi bisa saling menjaga dan menghormati, jadi tidak layak paham khilafah berada di tengah-tengahnya, apapun alasannya.

This post was last modified on 13 Juli 2020 11:40 AM

Sudiyantoro

Penulis adalah Penikmat Buku dan Pegiat Literasi Asli Rembang

Recent Posts

Zaman Disrupsi dan Bagaimana Pemuda Memaknai Sumpahnya?

Zaman disrupsi telah menjadi babak baru dalam perjalanan umat manusia. Dunia berubah dengan sangat cepat,…

1 hari ago

Resep Pemuda di Era Rasulullah Membangun Persatuan Madinah

Setiap 28 Oktober, bangsa Indonesia mengenang kembali ikrar agung para pemuda dari berbagai penjuru Nusantara…

1 hari ago

Menghayati Elan Kepemudaan, Dari Generasi Pendiam Hingga Generasi Z dan Alfa

Pernah pada suatu masa, mobilitas dan militansi orang tak pernah ditentukan oleh otoritas-otoritas agung, nama-nama…

1 hari ago

Kaum Muda Sebagai Game Changer; Masih Relevankah Sumpah Pemuda bagi Gen Z?

Di peringatan Hari Sumpah Pemuda, Alvara Institute merilis whitepaper hasil riset terhadap generasi Z. Riset…

2 hari ago

Sumpah Pemuda di Medan Juang Metaverse: Menjaga Kedaulatan Digital Menuju Indonesia Emas 2045

Dunia metaverse yang imersif, kecerdasan buatan (AI) yang kian intuitif, dan komunikasi interaktif real-time telah…

2 hari ago

Manusia Metaverse; Masihkah Gen Alpha Butuh Nasionalisme?

Beberapa tahun lalu, gambaran dunia virtual tiga dimensi seperti dalam film Ready Player One hanyalah…

2 hari ago